Iran Tolak Permintaan AS Ambil Langkah Pertama Kembali ke Kesepakatan Nuklir
Kamis, 28 Januari 2021 - 22:39 WIB
TEHERAN - Iran menyatakan bahwa bukan mereka yang harus mengambil tindakan pertama untuk kembali ke kesepakatan nuklir 2015, melainkan Amerika Serikat (AS). Teheran mengatakan, Washington adalah pihak pertama yang melanggar kesepakatan itu.
Ini adalah respon atas pernyataan Menteri Luar Negeri baru AS, Antony Blinken. Dia menegaskan kembali kebijakan Joe Biden, bahwa Teheran harus kembali mematuhi pembatasan aktivitas nuklirnya berdasarkan kesepakatan, baru AS akan kembali ke kesepakatan itu.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif melalui akun Twitternya mengatakan bahwa AS harus melihat fakta sebelum membuat pernyataan.
"Pemeriksaan realitas untuk Blinken, AS melanggar JCPOA, makanan/obat-obatan yang diblokir JCPOA untuk orang Iran, dihukum untuk mematuhi UNSCR 2231," ucap Zarif.
"Selama kekacauan yang menjijikkan itu, Iran, sembari mematuhi JCPOA, hanya mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperkirakan," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Kamis (28/1/2021).
Zarif kemudian menuduh Washington telah secara ilegal melarang impor kemanusiaan ke Iran setelah Donald Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.
Teheran, jelasnya, terus melakukanaktivitas pengayaan uranium hanya sebagai tanggapan atas penolakan Trump terhadap perjanjian tersebut.
"Sekarang, siapa yang harus mengambil langkah pertama? Jangan pernah melupakan tekanan maksimum Trump," tukasnya.
Ini adalah respon atas pernyataan Menteri Luar Negeri baru AS, Antony Blinken. Dia menegaskan kembali kebijakan Joe Biden, bahwa Teheran harus kembali mematuhi pembatasan aktivitas nuklirnya berdasarkan kesepakatan, baru AS akan kembali ke kesepakatan itu.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif melalui akun Twitternya mengatakan bahwa AS harus melihat fakta sebelum membuat pernyataan.
"Pemeriksaan realitas untuk Blinken, AS melanggar JCPOA, makanan/obat-obatan yang diblokir JCPOA untuk orang Iran, dihukum untuk mematuhi UNSCR 2231," ucap Zarif.
"Selama kekacauan yang menjijikkan itu, Iran, sembari mematuhi JCPOA, hanya mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperkirakan," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Kamis (28/1/2021).
Zarif kemudian menuduh Washington telah secara ilegal melarang impor kemanusiaan ke Iran setelah Donald Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.
Teheran, jelasnya, terus melakukanaktivitas pengayaan uranium hanya sebagai tanggapan atas penolakan Trump terhadap perjanjian tersebut.
"Sekarang, siapa yang harus mengambil langkah pertama? Jangan pernah melupakan tekanan maksimum Trump," tukasnya.
(esn)
tulis komentar anda