Sekjen PBB: Deklarasikan Status Darurat Iklim untuk Hindari Bencana
Minggu, 13 Desember 2020 - 04:04 WIB
LONDON - Para pemimpin dunia harus mendeklarasikan status “darurat iklim” di negara-negara mereka untuk mendorong aksi menghindari bencana pemanasan global.
Seruan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) iklim pada Sabtu (12/12).
Lebih dari 70 pemimpin dunia akan berpidato dalam pertemuan virtual satu hari yang bertujuan membangun momentum pengurangan emisi pada peringatan lima tahun kesepakatan iklim Paris 2015.
“Adakah yang masih menyangkal bahwa kita menghadapi keadaan darurat yang dramatis?” ujar Guterres melalui video. (Baca Juga: Trump: Suntikan Pertama Vaksin Pfizer di AS Dilakukan Kurang dari 24 Jam)
“Itulah mengapa hari ini, saya menyerukan kepada semua pemimpin di seluruh dunia untuk mendeklarasikan Keadaan Darurat Iklim di negara mereka sampai netralitas karbon tercapai,” papar dia. (Lihat Infografis: Indonesia Dapat Direstui AS Beli Jet Tempur F-15 dan F-18)
Guterres mengatakan paket pemulihan ekonomi yang diluncurkan setelah pandemi virus corona mewakili peluang mempercepat transisi ke masa depan rendah karbon. Namun dia memperingatkan bahwa langkah itu tidak terjadi cukup cepat. (Lihat Video: Habib Rizieq Jalani Test Rapid Antigen, Ini Hasilnya)
“Sejauh ini, anggota G20 membelanjakan 50% lebih banyak untuk stimulus dan paket penyelamatan mereka di sektor-sektor yang terkait dengan produksi dan konsumsi bahan bakar fosil, daripada energi rendah karbon,” ujar Guterres.
"Ini tidak bisa diterima. Triliunan dolar yang dibutuhkan untuk pemulihan COVID adalah uang yang kita pinjam dari generasi mendatang,” ungkap dia.
“Kita tidak dapat menggunakan sumber daya ini untuk mengunci kebijakan yang membebani generasi mendatang dengan segunung utang di planet yang rusak,” tegas dia.
Pada Jumat, tuan rumah KTT iklim, Inggris berjanji mengakhiri dukungan langsung pemerintah untuk proyek bahan bakar fosil di luar negeri.
Langkah Inggris itu demi memacu langkah serupa oleh negara lain untuk mempercepat pergeseran ke energi yang lebih bersih.
China mengejutkan banyak pengamat dengan mengumumkan tujuan menjadi netral karbon pada 2060, termasuk India dan Jepang.
Seruan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) iklim pada Sabtu (12/12).
Lebih dari 70 pemimpin dunia akan berpidato dalam pertemuan virtual satu hari yang bertujuan membangun momentum pengurangan emisi pada peringatan lima tahun kesepakatan iklim Paris 2015.
“Adakah yang masih menyangkal bahwa kita menghadapi keadaan darurat yang dramatis?” ujar Guterres melalui video. (Baca Juga: Trump: Suntikan Pertama Vaksin Pfizer di AS Dilakukan Kurang dari 24 Jam)
“Itulah mengapa hari ini, saya menyerukan kepada semua pemimpin di seluruh dunia untuk mendeklarasikan Keadaan Darurat Iklim di negara mereka sampai netralitas karbon tercapai,” papar dia. (Lihat Infografis: Indonesia Dapat Direstui AS Beli Jet Tempur F-15 dan F-18)
Guterres mengatakan paket pemulihan ekonomi yang diluncurkan setelah pandemi virus corona mewakili peluang mempercepat transisi ke masa depan rendah karbon. Namun dia memperingatkan bahwa langkah itu tidak terjadi cukup cepat. (Lihat Video: Habib Rizieq Jalani Test Rapid Antigen, Ini Hasilnya)
“Sejauh ini, anggota G20 membelanjakan 50% lebih banyak untuk stimulus dan paket penyelamatan mereka di sektor-sektor yang terkait dengan produksi dan konsumsi bahan bakar fosil, daripada energi rendah karbon,” ujar Guterres.
"Ini tidak bisa diterima. Triliunan dolar yang dibutuhkan untuk pemulihan COVID adalah uang yang kita pinjam dari generasi mendatang,” ungkap dia.
“Kita tidak dapat menggunakan sumber daya ini untuk mengunci kebijakan yang membebani generasi mendatang dengan segunung utang di planet yang rusak,” tegas dia.
Pada Jumat, tuan rumah KTT iklim, Inggris berjanji mengakhiri dukungan langsung pemerintah untuk proyek bahan bakar fosil di luar negeri.
Langkah Inggris itu demi memacu langkah serupa oleh negara lain untuk mempercepat pergeseran ke energi yang lebih bersih.
China mengejutkan banyak pengamat dengan mengumumkan tujuan menjadi netral karbon pada 2060, termasuk India dan Jepang.
(sya)
tulis komentar anda