PM Inggris Dilaporkan Pilih Ribuan Mayat Menumpuk daripada Lockdown COVID-19
Selasa, 27 April 2021 - 19:51 WIB
LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dilaporkan telah membuat pernyataan yang memilih membiarkan ribuan mayat menumpuk di tengah pandemi COVID-19 daripada lockdown.
Laporan itu diterbitkan The Times yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya. Tak lama setelah laporan itu muncul hari Senin, PM Johnson membantah pernah membuat pernyataan semacam itu.
Sumber yang dikutip The Times mengatakan bahwa selama debat pemerintah Inggris pada September 2020, Johnson menggambarkan lockdown COVID-19 sebagai kebijakan "gila", sembari mengungkapkan kekhawatiran tentang konsekuensi ekonomi dari tindakan tersebut.
Sumber tersebut mengeklaim bahwa dia memberi tahu para pembantunya pada saat itu bahwa tidak ada bukti lockdown yang berhasil. Johnson, lanjut sumber itu, mengatakan bahwa dia lebih suka membiarkan pandemi virus corona daripada memberlakukan lockdown kedua di Inggris.
Menurut sumber yang merupakan orang dalam pemerintah, PM Johnson juga menyuarakan penyesalan tentang lockdown pertama saat dia membandingkan dirinya dengan sosok wali kota dalam film terkenal "Jaws" yang memerintahkan pantai untuk tetap terbuka dalam menghadapi kemungkinan risiko serangan hiu.
Namun, pada faktanya, Perdana Menteri Inggris itu akhirnya mengumumkan lockdown kedua pada bulan Oktober lalu.
Downing Street atau Kantor PM Johnson dengan cepat menyangkal laporan The Times, menjulukinya sebagai "distorsi kotor dari posisinya".
"Selama pandemi COVID-19 ini kami telah melakukan segala yang kami bisa untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi mata pencaharian," kata seorang juru bicara kantor tersebut.
Laporan The Times muncul setelah Johnson pada hari Senin menyangkal tuduhan terpisah terkait dengan kebijakan soal lockdown sebagai "sampah".
"Tidak ada lagi lockdown—biarkan mayat menumpuk tinggi dalam jumlah ribuan!," kata sumber itu yang mengeklaim menirukan ucapan PM Johnson yang dilontarkan pada akhir Oktober 2020 setelah Menteri Kantor Kabinet Michael Gove memperingatkannya bahwa tentara akan dibutuhkan untuk menjaga rumah sakit yang kewalahan dengan korban COVID-19.
Ditanya apakah dia membuat pernyataan seperti itu, perdana menteri itu mengatakan tidak. Dia menambahkan bahwa orang-orang ingin pemerintah memastikan bahwa lockdown berhasil.
Gove, pada bagiannya, mengatakan kepada Daily Mail:"Gagasan bahwa Johnson akan mengatakan hal seperti itu, menurut saya luar biasa".
Menteri Kantor Kabinet itu menambahkan bahwa dia berada di ruangan tersebut pada saat itu dan dia tidak pernah mendengar bahasa seperti itu.
Downing Street mengecam laporan surat kabar itu sebagai "kebohongan".
Laporan itu muncul di tengah pertikaian yang sedang berlangsung antara Johnson dan mantan penasihat utamanya Dominic Cummings, karena Cummings dilaporkan berencana untuk menyalahkan perdana menteri Inggris secara pribadi atas puluhan ribu kematian selama pandemi virus corona.
Laporan itu diterbitkan The Times yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya. Tak lama setelah laporan itu muncul hari Senin, PM Johnson membantah pernah membuat pernyataan semacam itu.
Sumber yang dikutip The Times mengatakan bahwa selama debat pemerintah Inggris pada September 2020, Johnson menggambarkan lockdown COVID-19 sebagai kebijakan "gila", sembari mengungkapkan kekhawatiran tentang konsekuensi ekonomi dari tindakan tersebut.
Sumber tersebut mengeklaim bahwa dia memberi tahu para pembantunya pada saat itu bahwa tidak ada bukti lockdown yang berhasil. Johnson, lanjut sumber itu, mengatakan bahwa dia lebih suka membiarkan pandemi virus corona daripada memberlakukan lockdown kedua di Inggris.
Menurut sumber yang merupakan orang dalam pemerintah, PM Johnson juga menyuarakan penyesalan tentang lockdown pertama saat dia membandingkan dirinya dengan sosok wali kota dalam film terkenal "Jaws" yang memerintahkan pantai untuk tetap terbuka dalam menghadapi kemungkinan risiko serangan hiu.
Namun, pada faktanya, Perdana Menteri Inggris itu akhirnya mengumumkan lockdown kedua pada bulan Oktober lalu.
Downing Street atau Kantor PM Johnson dengan cepat menyangkal laporan The Times, menjulukinya sebagai "distorsi kotor dari posisinya".
"Selama pandemi COVID-19 ini kami telah melakukan segala yang kami bisa untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi mata pencaharian," kata seorang juru bicara kantor tersebut.
Laporan The Times muncul setelah Johnson pada hari Senin menyangkal tuduhan terpisah terkait dengan kebijakan soal lockdown sebagai "sampah".
"Tidak ada lagi lockdown—biarkan mayat menumpuk tinggi dalam jumlah ribuan!," kata sumber itu yang mengeklaim menirukan ucapan PM Johnson yang dilontarkan pada akhir Oktober 2020 setelah Menteri Kantor Kabinet Michael Gove memperingatkannya bahwa tentara akan dibutuhkan untuk menjaga rumah sakit yang kewalahan dengan korban COVID-19.
Ditanya apakah dia membuat pernyataan seperti itu, perdana menteri itu mengatakan tidak. Dia menambahkan bahwa orang-orang ingin pemerintah memastikan bahwa lockdown berhasil.
Gove, pada bagiannya, mengatakan kepada Daily Mail:"Gagasan bahwa Johnson akan mengatakan hal seperti itu, menurut saya luar biasa".
Menteri Kantor Kabinet itu menambahkan bahwa dia berada di ruangan tersebut pada saat itu dan dia tidak pernah mendengar bahasa seperti itu.
Downing Street mengecam laporan surat kabar itu sebagai "kebohongan".
Laporan itu muncul di tengah pertikaian yang sedang berlangsung antara Johnson dan mantan penasihat utamanya Dominic Cummings, karena Cummings dilaporkan berencana untuk menyalahkan perdana menteri Inggris secara pribadi atas puluhan ribu kematian selama pandemi virus corona.
(min)
tulis komentar anda