Drone Selam China Berkeliaran di Perairan Indonesia Patut Dicurigai
Jum'at, 01 Januari 2021 - 06:23 WIB
“Rute-rute ini, Selat Sunda dan Selat Lombok, mungkin penting di masa perang,” tulis Sutton, seperti dikutip news.com.au, Jumat (1/1/2021). "Intelijen yang dikumpulkan oleh drone mungkin berharga bagi Angkatan Laut China jika kapal selam mereka berniat untuk menggunakan selat ini."
Beijing bukan satu-satunya kekuatan Angkatan Laut yang menggunakan perangkat bawah air semacam itu. Sebuah kapal perang China menyita drone selam Amerika Serikat (AS) saat ditemukan oleh kapal survei di Laut China Selatan pada tahun 2016.
Beijing kala itu mengeluarkan protes resmi atas apa yang disebut sebagai intrusi perairan kedaulatannya.
Namun Beijing sendiri telah berulang kali tertangkap beroperasi di perairan asing.
Pada September tahun lalu, Angkatan Laut India mengusir kapal survei China; Shhiyan-1, dari Kepulauan Andaman dan Nicobar. Ini menandai pintu masuk Samudra Hindia ke Selat Malaka yang penting.
Beijing telah mengirim patroli kapal selam reguler ke Laut Andaman dan Teluk Benggala sejak 2012.
Rekan peneliti dari Institute of South Asian Studies Yogesh Joshi telah memperingatkan; "Laut Andaman perlahan tapi pasti menjadi (sebuah) medan pertempuran yang paling penting."
“Ekonomi China sangat bergantung pada jalur komunikasi laut yang melewati jalur air; karena itu, ia takut akan situasi di mana kekuatan yang bermusuhan dapat mengganggu jalur kehidupan ekonomi yang vital ini," tulis dia.
Tapi Beijing menyadari kendali atas saluran vital ini memotong dua arah. Jika ditutup, itu akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi ekonomi regional utama termasuk Jepang, Korea Selatan dan Australia.
Australia tidak memiliki cadangan bahan bakar.
Beijing bukan satu-satunya kekuatan Angkatan Laut yang menggunakan perangkat bawah air semacam itu. Sebuah kapal perang China menyita drone selam Amerika Serikat (AS) saat ditemukan oleh kapal survei di Laut China Selatan pada tahun 2016.
Beijing kala itu mengeluarkan protes resmi atas apa yang disebut sebagai intrusi perairan kedaulatannya.
Namun Beijing sendiri telah berulang kali tertangkap beroperasi di perairan asing.
Pada September tahun lalu, Angkatan Laut India mengusir kapal survei China; Shhiyan-1, dari Kepulauan Andaman dan Nicobar. Ini menandai pintu masuk Samudra Hindia ke Selat Malaka yang penting.
Beijing telah mengirim patroli kapal selam reguler ke Laut Andaman dan Teluk Benggala sejak 2012.
Rekan peneliti dari Institute of South Asian Studies Yogesh Joshi telah memperingatkan; "Laut Andaman perlahan tapi pasti menjadi (sebuah) medan pertempuran yang paling penting."
“Ekonomi China sangat bergantung pada jalur komunikasi laut yang melewati jalur air; karena itu, ia takut akan situasi di mana kekuatan yang bermusuhan dapat mengganggu jalur kehidupan ekonomi yang vital ini," tulis dia.
Tapi Beijing menyadari kendali atas saluran vital ini memotong dua arah. Jika ditutup, itu akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi ekonomi regional utama termasuk Jepang, Korea Selatan dan Australia.
Australia tidak memiliki cadangan bahan bakar.
tulis komentar anda