Pertama Kalinya Sejak Pandemi COVID-19, Hong Kong Berlakukan Lockdown
Sabtu, 23 Januari 2021 - 00:19 WIB
HONG KONG - Ribuan warga Hong Kong akan diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah mereka setelah otoritas setempat akan memberlakukan penguncian ( lockdown ) untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19 merebak, Jumat (22/1/2021).
Penguncian diberlakuan setelah pihak berwenang memerangi wabah di salah satu distrik termiskin dan paling padat di kota yang menjadi pusat keuangan dunia itu.
Warga Hong Kong akan dilarang meninggalkan apartemen mereka kecuali dapat menunjukkan hasil negatif tes COVID-19 di mana dalam beberapa hari terakhir mengalami lonjakan kasus. Penguncian akan berlangsung sampai semua orang di area yang ditentukan telah diuji.
Laporan media lokal, South China Morning Post (SCMP) mengatakan, tindakan itu akan dilakukan pada Jumat tengah malam hingga Sabtu dengan sekitar 1.700 polisi siap untuk menegakkan aturan penguncian yang mencakup sekitar 150 blok perumahan dan hingga 9.000 orang.
Pejabat kesehatan Hong Kong menolak mengomentari proposal tersebut pada jumpa pers sore hari tetapi beberapa outlet lokal telah melaporkan tentang penguncian mengutip pejabat pemerintah.
Hong Kong adalah salah satu tempat pertama yang terkena virus Corona sejak menyebar dari China tengah.
Wilayah itu telah menjaga kasus infeksi di bawah 10.000 dan sekitar 170 kematian dengan memberlakukan tindakan jarak sosial yang efektif tetapi memberikan hukuman secara ekonomi tahun lalu.
Hong Kong selama dua bulan terakhir telah dilanda gelombang keempat infeksi dengan pihak berwenang yang berjuang untuk menurunkan angka harian.
Namun kelompok yang bandel terhadap protokol kesehatan telah muncul di lingkungan Yau Tsim Mong, sebuah distrik berpenghasilan rendah yang terkenal dengan beberapa perumahan paling sempit di dunia.
Dalam beberapa hari terakhir, pejabat kesehatan mulai melakukan pengujian wajib di sekitar 70 bangunan di daerah tersebut, tetapi pemerintah sekarang telah memutuskan untuk menguji semua orang.
"Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi mereka yang bersembunyi yang belum menerima tes COVID-19," tulis SCMP mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya yang terlibat dalam rencana itu, yang dinukil Channel News Asia, Sabtu (23/1/2021).
Daerah ini juga menjadi rumah bagi banyak etnis minoritas, terutama warga Hong Kong Asia Selatan, sebuah komunitas yang sering menghadapi diskriminasi dan kemiskinan.
Awal pekan ini, seorang pejabat kesehatan senior memicu kemarahan ketika dia menyarankan penduduk etnis minoritas mungkin lebih mudah menyebarkan virus karena mereka suka berbagi makanan, merokok, minum alkohol dan mengobrol bersama.
Kritikus membantah bahwa kemiskinan dan kurangnya perumahan yang terjangkau memaksa orang untuk hidup dalam kondisi sempit adalah penyebab lebih mudahnya virus menyebar di distrik-distrik itu bukan ras atau budaya.
Pernyataan pejabat kesehatan itu juga muncul saat video para migran yang didominasi kulit putih menari saat makan siang di Pulau Hong Kong yang lebih makmur memicu kemarahan.
Penguncian diberlakuan setelah pihak berwenang memerangi wabah di salah satu distrik termiskin dan paling padat di kota yang menjadi pusat keuangan dunia itu.
Warga Hong Kong akan dilarang meninggalkan apartemen mereka kecuali dapat menunjukkan hasil negatif tes COVID-19 di mana dalam beberapa hari terakhir mengalami lonjakan kasus. Penguncian akan berlangsung sampai semua orang di area yang ditentukan telah diuji.
Laporan media lokal, South China Morning Post (SCMP) mengatakan, tindakan itu akan dilakukan pada Jumat tengah malam hingga Sabtu dengan sekitar 1.700 polisi siap untuk menegakkan aturan penguncian yang mencakup sekitar 150 blok perumahan dan hingga 9.000 orang.
Pejabat kesehatan Hong Kong menolak mengomentari proposal tersebut pada jumpa pers sore hari tetapi beberapa outlet lokal telah melaporkan tentang penguncian mengutip pejabat pemerintah.
Hong Kong adalah salah satu tempat pertama yang terkena virus Corona sejak menyebar dari China tengah.
Wilayah itu telah menjaga kasus infeksi di bawah 10.000 dan sekitar 170 kematian dengan memberlakukan tindakan jarak sosial yang efektif tetapi memberikan hukuman secara ekonomi tahun lalu.
Hong Kong selama dua bulan terakhir telah dilanda gelombang keempat infeksi dengan pihak berwenang yang berjuang untuk menurunkan angka harian.
Namun kelompok yang bandel terhadap protokol kesehatan telah muncul di lingkungan Yau Tsim Mong, sebuah distrik berpenghasilan rendah yang terkenal dengan beberapa perumahan paling sempit di dunia.
Dalam beberapa hari terakhir, pejabat kesehatan mulai melakukan pengujian wajib di sekitar 70 bangunan di daerah tersebut, tetapi pemerintah sekarang telah memutuskan untuk menguji semua orang.
"Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi mereka yang bersembunyi yang belum menerima tes COVID-19," tulis SCMP mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya yang terlibat dalam rencana itu, yang dinukil Channel News Asia, Sabtu (23/1/2021).
Daerah ini juga menjadi rumah bagi banyak etnis minoritas, terutama warga Hong Kong Asia Selatan, sebuah komunitas yang sering menghadapi diskriminasi dan kemiskinan.
Awal pekan ini, seorang pejabat kesehatan senior memicu kemarahan ketika dia menyarankan penduduk etnis minoritas mungkin lebih mudah menyebarkan virus karena mereka suka berbagi makanan, merokok, minum alkohol dan mengobrol bersama.
Kritikus membantah bahwa kemiskinan dan kurangnya perumahan yang terjangkau memaksa orang untuk hidup dalam kondisi sempit adalah penyebab lebih mudahnya virus menyebar di distrik-distrik itu bukan ras atau budaya.
Pernyataan pejabat kesehatan itu juga muncul saat video para migran yang didominasi kulit putih menari saat makan siang di Pulau Hong Kong yang lebih makmur memicu kemarahan.
(ber)
tulis komentar anda