Gereja di Barcelona Jadi Lokasi Ibadah Umat Muslim Selama Ramadan
Senin, 03 Mei 2021 - 21:11 WIB
BARCELONA - Sebuah gereja Katolik di Barcelona, Spanyol telah menawarkan serambi terbuka mereka bagi umat Islam untuk makan dan beribadah bersama selama Ramadan . Langkah ini dilakukan setelah adanya pembatasan yang membuat umat Muslim tidak bisa menjalankan ibadah di masjid atau ruangan tertutup lainnya.
Setiap malam antara 50 dan 60 orang, banyak dari mereka tunawisma, berduyun-duyun ke lorong-lorong batu berusia berabad-abad di gereja Santa Anna, di mana para sukarelawan menawarkan makanan rumahan yang lezat. Acara buka puasa dan ibadah bersama ini digelar oleh Asosiasi Catalan Wanita Maroko.
Faouzia Chati, Presiden Asosiasi Catalan Wanita Maroko mengatakan pembatasan makan di dalam ruangan memaksanya untuk mencari ruang alternatif dengan ventilasi yang baik dan ruang untuk menjaga jarak.
Dia akhirnya menemukan Pastor Peio Sanchez, rektor Santa Anna, yang melihat pertemuan berbagai agama sebagai lambang koeksistensi sipil.
"Orang-orang sangat senang umat Islam bisa berbuka puasa di gereja Katolik, karena agama berfungsi untuk mempersatukan kita, bukan untuk memisahkan kita," kata Chati,seperti dilansir Reuters pada Senin (3/5/2021).
Sementara itu, Sanchez menuturkan bahwa perbedaan budaya dan agama seharusnya tidak membatasi orang untuk berbuat kebaikan.
Meski dengan budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, agama yang berbeda, kami lebih mampu duduk dan berbicara daripada beberapa politisi,” ucapnya, sembari memandang saat seorang pria melantunkan adzan magrib.
Hafid Oubrahim, seorang keturunan Berber Maroko mengatakan, hal ini menunjukan bahwa semua orang sama dan semua orang pada dasarnya bersaudara.
"Kita semua sama. Jika Anda Katolik atau dari agama lain dan saya Muslim, tidak apa-apa, Kita semua seperti saudara dan kita harus saling membantu juga," ucapnya.
Setiap malam antara 50 dan 60 orang, banyak dari mereka tunawisma, berduyun-duyun ke lorong-lorong batu berusia berabad-abad di gereja Santa Anna, di mana para sukarelawan menawarkan makanan rumahan yang lezat. Acara buka puasa dan ibadah bersama ini digelar oleh Asosiasi Catalan Wanita Maroko.
Faouzia Chati, Presiden Asosiasi Catalan Wanita Maroko mengatakan pembatasan makan di dalam ruangan memaksanya untuk mencari ruang alternatif dengan ventilasi yang baik dan ruang untuk menjaga jarak.
Dia akhirnya menemukan Pastor Peio Sanchez, rektor Santa Anna, yang melihat pertemuan berbagai agama sebagai lambang koeksistensi sipil.
"Orang-orang sangat senang umat Islam bisa berbuka puasa di gereja Katolik, karena agama berfungsi untuk mempersatukan kita, bukan untuk memisahkan kita," kata Chati,seperti dilansir Reuters pada Senin (3/5/2021).
Sementara itu, Sanchez menuturkan bahwa perbedaan budaya dan agama seharusnya tidak membatasi orang untuk berbuat kebaikan.
Meski dengan budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, agama yang berbeda, kami lebih mampu duduk dan berbicara daripada beberapa politisi,” ucapnya, sembari memandang saat seorang pria melantunkan adzan magrib.
Hafid Oubrahim, seorang keturunan Berber Maroko mengatakan, hal ini menunjukan bahwa semua orang sama dan semua orang pada dasarnya bersaudara.
"Kita semua sama. Jika Anda Katolik atau dari agama lain dan saya Muslim, tidak apa-apa, Kita semua seperti saudara dan kita harus saling membantu juga," ucapnya.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda