Negara-negara Barat Tingkatkan Tekanan pada Junta Myanmar

Selasa, 23 Februari 2021 - 16:28 WIB
Semalam, pemerintah Uni Eropa (UE) menunjukkan dukungan bagi mereka yang berusaha melawan kudeta 1 Februari dan menuntut pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

"Kami tidak siap untuk berdiri dan menonton," ungkap Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Heiko Maas di Brussel.

Dia menambahkan bahwa sanksi dapat terjadi jika diplomasi gagal.

Uni Eropa sedang mempertimbangkan sanksi yang akan menargetkan bisnis yang dimiliki militer. Namun UE mengesampingkan sanksi pada sektor perdagangan untuk menghindari dampak pada para pekerja miskin.

Pasukan keamanan telah menunjukkan lebih banyak pengendalian daripada dalam konfrontasi sebelumnya dengan para demonstran.

Meski begitu, tiga pengunjuk rasa telah tewas, termasuk dua orang ditembak mati di kota kedua Mandalay pada Sabtu, dan seorang wanita yang meninggal pada Jumat setelah ditembak lebih dari sepekan sebelumnya di ibu kota, Naypyitaw. Sumber lain menyatakan total empat demonstran telah tewas.

Militer mengatakan seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya selama protes. Militer menuduh pengunjuk rasa memprovokasi kekerasan.

Minggu larut malam, media milik negara MRTV memperingatkan konfrontasi dapat menelan korban jiwa.

Pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing mengatakan pihak berwenang mengikuti jalur demokrasi dan polisi menggunakan kekuatan minimal, seperti peluru karet, untuk menangani unjuk rasa.

Militer merebut kekuasaan setelah menuduh terjadi kecurangan pemilu 8 November yang dimenangkan partai pimpinan Suu Kyi, mengalahkan partai pro-militer.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More