Indonesia Dapat Persetujuan AS Beli Jet Tempur F-15 dan F-18

Jum'at, 11 Desember 2020 - 07:00 WIB
“Tinggal seberapa siap kita menyediakan anggaran,” ujarnya. Untuk saat ini belum ada kesepakatan yang ditandatangani.

Pedrason mengatakan Indonesia telah mendorong AS untuk menjual jet tempur F-15, F-18 dan F-35, tetapi akhirnya hanya menyetujui dua model karena yang ketiga bisa memakan waktu hingga 10 tahun untuk dikirim.

F-15 dan F-18 diproduksi oleh perusahaan kedirgantaraan AS; McDonnell Douglas dan Boeing.

Kekuatan besar seperti Prancis, Inggris, Jerman dan negara-negara NATO lainnya juga mendekati Indonesia belakangan ini untuk membahas Laut China Selatan. Pedrason mengatakan Prabowo dijadwalkan mengunjungi Inggris awal tahun depan, setelah melakukan lebih dari 20 kunjungan selama setahun terakhir untuk mencari kesepakatan persenjataan yang baik, termasuk di Prancis, Rusia, Turki, dan China.

Manila akan menjadi perhentian Miller berikutnya, setelah itu dia akan menuju ke Hawaii, di mana dia akan menghadiri pertemuan virtual para Menteri Pertahanan ASEAN dan para mitra blok tersebut.

Pedrason mengatakan Kementerian Pertahanan di bawah Prabowo memiliki rencana besar untuk pengadaan lebih dari 100 jet tempur unggul, untuk menambah armada Indonesia saat ini yang berjumlah kurang dari 60 unit. "Kami akan memiliki sekitar 170 jet tempur. Luar biasa," ujar Pedrason.

Dia tidak mengatakan kapan kementerian berharap untuk mencapai target itu, tetapi menambahkan Indonesia berharap akan menyediakan antara USD9 miliar hingga USD11 miliar untuk persenjataan baru dan peralatan militer selama 20 tahun ke depan. Dia mengatakan Indonesia juga berencana untuk menerima penawaran pinjaman lunak dari negara-negara seperti Prancis, Turki, China, dan Rusia.

Karena kesepakatan untuk jet tempur baru bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk membuahkan hasil, Indonesia berencana untuk membeli pesawat bekas seperti Eurofighter Typhoon, yang dapat dikirimkan lebih cepat. Laporan sebelumnya mengatakan Prabowo tertarik untuk membeli 15 pesawat semacam itu dari Austria.

Tapi Pedrason mengatakan rencana itu hanya sementara.

"Sangat mendesak bagi kami sekarang untuk memiliki persenjataan yang dapat menyeimbangkan (kekuatan) melawan negara-negara titik merah di dekat kami," ujarnya, mengutip tidak hanya Laut China Selatan tetapi juga sengketa perbatasan Indonesia yang lebih lama dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More