Shahab-3, Rudal Iran Paling Menakutkan Penjangkau Seluruh Timur Tengah Termasuk Israel
Sabtu, 20 Maret 2021 - 07:59 WIB
TEHERAN - Shabab-3 menjadi rudal balistik paling menakutkan Iran saat ini, karena mampu menjangkau seluruh Timur Tengah dan sebagian wilayah Eropa. Itu belum cukup, karena Teheran bersumpah untuk melanjutkan program rudalnya yang membuat Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengeluh.
Shahab-3—yang artinya Meteor-3—adalah rudal balistik jarak menengah berbahan bakar cairan quad-exhaust yang dikembangkan oleh Iran. Misil ini sejatinya adalah pengembangan dari rudal Nodong-1 Korea Utara (Korut).
Shahab-3 memiliki jangkauan 1.000 kilometer (620 mil). Varian untuk rudal balistik jarak menengah (MRBM)-nya sekarang dapat mencapai 2.000 kilometer (1.200 mil), yang artinya dapat mencapai target di seluruh Timur Tengah, termasuk Israel. Mesir, Rumania, Bulgaria dan Yunani juga berada dalam jangkauan.
Rudal ini diuji dari 1998 hingga 2003 dan telah ditambahkan ke persenjataan militer Iran pada 7 Juli 2003. Diresmikan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei pada 20 Juli.
Dengan akurasi 140 m CEP, rudal Shahab-3 sangat efektif melawan sasaran empuk yang besar seperti kota. Mengingat kapasitas muatannya, Shahab-3 juga memungkinkan untuk mampu mengirimkan hulu ledak nuklir.
Menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran pada awal tahun 2000-an kemungkinan telah mengeksplorasi berbagai sistem fuzing, mempersenjatai dan menembak untuk membuat Shahab-3 lebih mampu mengirimkan hulu ledak nuklir secara andal.
Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami telah berjanji untuk melanjutkan program rudal balistik negaranya. Janji ini akan menjadi perhatian AS dan sekutunya selama negosiasi masa depan dengan Teheran.
Hatami, menurut siaran televisi pemerintah Iran pada hari Kamis, mengatakan bahwa Teheran akan terus berjuang untuk "tujuan tinggi" dalam pengembangan rudal dan penelitian senjata pertahanan lainnya.
Pada minggu ini, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyiarkan rekaman dari apa yang disebut "kota rudal", yang menampilkan berbagai rudal jelajah dan balistik yang menurut komandannya; Hossein Salami, adalah bukti dari kemampuan rudal hebat dan ekspansif IRGC.
Berbicara dalam pertemuan virtual para pejabat pertahanan senior, Hatami mengatakan pasukan Iran akan memperluas pekerjaan misil mereka selama tahun-tahun mendatang.
"Kami akan tetap terlibat di bidang regional serta di bidang pertahanan dan kekuatan rudal, dan akan terus mencapai tujuan tinggi di bidang ini dengan kekuatan penuh kami," kata Hatami, seperti dikutip dari News Week, Sabtu (20/3/2021).
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada Kongres Amerika bahwa fokus administrasi Biden adalah mengembalikan Iran ke dalam kepatuhannya pada kesepakaan nuklir 2015 yang dikenal sebagai JCPOA.
Namun, dia juga menegaskan bahwa Amerika memiliki masalah-masalah terkait perilaku Iran.
"Kami memiliki masalah mendasar dengan tindakan Iran di seluruh rangkaian hal apakah itu dukungan untuk terorisme, apakah itu program rudal balistik yang semakin berbahaya, entah itu tindakan destabilisasi di seluruh wilayah," paparnya.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada CBS News pada bulan Februari bahwa kemampuan rudal Iran juga telah meningkat secara dramatis, baik selama masa jabatan terakhir Presiden Barack Obama maupun di era Presiden Donald Trump.
"Pandangan kami adalah bahwa jika kita dapat kembali ke diplomasi dan memasukkan program nuklir Iran ke dalam kotak, itu akan menciptakan platform untuk membangun upaya global, termasuk mitra dan sekutu di kawasan dan di Eropa dan di tempat lain, untuk mengambil alih ancaman signifikan lainnya yang ditimbulkan Iran, termasuk masalah rudal balistik," kata Sullivan.
Tetapi Teheran telah lama menolak isyarat negosiasi yang melibatkan misilnya. Melalui kampanye "tekanan maksimum", Trump dan para pejabat tingginya menekankan bahwa tidak dapat diterima bagi Iran untuk terus mengerjakan rudal balistiknya.
Hatami mengatakan pada hari Kamis bahwa angkatan bersenjata Iran telah bertahan lebih lama dari mantan presiden AS Donald Trump.
"Banyak dari langkah-langkah ini telah dan sedang diambil dengan tujuan untuk mengatasi Republik Islam Iran," kata Hatami, mengacu pada sanksi; tekanan militer di seluruh wilayah; dan pembunuhan komandan IRGC Mayor Jenderal Qassem Soleimani dan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh.
"Pada akhirnya, bagaimanapun, kami melihat bahwa konspirasi jahat musuh gagal dan dinamika regional berubah menjadi tidak menguntungkan bagi Amerika Serikat dan sekutunya," kata Hatami.
Shahab-3—yang artinya Meteor-3—adalah rudal balistik jarak menengah berbahan bakar cairan quad-exhaust yang dikembangkan oleh Iran. Misil ini sejatinya adalah pengembangan dari rudal Nodong-1 Korea Utara (Korut).
Shahab-3 memiliki jangkauan 1.000 kilometer (620 mil). Varian untuk rudal balistik jarak menengah (MRBM)-nya sekarang dapat mencapai 2.000 kilometer (1.200 mil), yang artinya dapat mencapai target di seluruh Timur Tengah, termasuk Israel. Mesir, Rumania, Bulgaria dan Yunani juga berada dalam jangkauan.
Rudal ini diuji dari 1998 hingga 2003 dan telah ditambahkan ke persenjataan militer Iran pada 7 Juli 2003. Diresmikan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei pada 20 Juli.
Dengan akurasi 140 m CEP, rudal Shahab-3 sangat efektif melawan sasaran empuk yang besar seperti kota. Mengingat kapasitas muatannya, Shahab-3 juga memungkinkan untuk mampu mengirimkan hulu ledak nuklir.
Menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran pada awal tahun 2000-an kemungkinan telah mengeksplorasi berbagai sistem fuzing, mempersenjatai dan menembak untuk membuat Shahab-3 lebih mampu mengirimkan hulu ledak nuklir secara andal.
Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami telah berjanji untuk melanjutkan program rudal balistik negaranya. Janji ini akan menjadi perhatian AS dan sekutunya selama negosiasi masa depan dengan Teheran.
Hatami, menurut siaran televisi pemerintah Iran pada hari Kamis, mengatakan bahwa Teheran akan terus berjuang untuk "tujuan tinggi" dalam pengembangan rudal dan penelitian senjata pertahanan lainnya.
Pada minggu ini, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyiarkan rekaman dari apa yang disebut "kota rudal", yang menampilkan berbagai rudal jelajah dan balistik yang menurut komandannya; Hossein Salami, adalah bukti dari kemampuan rudal hebat dan ekspansif IRGC.
Berbicara dalam pertemuan virtual para pejabat pertahanan senior, Hatami mengatakan pasukan Iran akan memperluas pekerjaan misil mereka selama tahun-tahun mendatang.
"Kami akan tetap terlibat di bidang regional serta di bidang pertahanan dan kekuatan rudal, dan akan terus mencapai tujuan tinggi di bidang ini dengan kekuatan penuh kami," kata Hatami, seperti dikutip dari News Week, Sabtu (20/3/2021).
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada Kongres Amerika bahwa fokus administrasi Biden adalah mengembalikan Iran ke dalam kepatuhannya pada kesepakaan nuklir 2015 yang dikenal sebagai JCPOA.
Namun, dia juga menegaskan bahwa Amerika memiliki masalah-masalah terkait perilaku Iran.
"Kami memiliki masalah mendasar dengan tindakan Iran di seluruh rangkaian hal apakah itu dukungan untuk terorisme, apakah itu program rudal balistik yang semakin berbahaya, entah itu tindakan destabilisasi di seluruh wilayah," paparnya.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada CBS News pada bulan Februari bahwa kemampuan rudal Iran juga telah meningkat secara dramatis, baik selama masa jabatan terakhir Presiden Barack Obama maupun di era Presiden Donald Trump.
"Pandangan kami adalah bahwa jika kita dapat kembali ke diplomasi dan memasukkan program nuklir Iran ke dalam kotak, itu akan menciptakan platform untuk membangun upaya global, termasuk mitra dan sekutu di kawasan dan di Eropa dan di tempat lain, untuk mengambil alih ancaman signifikan lainnya yang ditimbulkan Iran, termasuk masalah rudal balistik," kata Sullivan.
Tetapi Teheran telah lama menolak isyarat negosiasi yang melibatkan misilnya. Melalui kampanye "tekanan maksimum", Trump dan para pejabat tingginya menekankan bahwa tidak dapat diterima bagi Iran untuk terus mengerjakan rudal balistiknya.
Hatami mengatakan pada hari Kamis bahwa angkatan bersenjata Iran telah bertahan lebih lama dari mantan presiden AS Donald Trump.
"Banyak dari langkah-langkah ini telah dan sedang diambil dengan tujuan untuk mengatasi Republik Islam Iran," kata Hatami, mengacu pada sanksi; tekanan militer di seluruh wilayah; dan pembunuhan komandan IRGC Mayor Jenderal Qassem Soleimani dan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh.
"Pada akhirnya, bagaimanapun, kami melihat bahwa konspirasi jahat musuh gagal dan dinamika regional berubah menjadi tidak menguntungkan bagi Amerika Serikat dan sekutunya," kata Hatami.
(min)
tulis komentar anda