Houthi 'Rekrut' Ribuan Anak-anak untuk Dijadikan Tentara

Sabtu, 13 Februari 2021 - 10:41 WIB
Salah satu anak yang diwawancarai oleh kelompok hak asasi manusia yang ikut menulis laporan tersebut, yang diidentifikasi hanya sebagai F.A. 14 yang berusia 14 tahun, mengatakan dia telah direkrut untuk berperang di garis depan di Nihm.



“Saya ditugaskan untuk memuat senjata dan mengangkutnya dengan bahan makanan ke daerah yang tinggi dan terjal. Itu sulit dan melelahkan. Saya sering dipukuli dan ditegur ketika saya datang terlambat. Saya banyak menangis pada malam-malam itu, mengkhawatirkan hidup saya dan merindukan ibu, ayah dan saudara laki-laki saya,” tuturnya.

Perampasan makanan, pemenjaraan, penyerangan fisik dan seksual, serta ancaman pembunuhan adalah taktik hukuman yang biasa, menurut kesaksian anak-anak lain.

Pejabat PBB juga memperingatkan bahwa dampak COVID-19 dapat meningkatkan perekrutan militer anak-anak di seluruh dunia.



“Dampak pandemi COVID-19 menakutkan: kemiskinan dan kurangnya kesempatan meningkatkan faktor pendorong dan penarik lebih jauh untuk perekrutan dan penggunaan anak oleh angkatan bersenjata dan kelompok bersenjata serta kekerasan seksual atau penculikan,” kata Perwakilan Khusus PBB untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata Virginia Gamba.

“Kesempatan pendidikan, yang sudah terganggu oleh perang dan pengungsian, semakin menghilang. Secara tragis, anak-anak membayar harga tertinggi dan kami memiliki tanggung jawab bersama untuk membangun sistem berkelanjutan yang melindungi semua anak setiap saat," imbuhnya.

Data PBB menyebutkan bahwa 7.740 anak, beberapa bahkan berusia 6 tahun saat direkrut pada tahun 2019, dan perekrutan ini terjadi di setidaknya 14 negara termasuk Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan dan Somalia.

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More