Menlu AS Blinken Tekan China Soal Xinjiang dan Hong Kong

Sabtu, 06 Februari 2021 - 22:01 WIB
Menlu AS Antony Blinken. Foto/REUTERS
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menegaskan pada Menlu China Yang Jiechi dalam panggilan telepon bahwa Amerika Serikat akan membela hak asasi manusia (HAM) dan nilai-nilai demokrasi di Xinjiang, Tibet dan Hong Kong.

Blinken juga menekan China untuk mengecam kudeta militer di Myanmar. Dia menegaskan kembali bahwa Washington akan bekerja dengan sekutu untuk meminta pertanggungjawaban China atas upaya mengancam stabilitas Indo-Pasifik, termasuk di Selat Taiwan.

“Yang mengatakan kepada Blinken bahwa Amerika Serikat harus memperbaiki kesalahannya baru-baru ini dan kedua belah pihak harus saling menghormati sistem politik dan jalur pembangunan satu sama lain,” ungkap pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China.



Hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia itu mencapai titik terendah dalam beberapa dekade selama kepresidenan Donald Trump.





Para pejabat China telah menyatakan optimisme yang hati-hati bahwa hubungan kedua negara akan membaik di bawah pemerintahan Joe Biden.

Lihat infografis: Perusahaan China Bangun Kota di Depan Pintu Australia

Yang mengatakan dalam forum online pada Selasa bahwa dia berharap hubungan antara kedua negara dapat kembali ke jalur yang dapat diprediksi dan konstruktif.

Meski demikian, dia meminta Amerika Serikat "berhenti mencampuri" masalah kedaulatan China, termasuk dalam isu Xinjiang, Hong Kong dan Tibet.

Juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin juga mengatakan, "Kepentingan bersama kedua negara melebihi perbedaan mereka."

Wang mendesak Amerika Serikat bertemu dengan China “di tengah jalan" untuk meningkatkan hubungan.

Namun, kritik terhadap catatan hak asasi manusia China terus berlanjut, dengan Departemen Luar Negeri AS mengatakan "sangat terganggu" oleh laporan pelecehan seksual terhadap wanita di kamp-kamp untuk etnis Uighur dan Muslim lainnya di Xinjiang.

Biden sendiri menunjukkan sedikit tanda bahwa dia terburu-buru untuk terlibat dengan Beijing.

Dia menggambarkan China sebagai "pesaing kami yang paling serius."

Biden mengatakan Washington akan terus menghadapi apa yang dia gambarkan sebagai "serangan China terhadap hak asasi manusia, kekayaan intelektual, dan pemerintahan global."

"Tapi kami siap bekerja dengan Beijing, jika Amerika berkepentingan untuk melakukannya," papar Biden.

The Global Times, tabloid yang dijalankan surat kabar Partai Komunis China, People's Daily, mengatakan dalam editorial pada Sabtu bahwa mereka mengharapkan pemerintahan Biden terus berbicara keras sambil meningkatkan kerjasama di beberapa bidang.

“Ini jelas berbeda dari periode pemerintahan Trump selanjutnya, yang hanya memicu antagonisme antara China dan AS,” ungkap tabloid itu.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(sya)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More