Ada Bukti Armenia Memang Tembakkan Rudal Iskander Rusia ke Azerbaijan
Sabtu, 03 April 2021 - 11:57 WIB
SHUSHA - Sebuah serpihan dari bangkai rudal Iskander buatan Rusia ditemukan di kota Shusha, Nagorno-Karabakh yang dikuasai Azerbaijan . Itu menjadi bukti bahwa Armenia benar-benar menembakkan rudal balistik taktis tersebut ketika berkonflik dengan Azerbaijan memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh pada 2020 lalu.
Kepala markas operasional Badan Nasional untuk Pekerjaan Ranjau (ANAMA) Azerbaijan, Idris Ismayilov, mengungkap temuan bangkai rudal itu kepada wartawan pada Jumat (2/4/2021).
"Indeks 9M723 ditemukan di bangkai rudal yang ditemukan di Shusha," kata Ismayilov.
"Dengan demikian, diketahui bahwa rudal ini ditembakkan dari sistem rudal balistik taktis Iskander," lanjut dia, seperti dilansir OC-Media, Sabtu (3/4/2021).
"Fragmennya ditemukan pada jarak 780 meter dari satu sama lain. Berdasarkan analisis terbaru, kami sampai pada kesimpulan bahwa rudal itu ditembakkan dari sistem rudal balistik taktis Iskander-M. Wilayahnya sedang dijelajahi," ujarnya.
Seorang perwakilan ANAMA menyatakan bahwa mereka telah menemukan pecahan rudal tersebut pada 15 Maret.
Armenia adalah satu-satunya negara di kawasan itu yang memiliki rudal buatan Rusia.
Bukti baru penggunaan rudal Iskander ini muncul sebulan setelah Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan mengkritik rudal buatan Rusia tersebut karena hanya meledak 10 persen pada tingkat tertentu.
Klaim tersebut disambut dengan bantahan cepat dari Kementerian Pertahanan Rusia, yangmengatakan bahwa Pashinyan telah disesatkan dan bahwa tidak ada rudal Iskander yang digunakan selama Perang Nagorno-Karabakh Kedua.
Setelah pernyataan tersebut, Pashinyan menarik kembali klaimnya dan mengatakan bahwa dia setuju dengan penilaian yang dibuat oleh Kementerian Pertahanan Rusia.
Kritik awal Pashinyan terhadap rudal Iskander Rusia juga memicu krisis nasional di Armenia.
Tak lama setelah komentar tersebut, anggota Staf Umum Armenia; Tiran Khachatryan, mengkritik komentar Pashinyan. Kritik itu membuatnya dipecat. Staf Umum lantas meminta Pashinyan mengundurkan diri.
Hal itu menyebabkan ketegangan antara pemerintah dan oposisi Armenia, yang hanya mereda sebagian ketika Pashinyan mengumumkan bahwa akan ada pemilu baru.
Pada 26 Februari, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev juga membantah penggunaan misil Iskander dalam perang di Nagorno-Karabakh.
'Kami tidak melihat rudal Iskander diluncurkan," kata Aliyev kepada wartawan. "Inilah sebabnya, ketika kami mendengar pernyataan kemarin [oleh Pashinyan tentang ketidakefektifan rudal], kami sekali lagi tertarik [bahwa rudal itu mungkin telah digunakan]—tetapi tidak, kami tidak melihatnya digunakan."
Pada 9 November beberapa jam sebelum penandatanganan deklarasi perdamaian trilateral pada 10 November, rekaman video dipublikasikan secara online menunjukkan pasukan Armenia meluncurkan dua rudal Iskander. Fact Investigation Platform, sebuah organisasi pemeriksa fakta Armenia, menyimpulkan bahwa rekaman itu cukup untuk mengonfirmasi klaim bahwa Armenia telah menggunakan rudal tersebut selama perang.
Belakangan pada bulan itu, blogger anti-pemerintah sayap kanan Artur Danielyan menerbitkan video yang katanya menunjukkan rudal meledak. Ia mengklaim video tersebut direkam pada 7 November lalu.
Pada 16 Februari, mantan presiden Armenia Serzh Sargsyan menggemakan klaim itu, dan mengkritik Pashinyan karena menembakkan rudal ke Shusha menjelang akhir perang, alih-alih menembaknya lebih awal ke sasaran Azerbaijan di luar garis kontak.
Shusha, kota di puncak bukit dekat ibu kota Nagorno-Karabakh Stepanakert (Khankandi), direbut oleh Azerbaijan selama Perang Nagorno-Karabakh Kedua. Itu sebelumnya berada di bawah kendali pasukan Armenia sejak 1992.
Armenia pertama kali menerima rudal operasional taktis Iskander-E dari Rusia pada 2013. Rudal tersebut membawa hulu ledak 480 kg dan memiliki jangkauan 280 kilometer.
Bergantung pada jenis hulu ledak, fragmen Iskander bisa mematikan pada jarak hingga 200 meter dari lokasi ledakan. Menurut database Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, roket tipe 9M723 yang foto-fotonya telah dipublikasikan oleh ANAMA dikirim pada tahun 2016.
Kepala markas operasional Badan Nasional untuk Pekerjaan Ranjau (ANAMA) Azerbaijan, Idris Ismayilov, mengungkap temuan bangkai rudal itu kepada wartawan pada Jumat (2/4/2021).
"Indeks 9M723 ditemukan di bangkai rudal yang ditemukan di Shusha," kata Ismayilov.
"Dengan demikian, diketahui bahwa rudal ini ditembakkan dari sistem rudal balistik taktis Iskander," lanjut dia, seperti dilansir OC-Media, Sabtu (3/4/2021).
"Fragmennya ditemukan pada jarak 780 meter dari satu sama lain. Berdasarkan analisis terbaru, kami sampai pada kesimpulan bahwa rudal itu ditembakkan dari sistem rudal balistik taktis Iskander-M. Wilayahnya sedang dijelajahi," ujarnya.
Seorang perwakilan ANAMA menyatakan bahwa mereka telah menemukan pecahan rudal tersebut pada 15 Maret.
Armenia adalah satu-satunya negara di kawasan itu yang memiliki rudal buatan Rusia.
Bukti baru penggunaan rudal Iskander ini muncul sebulan setelah Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan mengkritik rudal buatan Rusia tersebut karena hanya meledak 10 persen pada tingkat tertentu.
Klaim tersebut disambut dengan bantahan cepat dari Kementerian Pertahanan Rusia, yangmengatakan bahwa Pashinyan telah disesatkan dan bahwa tidak ada rudal Iskander yang digunakan selama Perang Nagorno-Karabakh Kedua.
Setelah pernyataan tersebut, Pashinyan menarik kembali klaimnya dan mengatakan bahwa dia setuju dengan penilaian yang dibuat oleh Kementerian Pertahanan Rusia.
Kritik awal Pashinyan terhadap rudal Iskander Rusia juga memicu krisis nasional di Armenia.
Tak lama setelah komentar tersebut, anggota Staf Umum Armenia; Tiran Khachatryan, mengkritik komentar Pashinyan. Kritik itu membuatnya dipecat. Staf Umum lantas meminta Pashinyan mengundurkan diri.
Hal itu menyebabkan ketegangan antara pemerintah dan oposisi Armenia, yang hanya mereda sebagian ketika Pashinyan mengumumkan bahwa akan ada pemilu baru.
Pada 26 Februari, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev juga membantah penggunaan misil Iskander dalam perang di Nagorno-Karabakh.
'Kami tidak melihat rudal Iskander diluncurkan," kata Aliyev kepada wartawan. "Inilah sebabnya, ketika kami mendengar pernyataan kemarin [oleh Pashinyan tentang ketidakefektifan rudal], kami sekali lagi tertarik [bahwa rudal itu mungkin telah digunakan]—tetapi tidak, kami tidak melihatnya digunakan."
Pada 9 November beberapa jam sebelum penandatanganan deklarasi perdamaian trilateral pada 10 November, rekaman video dipublikasikan secara online menunjukkan pasukan Armenia meluncurkan dua rudal Iskander. Fact Investigation Platform, sebuah organisasi pemeriksa fakta Armenia, menyimpulkan bahwa rekaman itu cukup untuk mengonfirmasi klaim bahwa Armenia telah menggunakan rudal tersebut selama perang.
Belakangan pada bulan itu, blogger anti-pemerintah sayap kanan Artur Danielyan menerbitkan video yang katanya menunjukkan rudal meledak. Ia mengklaim video tersebut direkam pada 7 November lalu.
Pada 16 Februari, mantan presiden Armenia Serzh Sargsyan menggemakan klaim itu, dan mengkritik Pashinyan karena menembakkan rudal ke Shusha menjelang akhir perang, alih-alih menembaknya lebih awal ke sasaran Azerbaijan di luar garis kontak.
Shusha, kota di puncak bukit dekat ibu kota Nagorno-Karabakh Stepanakert (Khankandi), direbut oleh Azerbaijan selama Perang Nagorno-Karabakh Kedua. Itu sebelumnya berada di bawah kendali pasukan Armenia sejak 1992.
Armenia pertama kali menerima rudal operasional taktis Iskander-E dari Rusia pada 2013. Rudal tersebut membawa hulu ledak 480 kg dan memiliki jangkauan 280 kilometer.
Bergantung pada jenis hulu ledak, fragmen Iskander bisa mematikan pada jarak hingga 200 meter dari lokasi ledakan. Menurut database Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, roket tipe 9M723 yang foto-fotonya telah dipublikasikan oleh ANAMA dikirim pada tahun 2016.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda