Penyanyi Dangdut AS Kristin Dukung Komunitas Asia Korban Hate Crime
Selasa, 30 Maret 2021 - 12:57 WIB
WASHINGTON - Penyanyi Dangdut Amerika Serikat (AS) Kristin D menegaskan dukungan terhadap komunitas Asia di Amerika Serikat yang saat ini menjadi sasaran kejahatan kebencian (hate crime).
Dukungan ini diungkapkan Kristin dalam akun Instagramnya @the_real_kristind dan diunggah ulang @ dangdut_in_america.
“Rasisme dan pelecehan anti-Asia perlu diakhiri sekarang. Kepada teman-teman Asia-Amerika saya, saya mendukung dan mencintai Anda,” ujar Kristin.
Dia menegaskan, “Saya akan memerangi rasisme dan meningkatkan kesadaran tentang masalah ini.”
Saat ini kejahatan rasisme dan kebencian terhadap warga keturunan Asia di AS memang sedang meningkat.
Lihat infografis: Awalnya Ditertawakan, Tembakan Rudal Korut Kini Mengancam
Sejumlah kota di AS meningkatkan patroli untuk mencegah kejahatan rasial ini semakin meluas.
Otoritas New York City mengerahkan tim polisi yang semuanya keturunan Asia untuk menyamar demi memerangi meningkatnya kejahatan rasial terhadap orang Asia.
Warga New York City terdiri atas berbagai etnis dan menggunakan sekitar 200 bahasa yang berbeda.
"Jika Anda akan melakukan kejahatan rasial di New York City, kami akan menemukan Anda," ujar Komisaris Kepolisian New York City Dermot Shea dalam mengungkap rencana dua arah untuk memerangi kejahatan rasial.
“Kami tidak akan mentolerir siapa pun yang menjadi sasaran karena warna kulit mereka, agama yang mereka sembah, preferensi seksual mereka atau apa pun,” papar Shea.
Hanya beberapa hari setelah serentetan serangan terhadap orang Asia-Amerika di New York City, Shea mengatakan dia meningkatkan pasukan penyamaran NYPD dengan petugas berpakaian preman, semuanya keturunan Asia.
Mulai bulan ini, mereka akan berpatroli di kereta bawah tanah, toko bahan makanan, dan lokasi lain untuk membendung insiden anti-Asia yang berjumlah 26 kasus sepanjang tahun ini, termasuk 12 serangan.
"Orang berikutnya yang Anda targetkan melalui pidato atau aktivitas mengancam mungkin adalah petugas polisi New York yang berpakaian biasa, jadi pikirkan dua kali," ungkap Shea.
“Sebanyak 26 insiden sejauh ini telah mengakibatkan tujuh penangkapan,” papar kepolisian.
“Insiden itu termasuk 12 serangan sepanjang tahun ini, tiga di antaranya akhir pekan lalu,” ungkap kepolisian.
“Sebagai perbandingan, dibandingkan tahun lalu pada pekan ini, tidak ada serangan yang dilaporkan terhadap orang Asia-Amerika,” papar kepolisian.
Karena kejahatan rasial terlalu sering tidak dilaporkan, sekarang siapa pun yang menelepon 911 dapat mengucapkan satu kata bahasa Inggris untuk bahasa ibu mereka, seperti Mandarin, dan operator polisi akan membantu mengakses penerjemah yang berbicara lebih dari 200 bahasa.
Para advokat mengaitkan lonjakan kejahatan kebencian pada komunitas Asia-Amerika Kepulauan Pasifik atas penyebaran virus corona.
Komunitas tersebut melaporkan lonjakan kekerasan sejak Maret 2020, ketika Presiden Donald Trump berulang kali menyebut COVID-19 sebagai "virus China" dan "kung flu," yang menurut beberapa orang memicu sentimen anti-Asia.
Kejahatan kebencian terhadap orang Asia-Amerika naik 149% pada 2020 di 16 kota besar Amerika Serikat dibandingkan dengan 2019, menurut Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme.
Insiden kekerasan termasuk orang-orang yang disayat dengan pisau pemotong, disulut dengan api dan pelecehan verbal, menurut kesaksian pada sidang Kongres AS tentang kekerasan anti-Asia yang digelar bulan ini.
Dukungan ini diungkapkan Kristin dalam akun Instagramnya @the_real_kristind dan diunggah ulang @ dangdut_in_america.
“Rasisme dan pelecehan anti-Asia perlu diakhiri sekarang. Kepada teman-teman Asia-Amerika saya, saya mendukung dan mencintai Anda,” ujar Kristin.
Dia menegaskan, “Saya akan memerangi rasisme dan meningkatkan kesadaran tentang masalah ini.”
Saat ini kejahatan rasisme dan kebencian terhadap warga keturunan Asia di AS memang sedang meningkat.
Lihat infografis: Awalnya Ditertawakan, Tembakan Rudal Korut Kini Mengancam
Sejumlah kota di AS meningkatkan patroli untuk mencegah kejahatan rasial ini semakin meluas.
Otoritas New York City mengerahkan tim polisi yang semuanya keturunan Asia untuk menyamar demi memerangi meningkatnya kejahatan rasial terhadap orang Asia.
Warga New York City terdiri atas berbagai etnis dan menggunakan sekitar 200 bahasa yang berbeda.
"Jika Anda akan melakukan kejahatan rasial di New York City, kami akan menemukan Anda," ujar Komisaris Kepolisian New York City Dermot Shea dalam mengungkap rencana dua arah untuk memerangi kejahatan rasial.
“Kami tidak akan mentolerir siapa pun yang menjadi sasaran karena warna kulit mereka, agama yang mereka sembah, preferensi seksual mereka atau apa pun,” papar Shea.
Hanya beberapa hari setelah serentetan serangan terhadap orang Asia-Amerika di New York City, Shea mengatakan dia meningkatkan pasukan penyamaran NYPD dengan petugas berpakaian preman, semuanya keturunan Asia.
Mulai bulan ini, mereka akan berpatroli di kereta bawah tanah, toko bahan makanan, dan lokasi lain untuk membendung insiden anti-Asia yang berjumlah 26 kasus sepanjang tahun ini, termasuk 12 serangan.
"Orang berikutnya yang Anda targetkan melalui pidato atau aktivitas mengancam mungkin adalah petugas polisi New York yang berpakaian biasa, jadi pikirkan dua kali," ungkap Shea.
“Sebanyak 26 insiden sejauh ini telah mengakibatkan tujuh penangkapan,” papar kepolisian.
“Insiden itu termasuk 12 serangan sepanjang tahun ini, tiga di antaranya akhir pekan lalu,” ungkap kepolisian.
“Sebagai perbandingan, dibandingkan tahun lalu pada pekan ini, tidak ada serangan yang dilaporkan terhadap orang Asia-Amerika,” papar kepolisian.
Karena kejahatan rasial terlalu sering tidak dilaporkan, sekarang siapa pun yang menelepon 911 dapat mengucapkan satu kata bahasa Inggris untuk bahasa ibu mereka, seperti Mandarin, dan operator polisi akan membantu mengakses penerjemah yang berbicara lebih dari 200 bahasa.
Para advokat mengaitkan lonjakan kejahatan kebencian pada komunitas Asia-Amerika Kepulauan Pasifik atas penyebaran virus corona.
Komunitas tersebut melaporkan lonjakan kekerasan sejak Maret 2020, ketika Presiden Donald Trump berulang kali menyebut COVID-19 sebagai "virus China" dan "kung flu," yang menurut beberapa orang memicu sentimen anti-Asia.
Kejahatan kebencian terhadap orang Asia-Amerika naik 149% pada 2020 di 16 kota besar Amerika Serikat dibandingkan dengan 2019, menurut Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme.
Insiden kekerasan termasuk orang-orang yang disayat dengan pisau pemotong, disulut dengan api dan pelecehan verbal, menurut kesaksian pada sidang Kongres AS tentang kekerasan anti-Asia yang digelar bulan ini.
(sya)
tulis komentar anda