China Percepat Kemampuan Luncurkan Rudal Nuklir untuk Balas Serangan Musuh
Rabu, 03 Maret 2021 - 00:00 WIB
WASHINGTON - Citra satelit yang dianalisis ahli Amerika Serikat (AS) menunjukkan China bergerak lebih cepat menuju kemampuannya untuk meluncurkan rudal nuklir baru dari silo bawah tanah. Aktivitas itu diyakini untuk meningkatkan kemampuannya untuk segera membalas serangan nuklir musuh jika benar-benar terjadi.
Hans Kristensen, pengamat lama pasukan nuklir AS, Rusia, dan China, mengatakan gambar satelit menunjukkan bahwa China sedang berusaha untuk melawan apa yang mungkin dilihatnya sebagai ancaman yang berkembang dari AS.
AS dalam beberapa tahun terakhir telah menunjuk modernisasi nuklir China sebagai pembenaran utama untuk menginvestasikan ratusan miliar dollar dalam dua dekade mendatang untuk membangun persenjataan nuklir AS yang sepenuhnya baru.
Tidak ada indikasi Amerika Serikat dan China menuju ke arah konflik bersenjata, apalagi konflik nuklir. Tetapi laporan Kristensen muncul pada saat ketegangan AS-China meningkat di spektrum yang luas, dari perdagangan hingga keamanan nasional. Kekuatan nuklir China yang lebih kuat dapat menjadi faktor dalam perhitungan AS untuk respons militer terhadap tindakan agresif China, seperti di Taiwan atau Laut China Selatan.
Langkah-langkah tersebut akan sangat meningkatkan kemampuan Beijing di wilayah tersebut dan memperkuat ketidakseimbangan kekuatan China yang sudah sangat besar terhadap penggugat lain atas pulau dan fitur yang disengketakan di Laut China Selatan.
Pentagon menolak mengomentari analisis Kristensen tentang citra satelit, tetapi mengatakan musim panas lalu dalam laporan tahunannya tentang perkembangan militer China bahwa Beijing bermaksud untuk meningkatkan kesiapan masa damai pasukan nuklirnya dengan menempatkan lebih banyak dari mereka di silo bawah tanah dan beroperasi pada tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi di mana ia bisa meluncurkan rudal saat peringatan diserang.
"Kebijakan senjata nuklir RRC [Republik Rakyat China] memprioritaskan pemeliharaan kekuatan nuklir yang mampu bertahan dari serangan pertama dan merespons dengan kekuatan yang cukup untuk menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diterima pada musuh," bunyi laporan Pentagon.
Hans Kristensen, pengamat lama pasukan nuklir AS, Rusia, dan China, mengatakan gambar satelit menunjukkan bahwa China sedang berusaha untuk melawan apa yang mungkin dilihatnya sebagai ancaman yang berkembang dari AS.
AS dalam beberapa tahun terakhir telah menunjuk modernisasi nuklir China sebagai pembenaran utama untuk menginvestasikan ratusan miliar dollar dalam dua dekade mendatang untuk membangun persenjataan nuklir AS yang sepenuhnya baru.
Tidak ada indikasi Amerika Serikat dan China menuju ke arah konflik bersenjata, apalagi konflik nuklir. Tetapi laporan Kristensen muncul pada saat ketegangan AS-China meningkat di spektrum yang luas, dari perdagangan hingga keamanan nasional. Kekuatan nuklir China yang lebih kuat dapat menjadi faktor dalam perhitungan AS untuk respons militer terhadap tindakan agresif China, seperti di Taiwan atau Laut China Selatan.
Langkah-langkah tersebut akan sangat meningkatkan kemampuan Beijing di wilayah tersebut dan memperkuat ketidakseimbangan kekuatan China yang sudah sangat besar terhadap penggugat lain atas pulau dan fitur yang disengketakan di Laut China Selatan.
Pentagon menolak mengomentari analisis Kristensen tentang citra satelit, tetapi mengatakan musim panas lalu dalam laporan tahunannya tentang perkembangan militer China bahwa Beijing bermaksud untuk meningkatkan kesiapan masa damai pasukan nuklirnya dengan menempatkan lebih banyak dari mereka di silo bawah tanah dan beroperasi pada tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi di mana ia bisa meluncurkan rudal saat peringatan diserang.
"Kebijakan senjata nuklir RRC [Republik Rakyat China] memprioritaskan pemeliharaan kekuatan nuklir yang mampu bertahan dari serangan pertama dan merespons dengan kekuatan yang cukup untuk menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diterima pada musuh," bunyi laporan Pentagon.
tulis komentar anda