Bukan Gertak Sambal, China Realisasikan Ancamannya pada Australia
Rabu, 13 Mei 2020 - 09:11 WIB
CANBERRA - China benar-benar merealisasikan ancamannya terhadap Australia dengan memblokir ekspor daging negeri kanguru tersebut. Ancaman telah diumbar Beijing setelah Canberra menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul virus corona baru penyebab penyakit Covid-19 .
Aksi China telah membuat para warga Australia khawatir bisa kehilangan pekerajaan. Selama ini, sekitar 18 persen dari produksi daging sapi Australia diekspor ke China. Nilai ekspornya lebih dari 3 miliar dolar per tahun.
Dalam jangka pendek, situasi ini kemungkinan akan menurunkan harga daging sapi di supermarket-supermarket Australia. Tak hanya itu, sektor industri lain di negara itu diperkirakan akan merasakan tekanan.
Beijing secara resmi berdalih keputusan untuk memblokir ekspor daging Canberra adalah hasil dari masalah dengan pelabelan makanan dan sertifikat kesehatan. Namun, banyak pihak termasuk media-media Australia meyakini pemblokiran ekspor daging itu sebagai pembalasan atas sikap Perdana Menteri Scott Morrison yang menyerukan penyelidikan internasional terkait asal-usul virus corona baru, SARS-CoV-2, yang menyebabkan pandemi Covid-19.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan petugas bea cukai telah mendeteksi pelanggaran yang berulang kali terhadap persyaratan inspeksi dan karantina oleh sedikit perusahaan ekspor daging sapi Australia. (Baca: China Ancam Australia Terkait Seruan Penyelidikan Soal Covid-19 )
"China telah memutuskan untuk segera menangguhkan secara efektif, memproses empat deklarasi impor perusahaan Australia untuk produk daging," katanya dalam konferensi pers pada hari Selasa.
"Pihak China telah meminta pihak Australia untuk melakukan penyelidikan menyeluruh untuk menemukan penyebab dan mengatasi masalah tersebut," lanjut dia.
Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengatakan apa yang terjadi menyangkut suspensi didasarkan pada masalah yang sangat teknis, dengan beberapa mundur lebih dari setahun. "Sangat mengecewakan bahwa tidak ada pemberitahuan yang diberikan sebelum penangguhan itu berlaku," katanya, seperti dikutip 9News, Rabu (13/5/2020).
Pada hari Minggu, China mengancam akan "menampar" tarif 80 persen pada produk gandum Australia dan industri susu setelah kedua negara bersitegang. Ancaman Beijing itu bisa membuat beberapa sektor industri lain Australia terkena imbasnya.
Aksi China telah membuat para warga Australia khawatir bisa kehilangan pekerajaan. Selama ini, sekitar 18 persen dari produksi daging sapi Australia diekspor ke China. Nilai ekspornya lebih dari 3 miliar dolar per tahun.
Dalam jangka pendek, situasi ini kemungkinan akan menurunkan harga daging sapi di supermarket-supermarket Australia. Tak hanya itu, sektor industri lain di negara itu diperkirakan akan merasakan tekanan.
Beijing secara resmi berdalih keputusan untuk memblokir ekspor daging Canberra adalah hasil dari masalah dengan pelabelan makanan dan sertifikat kesehatan. Namun, banyak pihak termasuk media-media Australia meyakini pemblokiran ekspor daging itu sebagai pembalasan atas sikap Perdana Menteri Scott Morrison yang menyerukan penyelidikan internasional terkait asal-usul virus corona baru, SARS-CoV-2, yang menyebabkan pandemi Covid-19.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan petugas bea cukai telah mendeteksi pelanggaran yang berulang kali terhadap persyaratan inspeksi dan karantina oleh sedikit perusahaan ekspor daging sapi Australia. (Baca: China Ancam Australia Terkait Seruan Penyelidikan Soal Covid-19 )
"China telah memutuskan untuk segera menangguhkan secara efektif, memproses empat deklarasi impor perusahaan Australia untuk produk daging," katanya dalam konferensi pers pada hari Selasa.
"Pihak China telah meminta pihak Australia untuk melakukan penyelidikan menyeluruh untuk menemukan penyebab dan mengatasi masalah tersebut," lanjut dia.
Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengatakan apa yang terjadi menyangkut suspensi didasarkan pada masalah yang sangat teknis, dengan beberapa mundur lebih dari setahun. "Sangat mengecewakan bahwa tidak ada pemberitahuan yang diberikan sebelum penangguhan itu berlaku," katanya, seperti dikutip 9News, Rabu (13/5/2020).
Pada hari Minggu, China mengancam akan "menampar" tarif 80 persen pada produk gandum Australia dan industri susu setelah kedua negara bersitegang. Ancaman Beijing itu bisa membuat beberapa sektor industri lain Australia terkena imbasnya.
tulis komentar anda