Gawat, Perang Iran Bisa Picu Krisis Dunia
Selasa, 05 Januari 2021 - 10:15 WIB
TEHERAN - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebenarnya ingin melancarkan perang melawan Iran . Namun, Iran hanya sesumbar bahwa mereka siap menghadapi perang karena mereka telah melakukan kalkulasi matang.
Trump ingin meninggalkan pekerjaan berat bagi Joe Biden dengan melancarkan perang Iran. Dengan dukungan Iran, hal itu bukan hal yang mustahil. Pada momen beberapa saat terakhir sangat tepat ketika Iran kembali mengumandangkan balas dendam atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani setahun lalu. (Baca: Ancaman Iran Makin Menjadi-jadi, AS Batal Pulangkan Kapal Induk dari Teluk)
Sinyal ketegangan AS-Iran semakin meningkat ketika kapal induk USS Nimitz tetap bertahan di Timur Tengah, padahal sebelumnya AS telah memerintahkan penarikannya. Itu dikarenakan AS melihat adanya ancaman Iran terhadap Presiden Trump dan para pejabat AS lainnya.
Pada akhir 2020, AS memerintahkan penerbangan pesawat pengebom B-52 yang membawa senjata nuklir ke Timur Tengah. Itu dikarenakan seorang penasihat militer Iran mengancam bahwa Tahun Baru akan menjadi duka bagi warga AS.
Jika perang Iran-AS pecah sebelum Trump lengser, itu akan menjadi bencana besar bagi dunia, bukan hanya Timur Tengah. Konsekuensi yang ditanggung bukan hanya AS dan koalisinya, yakni Arab Saudi dan Israel. Namun, konflik itu akan berdampak luas karena Timur Tengah merupakan jantung konflik dunia.
Perang Iran-AS bisa jadi akan memicu krisis ekonomi dunia yang lebih parah. Padahal, saat ini dunia sedang menghadapi krisis ekonomi dunia karena pandemi virus korona yang berlangsung hingga kini. Dunia akan kembali menghadapi resesi berkepanjangan karena efek ganda antara perang dan pandemi. (Baca juga: Doa Pengantin Baru Beserta Maknanya)
Negara yang paling dirugikan akibat perang itu adalah Iran. Itu disebabkan Iran mengalami bencana dan tragedi sepanjang 2020 dan menjadi tahun yang paling buruk sejak perang Iran-Irak.
Jika perang, Iran akan kembali menghadapi bencana berkepanjangan. Mata uang Iran pun sudah merosot lebih dari separuh. Media di Iran sudah memperingatkan bahwa ekonomi Iran akan menghadapi kehancuran. Sanksi ekonomi AS melemahkan Iran dari segala arah.
"Iran menghadapi defisit anggaran USD200 juta per pekan. Defisit itu menyebabkan inflasi," kata Majid Rafizadeh, pakar Iran, dilansir Arab News. "Krisis ekonomi Iran disebabkan oleh dikuasai Pasukan Garda Revolusi dan afiliasi, kantor Pemimpin Tertinggi yang menguasai sistem keuangan dan ekonomi Iran," imbuhnya.
Trump ingin meninggalkan pekerjaan berat bagi Joe Biden dengan melancarkan perang Iran. Dengan dukungan Iran, hal itu bukan hal yang mustahil. Pada momen beberapa saat terakhir sangat tepat ketika Iran kembali mengumandangkan balas dendam atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani setahun lalu. (Baca: Ancaman Iran Makin Menjadi-jadi, AS Batal Pulangkan Kapal Induk dari Teluk)
Sinyal ketegangan AS-Iran semakin meningkat ketika kapal induk USS Nimitz tetap bertahan di Timur Tengah, padahal sebelumnya AS telah memerintahkan penarikannya. Itu dikarenakan AS melihat adanya ancaman Iran terhadap Presiden Trump dan para pejabat AS lainnya.
Pada akhir 2020, AS memerintahkan penerbangan pesawat pengebom B-52 yang membawa senjata nuklir ke Timur Tengah. Itu dikarenakan seorang penasihat militer Iran mengancam bahwa Tahun Baru akan menjadi duka bagi warga AS.
Jika perang Iran-AS pecah sebelum Trump lengser, itu akan menjadi bencana besar bagi dunia, bukan hanya Timur Tengah. Konsekuensi yang ditanggung bukan hanya AS dan koalisinya, yakni Arab Saudi dan Israel. Namun, konflik itu akan berdampak luas karena Timur Tengah merupakan jantung konflik dunia.
Perang Iran-AS bisa jadi akan memicu krisis ekonomi dunia yang lebih parah. Padahal, saat ini dunia sedang menghadapi krisis ekonomi dunia karena pandemi virus korona yang berlangsung hingga kini. Dunia akan kembali menghadapi resesi berkepanjangan karena efek ganda antara perang dan pandemi. (Baca juga: Doa Pengantin Baru Beserta Maknanya)
Negara yang paling dirugikan akibat perang itu adalah Iran. Itu disebabkan Iran mengalami bencana dan tragedi sepanjang 2020 dan menjadi tahun yang paling buruk sejak perang Iran-Irak.
Jika perang, Iran akan kembali menghadapi bencana berkepanjangan. Mata uang Iran pun sudah merosot lebih dari separuh. Media di Iran sudah memperingatkan bahwa ekonomi Iran akan menghadapi kehancuran. Sanksi ekonomi AS melemahkan Iran dari segala arah.
"Iran menghadapi defisit anggaran USD200 juta per pekan. Defisit itu menyebabkan inflasi," kata Majid Rafizadeh, pakar Iran, dilansir Arab News. "Krisis ekonomi Iran disebabkan oleh dikuasai Pasukan Garda Revolusi dan afiliasi, kantor Pemimpin Tertinggi yang menguasai sistem keuangan dan ekonomi Iran," imbuhnya.
tulis komentar anda