'Kepergian' Trump Bisa Ganggu Pembicaraan Damai Afghanistan

Selasa, 19 Januari 2021 - 02:30 WIB


Sementara itu, analis dan komentator politik yang berbasis di Kabul, Syed Eqbal, juga melihat prospek pergeseran, meski tidak terlalu drastis, dalam kebijakan AS menuju proses perdamaian Afghanistan.

“Tidak ada keraguan bahwa dorongan terakhir di Washington telah bergeser selama bertahun-tahun dari mengalahkan Taliban di medan perang, menjadi apa yang disebut jalan keluar 'bermartabat' dari Afghanistan, tetapi keluarnya pasukan dari Afghanistan] akan berbeda di bawah presiden baru," katanya.

Namun, menurut Salman Bashir, mantan Menteri Luar Negeri Pakistan, tidak melihat pembalikan proses perdamaian, meskipun ada perubahan pemerintahan di Washington dan tantangan yang membayangi.

“Saya pikir, baik Demokrat maupun Republik ingin keluar dari Afghanistan. Biden harus merangkul pandangan geo-ekonomi Afghanistan dan wilayah ini karena tidak ada pilihan lain yang layak," jelas Bashir.



“Jalan alternatif akan mengungkap prospek perdamaian dan menjerumuskan negara ke dalam perang saudara dan divisi de facto,” dia memperingatkan.

AS sendiri, kata Bashir, tidak dapat menyelesaikan keruwetan Afghanistan dan perlu bekerja sama dengan Rusia, China, dan negara-negara kawasan lainnya untuk penyelesaian yang tahan lama dari konflik yang sudah lama membara.

Berbagi pandangan yang sama, Yusufzai mengatakan, dia tidak melihat pembalikan total rencana penarikan pasukan AS oleh presiden yang akan datang meskipun ada lonjakan kekerasan.

"Dia tidak dapat melakukan itu, bahkan jika dia mau karena itu (perjanjian Doha) adalah langkah yang populer, dan kepemimpinan politik dan militer AS pada umumnya mendukung itu. Taliban juga ingin mengakhiri perang," tukasnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More