Bom Bunuh Diri Kembar Guncang Baghdad, 28 Tewas dan 73 Luka
Kamis, 21 Januari 2021 - 23:28 WIB
Milisi secara rutin menargetkan simbol-simbol kehadiran Amerika Serikat (AS) di Irak dengan serangan roket dan mortir, terutama Kedutaan Besar AS di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad. Laju serangan itu, bagaimanapun, telah menurun sejak gencatan senjata tidak resmi diumumkan oleh kelompok bersenjata yang didukung Iran pada bulan Oktober.
Pakar urusan keamanan Irak, Ahmed Al-Nuaimi percaya pemboman baru itu menjadi bukti bahwa sel teroris aktif telah berhasil menyusup ke ibu kota, di bawah hidung Komando Operasi Baghdad.
Nuaimi menambahkan bahwa serangan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa halaman baru kekerasan teroris, yang dapat mengarah pada dan menguntungkan retorika sektarian yang diadopsi oleh milisi dan partai, membantu mereka dalam pemilu mendatang.
Serangan itu serupa dengan yang pernah dilakukan ISIS di masa lalu. Tetapi kelompok itu jarang bisa menembus ibu kota Irak sejak digulingkan oleh pasukan Irak dan koalisi pimpinan AS pada 2017.
Bom kembar pada Kamis terjadi beberapa hari setelah pemerintah Irak dengan suara bulat setuju untuk mengadakan pemilu awal pada bulan Oktober. Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi telah mengumumkan pada bulan Juli bahwa pemungutan suara awal akan diadakan untuk memenuhi tuntutan pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Puluhan ribu demonstran turun ke jalan tahun lalu untuk menuntut perubahan politik, dan diakhirinya korupsi yang merajalela serta pelayanan publik yang buruk. Lebih dari 500 orang tewas dalam demonstrasi massal ketika pasukan keamanan menggunakan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa.
Irak juga bergulat dengan krisis ekonomi parah yang disebabkan oleh rendahnya harga minyak yang telah menyebabkan pemerintah meminjam secara internal dan berisiko menghabiskan cadangan mata uang asingnya. Bank Sentral Irak mendevaluasi dinar Irak hampir 20% tahun lalu untuk memenuhi kewajiban pengeluaran.
Pakar urusan keamanan Irak, Ahmed Al-Nuaimi percaya pemboman baru itu menjadi bukti bahwa sel teroris aktif telah berhasil menyusup ke ibu kota, di bawah hidung Komando Operasi Baghdad.
Nuaimi menambahkan bahwa serangan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa halaman baru kekerasan teroris, yang dapat mengarah pada dan menguntungkan retorika sektarian yang diadopsi oleh milisi dan partai, membantu mereka dalam pemilu mendatang.
Serangan itu serupa dengan yang pernah dilakukan ISIS di masa lalu. Tetapi kelompok itu jarang bisa menembus ibu kota Irak sejak digulingkan oleh pasukan Irak dan koalisi pimpinan AS pada 2017.
Bom kembar pada Kamis terjadi beberapa hari setelah pemerintah Irak dengan suara bulat setuju untuk mengadakan pemilu awal pada bulan Oktober. Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi telah mengumumkan pada bulan Juli bahwa pemungutan suara awal akan diadakan untuk memenuhi tuntutan pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Puluhan ribu demonstran turun ke jalan tahun lalu untuk menuntut perubahan politik, dan diakhirinya korupsi yang merajalela serta pelayanan publik yang buruk. Lebih dari 500 orang tewas dalam demonstrasi massal ketika pasukan keamanan menggunakan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa.
Irak juga bergulat dengan krisis ekonomi parah yang disebabkan oleh rendahnya harga minyak yang telah menyebabkan pemerintah meminjam secara internal dan berisiko menghabiskan cadangan mata uang asingnya. Bank Sentral Irak mendevaluasi dinar Irak hampir 20% tahun lalu untuk memenuhi kewajiban pengeluaran.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda