Malunya AS, Rudal Hipersoniknya Gagal Lepas dari Pesawat saat Uji Coba
Jum'at, 09 April 2021 - 00:00 WIB
Rudal seperti itu juga dapat memungkinkan pembunuhan presisi dilakukan lebih cepat dan dari jarak yang lebih jauh, memungkinkan Amerika Serikat untuk mengejar target yang lebih sulit dipahami.
Tetapi tantangan teknis dan teknik seputar penempatannya berarti Amerika Serikat belum mengembangkan senjata hipersonik yang dapat diterjunkan dalam jumlah besar. "Tujuan Angkatan Udara untuk program ini adalah untuk memberikan kemampuan senjata hipersonik pada awal tahun 2020-an," kata seorang juru bicara Angkatan Udara Amerika.
Upaya pengembangan rudal hipersonik AS hingga saat ini mencakup upaya pengembangan senjata yang campur aduk dengan berbagai tingkat kecanggihan. Laporan terbaru dari Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) mengidentifikasi 70 upaya berbeda untuk mengembangkan senjata hipersonik dan teknologi terkait. Harganya diperkirakan akan menelan biaya hampir USD15 miliar antara 2015 hingga 2024, hampir semuanya berasal dari Departemen Pertahanan.
Menurut GAO, ARRW buatan Lockheed yang gagal diluncurkan Selasa secara luas diharapkan menjadi yang terjauh, dengan kemungkinan keputusan produksi pada tahun 2022.
Sejauh ini, jadwal produksinya telah meleset sekitar empat bulan, tetapi masih jauh di depan upaya bersaing yang sedang dikembangkan oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
Rudal tersebut telah menjalani tujuh uji terbang di mana sebuah rudal dibawa ke sayap B-52 tetapi tidak diluncurkan. Tes hari Selasa akan menilai pendorong roket rudal serta kemampuannya untuk berangkat dengan aman dari jalur penerbangan pembom.
Tetapi tantangan teknis dan teknik seputar penempatannya berarti Amerika Serikat belum mengembangkan senjata hipersonik yang dapat diterjunkan dalam jumlah besar. "Tujuan Angkatan Udara untuk program ini adalah untuk memberikan kemampuan senjata hipersonik pada awal tahun 2020-an," kata seorang juru bicara Angkatan Udara Amerika.
Upaya pengembangan rudal hipersonik AS hingga saat ini mencakup upaya pengembangan senjata yang campur aduk dengan berbagai tingkat kecanggihan. Laporan terbaru dari Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) mengidentifikasi 70 upaya berbeda untuk mengembangkan senjata hipersonik dan teknologi terkait. Harganya diperkirakan akan menelan biaya hampir USD15 miliar antara 2015 hingga 2024, hampir semuanya berasal dari Departemen Pertahanan.
Menurut GAO, ARRW buatan Lockheed yang gagal diluncurkan Selasa secara luas diharapkan menjadi yang terjauh, dengan kemungkinan keputusan produksi pada tahun 2022.
Sejauh ini, jadwal produksinya telah meleset sekitar empat bulan, tetapi masih jauh di depan upaya bersaing yang sedang dikembangkan oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
Rudal tersebut telah menjalani tujuh uji terbang di mana sebuah rudal dibawa ke sayap B-52 tetapi tidak diluncurkan. Tes hari Selasa akan menilai pendorong roket rudal serta kemampuannya untuk berangkat dengan aman dari jalur penerbangan pembom.
(min)
tulis komentar anda