China Pilih Jaga Kesepakatan Nuklir Iran, Bela Hubungan Bilateral

Jum'at, 26 Maret 2021 - 01:01 WIB
Presiden Iran Hassan Rouhani berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping pada CICA Summit di Shanghai, 21 Mei 2014. Foto/REUTERS
BEIJING - China akan melakukan berbagai upaya untuk melindungi kesepakatan nuklir Iran dan membela kepentingan hubungan Beijing dan Teheran.

Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng.

Gao Feng mengatakan itu sebagai tanggapan atas pertanyaan dari media bahwa China belum menerima pemberitahuan sanksi soal minyak Iran dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.





Komentar China muncul setelah Reuters melaporkan bahwa Iran telah "secara tidak langsung" mengirim minyak ke China dalam jumlah tertinggi selama beberapa bulan terakhir.



Minyak dari Iran itu ditandai sebagai pasokan dari Oman, Uni Emirat Arab (UEA), dan Malaysia, bahkan ketika data bea cukai China menunjukkan tidak ada minyak Iran yang diimpor ke China dalam dua bulan pertama pada tahun ini.

Lihat infografis: Topeng Emas Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di China

Peningkatan pasokan minyak Iran sebagian berkontribusi pada penurunan harga minyak mentah Brent dari USD70 per barel pada pertengahan Maret.

Presiden AS Joe Biden berusaha menghidupkan kembali pembicaraan dengan Iran tentang kesepakatan nuklir yang ditinggalkan mantan Presiden Donald Trump pada 2018.

Meski demikian, langkah-langkah ekonomi yang keras tetap berlaku pada Iran. Teheran bersikeras sanksi itu dicabut sebelum negosiasi nuklir dapat dilanjutkan.

Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya yang menandatangani kesepakatan nuklir 2015 tampaknya berselisih dengan Teheran mengenai pihak mana yang harus kembali ke kesepakatan terlebih dahulu.

Situasi ini membuat tidak mungkin sanksi AS pada Iran dapat dengan cepat dihapus.

Di sisi lain, ekspor minyak Iran meningkat pada Januari setelah dorongan pada kuartal keempat, meskipun ada sanksi AS.

Saat itu berakhirnya masa jabatan Donald Trump sebagai presiden AS diduga mengubah perilaku pembeli.

“Ekspor minyak mentah Iran tetap pada tingkat yang lebih tinggi pada Maret dibandingkan dengan tahun lalu,” ungkap pernyataan pelacak kapal tanker Petro-Logistics yang menyebutkan tanda-tanda pemulihan dalam pengiriman minyak.

Sanksi AS tersebut menyebabkan penurunan tajam dalam ekspor Iran ke China, India, Jepang, dan Korea Selatan sejak akhir 2018.

Langkah-langkah tersebut, dan pengurangan produksi oleh sesama produsen OPEC +, telah menyebabkan terbatasnya pasokan minyak mentah asam Timur Tengah di Asia, pasar minyak global teratas.

Kawasan Asia mengimpor lebih dari setengah minyak mentahnya dari Timur Tengah.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More