Permintaan Jet Pribadi untuk Kabur dari India Melonjak, Dubai Jadi Tujuan
Jum'at, 30 April 2021 - 00:57 WIB
DUBAI - Tsunami COVID-19 yang melanda India membuat sejumlahwarga negara itu berusaha melarikan diri keluar negeri untuk menyelamatkan diri. Mereka membanjiri operator jet swasta dengan permintaan untuk membawa mereka ke tempat yang aman. Kota Dubai, Uni Emirat Arab , pun menjadi tujuan.
Khawatir dengan larangan penerbangan berkepanjangan antara India dan negara Teluk, mereka berusaha menggunakan pengecualian bagi pesawat bisnis swasta yang berlaku tahun lalu selama gelombang pertama krisis pandemi global.
Diperkirakan 3,5 juta orang India hidup dan bekerja di Uni Emirat Arab.
Larangan penerbangan terbaru yang mulai berlaku pada Minggu (25/4/2021) telah menutup sekitar 300 penerbangan komersial yang beroperasi setiap minggu di salah satu koridor udara tersibuk di dunia.
Banyak dari mereka menjadi panik karena kasus COVID-19 di India terus meroket, dengan 18 juta kasus infeksi dan lebih dari 201.000 orang tewas, dan korban meninggal harian naik di atas 3.000 untuk pertama kalinya pada hari Rabu.
T Patel, seorang pengusaha yang tinggal di Dubai, saat ini tengah panik untuk membawa saudara istrinya dengan tiga anak yang terjebak di Bangalore.
"Saya menjelajahi opsi jet pribadi. Ini banyak uang tetapi jika saya tidak memiliki cara lain untuk membawanya kembali, maka saya akan melakukannya," katanya seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (30/4/2021).
Ditengah tingginya permintaan, maka hukum ekonomi pun berlaku dimana harga untuk sebuah kursi pesawat sewa mengalami kenaikan.
Setelah UEA menutup wilayah udara untuk membatasi penyebaran virus Corona baru pada bulan Maret tahun lalu, beberapa warga menyiapkan dana yang cukup besar untuk mendapatkan kursi di pesawat yang di sewa bersama yang diizinkan untuk terbang ke Dubai.
Patel membayar USD10.500 untuk membawa orang tuanya dan keponakannya ke Dubai, hampir 20 kali lipat dari biaya tiket reguler.
"Saya menunggu dua bulan dan akhirnya menyewa jet pribadi seharga USD42.000, biaya yang dibagi dengan beberapa warga yang sama-sama putus asa," ungkapnya.
Puluhan penerbangan carter terbang dari India ke Dubai pada hari-hari sebelum larangan terbaru, setelah semua kursi penerbangan komersial diburu, dan perusahaan penerbangan carter mengatakan permintaan telah melonjak.
Sebuah jet 13 kursi terbang dari Mumbai ke Dubai dengan biaya antara USD35.000 hingga USD38.000, sekitar 35 kali harga tiket reguler. Harga dari kota-kota lain bahkan lebih tinggi lagi.
Tetapi ketika permintaan melonjak, operator buru-buru mengklarifikasi aturan terkait pesawat swasta yang mendarat di UEA.
"Penerbangan Carter perlu mendapat persetujuan dari Otoritas Penerbangan Sipil Umum dan Kementerian Luar Negeri. Tetapi kami tidak tahu siapa yang dikecualikan untuk bepergian," kata Khivensra Tapish, CEO Enthral Aviation perusahan penyewaan jet pribadi.
Penerbangan sipil telah mengatakan warga negara UEA, diplomat, delegasi resmi dan "pesawat pengusaha" dikecualikan dari larangan, memberikan penumpang langkah-langkah observasi termasuk karantina 10 hari.
Meski begitu, hal itu tidak menyurutkan warga India. Purushothaman Nair, warga India yang telah lama tinggal di Dubai, mengatakan dia siap untuk "menghabiskan banyak uang" untuk kembali ke UEA.
"Istri saya dan saya datang ke India hanya untuk 10 hari. Kami harus terbang kembali ke Dubai dengan biaya berapa pun," katanya kepada AFP.
"Ada banyak orang yang mau membayar. Bagaimana orang-orang dengan minat bisnis dan tanggung jawab besar di UEA mampu menjauh untuk periode yang lebih lama?" kata Nair, yang bekerja di sektor pemerintah.
"Ketakutan tertular virus adalah kekhawatiran yang lebih besar," cetusnya.
Semakim mereka mempertimbangkan biaya yang tinggi maka semakin besar risiko kehilangan mata pencaharian mereka.
"Jika saya tidak dapat melakukannya dalam beberapa minggu, pekerjaan saya berada dalam bahaya. Majikan saya sudah menekan saya dan meminta saya untuk pergi ke UEA melalui negara lain," kata Jameel Mohammed kepada AFP.
Mohammed belum melihat putranya yang masih kecil selama dua tahun ketika dia diberikan izin untuk pergi pada bulan Maret.
Dia sangat senang dengan prospek berkumpul dengan keluarga tetapi sekarang terdampar di negara bagian selatan India, Kerala.
"Aku tidak mampu membeli dengan uang sebanyak itu. Tetapi jika pilihan itu antara kehilangan pekerjaan dan meminjam uang, aku akan melakukan yang terakhir dan terbang kembali," tegasnya.
Khawatir dengan larangan penerbangan berkepanjangan antara India dan negara Teluk, mereka berusaha menggunakan pengecualian bagi pesawat bisnis swasta yang berlaku tahun lalu selama gelombang pertama krisis pandemi global.
Diperkirakan 3,5 juta orang India hidup dan bekerja di Uni Emirat Arab.
Larangan penerbangan terbaru yang mulai berlaku pada Minggu (25/4/2021) telah menutup sekitar 300 penerbangan komersial yang beroperasi setiap minggu di salah satu koridor udara tersibuk di dunia.
Banyak dari mereka menjadi panik karena kasus COVID-19 di India terus meroket, dengan 18 juta kasus infeksi dan lebih dari 201.000 orang tewas, dan korban meninggal harian naik di atas 3.000 untuk pertama kalinya pada hari Rabu.
T Patel, seorang pengusaha yang tinggal di Dubai, saat ini tengah panik untuk membawa saudara istrinya dengan tiga anak yang terjebak di Bangalore.
"Saya menjelajahi opsi jet pribadi. Ini banyak uang tetapi jika saya tidak memiliki cara lain untuk membawanya kembali, maka saya akan melakukannya," katanya seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (30/4/2021).
Ditengah tingginya permintaan, maka hukum ekonomi pun berlaku dimana harga untuk sebuah kursi pesawat sewa mengalami kenaikan.
Setelah UEA menutup wilayah udara untuk membatasi penyebaran virus Corona baru pada bulan Maret tahun lalu, beberapa warga menyiapkan dana yang cukup besar untuk mendapatkan kursi di pesawat yang di sewa bersama yang diizinkan untuk terbang ke Dubai.
Patel membayar USD10.500 untuk membawa orang tuanya dan keponakannya ke Dubai, hampir 20 kali lipat dari biaya tiket reguler.
"Saya menunggu dua bulan dan akhirnya menyewa jet pribadi seharga USD42.000, biaya yang dibagi dengan beberapa warga yang sama-sama putus asa," ungkapnya.
Puluhan penerbangan carter terbang dari India ke Dubai pada hari-hari sebelum larangan terbaru, setelah semua kursi penerbangan komersial diburu, dan perusahaan penerbangan carter mengatakan permintaan telah melonjak.
Sebuah jet 13 kursi terbang dari Mumbai ke Dubai dengan biaya antara USD35.000 hingga USD38.000, sekitar 35 kali harga tiket reguler. Harga dari kota-kota lain bahkan lebih tinggi lagi.
Tetapi ketika permintaan melonjak, operator buru-buru mengklarifikasi aturan terkait pesawat swasta yang mendarat di UEA.
"Penerbangan Carter perlu mendapat persetujuan dari Otoritas Penerbangan Sipil Umum dan Kementerian Luar Negeri. Tetapi kami tidak tahu siapa yang dikecualikan untuk bepergian," kata Khivensra Tapish, CEO Enthral Aviation perusahan penyewaan jet pribadi.
Penerbangan sipil telah mengatakan warga negara UEA, diplomat, delegasi resmi dan "pesawat pengusaha" dikecualikan dari larangan, memberikan penumpang langkah-langkah observasi termasuk karantina 10 hari.
Meski begitu, hal itu tidak menyurutkan warga India. Purushothaman Nair, warga India yang telah lama tinggal di Dubai, mengatakan dia siap untuk "menghabiskan banyak uang" untuk kembali ke UEA.
"Istri saya dan saya datang ke India hanya untuk 10 hari. Kami harus terbang kembali ke Dubai dengan biaya berapa pun," katanya kepada AFP.
"Ada banyak orang yang mau membayar. Bagaimana orang-orang dengan minat bisnis dan tanggung jawab besar di UEA mampu menjauh untuk periode yang lebih lama?" kata Nair, yang bekerja di sektor pemerintah.
"Ketakutan tertular virus adalah kekhawatiran yang lebih besar," cetusnya.
Semakim mereka mempertimbangkan biaya yang tinggi maka semakin besar risiko kehilangan mata pencaharian mereka.
"Jika saya tidak dapat melakukannya dalam beberapa minggu, pekerjaan saya berada dalam bahaya. Majikan saya sudah menekan saya dan meminta saya untuk pergi ke UEA melalui negara lain," kata Jameel Mohammed kepada AFP.
Mohammed belum melihat putranya yang masih kecil selama dua tahun ketika dia diberikan izin untuk pergi pada bulan Maret.
Dia sangat senang dengan prospek berkumpul dengan keluarga tetapi sekarang terdampar di negara bagian selatan India, Kerala.
"Aku tidak mampu membeli dengan uang sebanyak itu. Tetapi jika pilihan itu antara kehilangan pekerjaan dan meminjam uang, aku akan melakukan yang terakhir dan terbang kembali," tegasnya.
(ian)
tulis komentar anda