Korban Meninggal Tragedi Ziarah Yahudi Israel Bertambah Jadi 45 Orang
Sabtu, 01 Mei 2021 - 08:53 WIB
TEL AVIV - Jumlah korbanmeninggal dalam tragedi ziarah akbar komunitas Yahudi di Israel bertambah menjadi 45 orang. Semua korban meninggal telah dimakamkan kemarin.
Awalnya ratusan ribu peziarah memadati Gunung Meron di situs makam Rabbi Shimon Bar Yochai pada hari libur Lag BaOmer pada Kamis malam hingga Jumat dini hari. Para peziarah berdesak-desakan sembari membawa api unggun.
Tragedi dimulai ketika seorang peziarah jatuh dari tangga, menimpa para peziarah lain yang panik dan berdesak-desakan. Puluhan dari mereka terjebak dalam kerumumanan dan tewas terinjak-injak.
Korban meninggal awalnya dilaporkan sebanyak 28 orang, kemudian bertambah 44 orang dan diperbarui lagi menjadi 45 orang. Ratusan orang lainnya terluka.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjanjikan penyelidikan atas apa yang dia sebut sebagai salah satu "bencana terburuk" negara itu.
Kementerian Kesehatan mengon mengonfirmasi jumlah korban tewas sebanyak 45 orang. Badan penyelamat Magen David Adom mengatakan sekitar 150 orang terluka.
Pihak keluarga ingin menguburkan para korban sebelum libur Shabbat dengan pemakaman diadakan di Yerusalem dan kota Bnei Brak yang sebagian besar dihuni komunitas Yahudi ultra-Ortodoks.
Shalom Levy, menghadiri pemakaman di pemakaman Yerusalem, menyebut kejadian itu sebagai "tragedi bagi orang-orang Yahudi".
Di antara para korban adalah Elazar Goldberg yang berusia 38 tahun, yang ayahnya meminta Tuhan untuk melindungi anak-anaknya saat putranya dimakamkan di Kota Suci.
Ziarah itu adalah pertemuan publik terbesar di Israel dan mungkin di dunia sejak pandemi COVID-19 terjadi awal tahun lalu.
Pejabat telah memperingatkan kepadatan yang berlebihan dapat memicu penyebaran virus dan hanya mengizinkan 10.000 orang untuk menghadiri kompleks makam.
Media Israel mengatakan 90.000 massa menghadiri situs tersebut, namun jumlah yang sebenarnya mencapai ratusan ribu orang.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang apa yang menyebabkan tragedi mematikan itu, tetapi beberapa saksi mata mengatakan sejumlah orang saling menginjak-injak saat mereka bergerak melalui lorong sempit di lokasi tersebut.
“Apa yang terjadi di sini sangat memilukan. Ada orang yang mati tertindih, termasuk anak-anak," Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan setelah kunjungannya, seperti dikutip AFP, Sabtu (1/5/2021).
"Bencana Gunung Meron adalah salah satu yang terburuk yang melanda Israel sejak didirikan tujuh dekade lalu," ujarnya.
Dia memerintahkan penyelidikan yang menyeluruh, serius dan mendalam untuk memastikan bencana semacam itu tidak terulang.
Ditutup tahun lalu karena pembatasan virus korona, ziarah tahun ini menarik ratusan ribu orang yang terlihat berkumpul bersama bernyanyi, menari, dan menyalakan api unggun dengan gembira sebelum tragedi yang mematikan itu terjadi.
Ada indikasi bahwa peziarah berusaha menerobos barikade lembaran besi saat choke-point terbentuk.
“Itu membawa saya kembali ke periode pemboman (militan Palestina). Terjadi kekacauan, orang-orang berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri saat mereka saling menghancurkan,” kata Dov Maisel dari layanan penyelamatan United Hatzala kepada Army Radio.
Kepala polisi Israel Utara Shimon Lavi mengatakan kepada AFP bahwa petugasnya telah melakukan semua yang mereka bisa untuk menyelamatkan nyawa di "malam tragis", membantu membawa mereka yang terluka ke rumah sakit.
Lavi mengatakan bahwa dia siap untuk memikul "tanggung jawab keseluruhan," saat penyelidikan resmi diluncurkan.
Awalnya ratusan ribu peziarah memadati Gunung Meron di situs makam Rabbi Shimon Bar Yochai pada hari libur Lag BaOmer pada Kamis malam hingga Jumat dini hari. Para peziarah berdesak-desakan sembari membawa api unggun.
Tragedi dimulai ketika seorang peziarah jatuh dari tangga, menimpa para peziarah lain yang panik dan berdesak-desakan. Puluhan dari mereka terjebak dalam kerumumanan dan tewas terinjak-injak.
Korban meninggal awalnya dilaporkan sebanyak 28 orang, kemudian bertambah 44 orang dan diperbarui lagi menjadi 45 orang. Ratusan orang lainnya terluka.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjanjikan penyelidikan atas apa yang dia sebut sebagai salah satu "bencana terburuk" negara itu.
Kementerian Kesehatan mengon mengonfirmasi jumlah korban tewas sebanyak 45 orang. Badan penyelamat Magen David Adom mengatakan sekitar 150 orang terluka.
Pihak keluarga ingin menguburkan para korban sebelum libur Shabbat dengan pemakaman diadakan di Yerusalem dan kota Bnei Brak yang sebagian besar dihuni komunitas Yahudi ultra-Ortodoks.
Shalom Levy, menghadiri pemakaman di pemakaman Yerusalem, menyebut kejadian itu sebagai "tragedi bagi orang-orang Yahudi".
Di antara para korban adalah Elazar Goldberg yang berusia 38 tahun, yang ayahnya meminta Tuhan untuk melindungi anak-anaknya saat putranya dimakamkan di Kota Suci.
Ziarah itu adalah pertemuan publik terbesar di Israel dan mungkin di dunia sejak pandemi COVID-19 terjadi awal tahun lalu.
Pejabat telah memperingatkan kepadatan yang berlebihan dapat memicu penyebaran virus dan hanya mengizinkan 10.000 orang untuk menghadiri kompleks makam.
Media Israel mengatakan 90.000 massa menghadiri situs tersebut, namun jumlah yang sebenarnya mencapai ratusan ribu orang.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang apa yang menyebabkan tragedi mematikan itu, tetapi beberapa saksi mata mengatakan sejumlah orang saling menginjak-injak saat mereka bergerak melalui lorong sempit di lokasi tersebut.
“Apa yang terjadi di sini sangat memilukan. Ada orang yang mati tertindih, termasuk anak-anak," Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan setelah kunjungannya, seperti dikutip AFP, Sabtu (1/5/2021).
"Bencana Gunung Meron adalah salah satu yang terburuk yang melanda Israel sejak didirikan tujuh dekade lalu," ujarnya.
Dia memerintahkan penyelidikan yang menyeluruh, serius dan mendalam untuk memastikan bencana semacam itu tidak terulang.
Ditutup tahun lalu karena pembatasan virus korona, ziarah tahun ini menarik ratusan ribu orang yang terlihat berkumpul bersama bernyanyi, menari, dan menyalakan api unggun dengan gembira sebelum tragedi yang mematikan itu terjadi.
Ada indikasi bahwa peziarah berusaha menerobos barikade lembaran besi saat choke-point terbentuk.
“Itu membawa saya kembali ke periode pemboman (militan Palestina). Terjadi kekacauan, orang-orang berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri saat mereka saling menghancurkan,” kata Dov Maisel dari layanan penyelamatan United Hatzala kepada Army Radio.
Kepala polisi Israel Utara Shimon Lavi mengatakan kepada AFP bahwa petugasnya telah melakukan semua yang mereka bisa untuk menyelamatkan nyawa di "malam tragis", membantu membawa mereka yang terluka ke rumah sakit.
Lavi mengatakan bahwa dia siap untuk memikul "tanggung jawab keseluruhan," saat penyelidikan resmi diluncurkan.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda