Pantas Jadi Panutan, Ini Jejak 10 Filsuf Paling Berpengaruh di Abad ke-20
Sabtu, 27 Februari 2021 - 06:30 WIB
Jean-Paul Sartre (21 Juni 1905-15 April 1980) adalah filsuf kontemporer dan penulis Prancis. Ia dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme. Rumusan eksistensialisme Sartre yang pertama dan utama adalah eksistensi mendahului esensi. Eksistensi yaitu keberadaan di dunia, suatu syarat untuk ada, sedangkan esensi yaitu hakikat, kodrat atau inti dari suatu keberadaan. Pada 1964, ia diberi Hadiah Nobel Sastra, tetapi Sartre menolak. (Baca juga: 10 Situs Warisan Dunia yang Paling Banyak Dikunjungi)
4. Jacques Derrida (Prancis-Aljazair)
Jacques Derrida merupakan filsuf Prancis kelahiran Aljazair. Ia pernah kuliah dan mengajar di Ecole Normale Superieure di Paris serta mendapat gelar doctor Honoris Causa di Universitas Cambridge. Derrida dikenal sebagai filsuf penggagas teori dekonstruksi. Teori ini menolak pemikiran tentang ada sebagai kehadiran. Dia mengkritik adanya paham Rasionalisme Barat. Derrida beranggapan bahwa filsafat bukan lagi suatu representasi kebenaran.
5. Leo Strauss (Jerman-AS)
Leo Strauss (20 September 1899 - 18 Oktober 1973) adalah filsuf dan klasikis politik Jerman-Amerika yang berspesialisasi dalam filsafat politik klasik.Terlatih dalam tradisi neo-Kantian bersama Ernst Cassirer dan tenggelam dalam karya ahli fenomenologi Edmund Husserl dan Martin Heidegger, Strauss kemudian memfokuskan penelitiannya pada teks-teks Yunani Plato dan Aristoteles, menelusuri kembali interpretasi mereka melalui filsafat Islam dan Yahudi abad pertengahan dan mendorong penerapan ide-ide itu pada teori politik kontemporer.
6. Noam Chomsky (AS)
4. Jacques Derrida (Prancis-Aljazair)
Jacques Derrida merupakan filsuf Prancis kelahiran Aljazair. Ia pernah kuliah dan mengajar di Ecole Normale Superieure di Paris serta mendapat gelar doctor Honoris Causa di Universitas Cambridge. Derrida dikenal sebagai filsuf penggagas teori dekonstruksi. Teori ini menolak pemikiran tentang ada sebagai kehadiran. Dia mengkritik adanya paham Rasionalisme Barat. Derrida beranggapan bahwa filsafat bukan lagi suatu representasi kebenaran.
5. Leo Strauss (Jerman-AS)
Leo Strauss (20 September 1899 - 18 Oktober 1973) adalah filsuf dan klasikis politik Jerman-Amerika yang berspesialisasi dalam filsafat politik klasik.Terlatih dalam tradisi neo-Kantian bersama Ernst Cassirer dan tenggelam dalam karya ahli fenomenologi Edmund Husserl dan Martin Heidegger, Strauss kemudian memfokuskan penelitiannya pada teks-teks Yunani Plato dan Aristoteles, menelusuri kembali interpretasi mereka melalui filsafat Islam dan Yahudi abad pertengahan dan mendorong penerapan ide-ide itu pada teori politik kontemporer.
6. Noam Chomsky (AS)
tulis komentar anda