Pemimpin Hizbullah: Tombol Nuklir di Tangan ‘Bodoh Gila’ Trump
Sabtu, 09 Januari 2021 - 22:01 WIB
BEIRUT - Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan peristiwa baru-baru ini di Amerika Serikat (AS) akan berdampak global.
Dia berdoa agar Tuhan melindungi dunia hingga 20 Januari ketika Presiden terpilih Joe Biden dilantik.
"Tombol nuklir ada di tangan orang bodoh gila bernama Trump," tegas pemimpin organisasi yang didukung Iran dalam pidato yang disiarkan televisi Lebanon, dilansir Reuters.
“Tuhan melindungi dunia dari apa yang bisa dia lakukan,” papar dia. (Baca Juga: Jenderal Tertinggi AS: Presiden Punya Kekuasaan Tunggal untuk Serangan Nuklir)
Nasrallah mengatakan penyerbuan US Capitol oleh para pendukung Presiden Donald Trump pada Rabu, setelah rapat umum yang dipimpin Trump berbicara. (Baca Juga: Mayoritas Rakyat AS Ingin Trump Segera Dipecat setelah Rusuh US Capitol)
Menurut Nasrallah, penyerbuan itu menunjukkan Trump siap membunuh warganya sendiri untuk mempertahankan kekuasaan. (Lihat Video: Anies Baswedan Berlakukan Pembatasan Aktivitas Masyarakat Mulai 11 Januari 2021)
Lima orang, termasuk seorang petugas Kepolisian Capitol dan seorang wanita yang ditembak oleh polisi, tewas dalam kerusuhan di US Capitol.
"Ini adalah contoh kecil dari apa yang telah dilakukan Trump selama empat tahun di beberapa negara lain," ujar Nasrallah.
Ada peningkatan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran pada hari-hari terakhir pemerintahan Trump, yang bertepatan dengan peringatan pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani oleh AS.
Menurut survei terbaru, sebanyak 57% rakyat AS ingin Presiden Donald Trump segera dipecat dari jabatannya setelah dia mendorong protes berdarah di US Capitol.
Hasil jajak pendapat itu dirilis oleh Reuters/Ipsos. Kebanyakan dari mereka yang mengingingkan Trump segera dipecat adalah pendukung Partai Demokrat.
Pendukung Partai Republik tampaknya jauh lebih mendukung Trump menjalani hari-hari terakhir jabatannya, yang berakhir pada 20 Januari.
Survei yang dilakukan Kamis dan Jumat itu juga menunjukkan tujuh dari 10 orang yang memilih Trump pada November menentang tindakan para pendukung garis keras yang masuk US Capitol.
Dia berdoa agar Tuhan melindungi dunia hingga 20 Januari ketika Presiden terpilih Joe Biden dilantik.
"Tombol nuklir ada di tangan orang bodoh gila bernama Trump," tegas pemimpin organisasi yang didukung Iran dalam pidato yang disiarkan televisi Lebanon, dilansir Reuters.
“Tuhan melindungi dunia dari apa yang bisa dia lakukan,” papar dia. (Baca Juga: Jenderal Tertinggi AS: Presiden Punya Kekuasaan Tunggal untuk Serangan Nuklir)
Nasrallah mengatakan penyerbuan US Capitol oleh para pendukung Presiden Donald Trump pada Rabu, setelah rapat umum yang dipimpin Trump berbicara. (Baca Juga: Mayoritas Rakyat AS Ingin Trump Segera Dipecat setelah Rusuh US Capitol)
Menurut Nasrallah, penyerbuan itu menunjukkan Trump siap membunuh warganya sendiri untuk mempertahankan kekuasaan. (Lihat Video: Anies Baswedan Berlakukan Pembatasan Aktivitas Masyarakat Mulai 11 Januari 2021)
Lima orang, termasuk seorang petugas Kepolisian Capitol dan seorang wanita yang ditembak oleh polisi, tewas dalam kerusuhan di US Capitol.
"Ini adalah contoh kecil dari apa yang telah dilakukan Trump selama empat tahun di beberapa negara lain," ujar Nasrallah.
Ada peningkatan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran pada hari-hari terakhir pemerintahan Trump, yang bertepatan dengan peringatan pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani oleh AS.
Menurut survei terbaru, sebanyak 57% rakyat AS ingin Presiden Donald Trump segera dipecat dari jabatannya setelah dia mendorong protes berdarah di US Capitol.
Hasil jajak pendapat itu dirilis oleh Reuters/Ipsos. Kebanyakan dari mereka yang mengingingkan Trump segera dipecat adalah pendukung Partai Demokrat.
Pendukung Partai Republik tampaknya jauh lebih mendukung Trump menjalani hari-hari terakhir jabatannya, yang berakhir pada 20 Januari.
Survei yang dilakukan Kamis dan Jumat itu juga menunjukkan tujuh dari 10 orang yang memilih Trump pada November menentang tindakan para pendukung garis keras yang masuk US Capitol.
(sya)
tulis komentar anda