Kim Jong-un Panik, Isolasi Satu Kota Cegah Penyebaran Covid-19
Selasa, 08 Desember 2020 - 20:43 WIB
SEOUL - Pemimpin Korea Utara (Korut) , Kim Jong-un , dilaporkan mengisolasi kota Chingjin guna mencegah penyebaran virus Corona . Akibatnya, penduduk setempat mengeluhkan kesulitan dalam berdagang dan memperoleh bahan makanan.
Sebuah sumber di provinsi Hamgyong Utara mengatakan kepada Daily NK bahwa penduduk Chongjin dilarang bepergian antar distrik untuk membatasi penyebaran virus Corona. Mereka mengklaim kendaraan pengeras suara dari departemen propaganda milik otoritas lokal telah terlihat setiap hari sejak pertengahan bulan November.
Kendaraan menyampaikan pesan kepada warga, memperingatkan: “Sejak penyakit menular menyebar, warga tidak boleh meninggalkan distrik mereka dengan alasan apapun.”
Sebagai hasil dari tindakan penguncian, penduduk Chongjin mengeluh bahwa mereka tidak dapat menyiapkan makan karena mereka tidak dapat membeli bahan makanan untuk persediaan musim dingin.
“Setiap tahun sekitar waktu ini, penduduk Chongjin membuat kimchi (makanan khas korea) dengan kubis yang dibawa dari pertanian sekitar atau kebun pribadi petani, atau dengan kubis yang diselundupkan dari China, tetapi tahun ini mereka bahkan tidak dapat berpikir untuk membuat kimchi dengan distribusi (barang) terhenti dan harga kubis melonjak,” kata sejumlah sumber seperti dikutip dari Express, Selasa (8/12/2020).
Dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona, otoritas Korut telah menutup pasar di Chongjin, memaksa para penjual untuk terus-menerus memindahkan perdagangan mereka.
Akibatnya harga makanan pun melonjak naik. Harga kubis, yang digunakan untuk membuat kimchi, naik hingga lima kali lipat. Harga beras juga melonjak di Hyesan, di provinsi Yanggang, dengan otoritas lokal dipaksa untuk memberlakukan kontrol harga yang ketat pada makanan dan barang.(Baca juga: Korsel Ragukan Klaim Korut Tidak Miliki Kasus Infeksi Covid-19 )
“Dengan pasar tutup untuk sementara waktu, penduduk sekitar Pasar Sunam telah pindah ke tanggul Sungai Susong untuk berdagang barang dagangan mereka," kata sumber-sumber tersebut.
"Meski begitu, petugas keamanan dan patroli mengusir mereka, jadi mereka menjual barang-barang mereka saat bepergian," sumber-sumber itu menambahkan.
Penduduk setempat dikatakan marah atas pembatasan tersebut, dengan mengatakan pihak berwenang harus memberi mereka mata pencaharian bahkan ketika mereka mencoba mengendalikan penyakit menular dan semua orang akan mati kelaparan pada tingkat ini.
Kim Jong-un sambil menangis meminta maaf kepada warga Korut selama parade peringatan 75 tahun Partai Buruh yang berkuasa atas kesulitan yang disebabkan oleh pandemi virus Corona, termasuk serangan terhadap persediaan makanan.
Berbicara pada bulan Oktober lalu, diktator muda Korut itu berkata: “Orang-orang kami telah menaruh kepercayaan, setinggi langit dan sedalam laut, kepada saya, tetapi saya telah gagal untuk selalu menjalaninya dengan memuaskan. Saya sangat menyesal untuk itu."(Baca juga: Langgar Karantina Covid-19, Pria Korut Dieksekusi Tembak di Depan Umum )
“Meskipun saya dipercayakan dengan tanggung jawab penting untuk memimpin negara ini dengan menjunjung tinggi perjuangan greta kamerad Kim Il-sung dan Kim Jong-il berkat kepercayaan semua orang, upaya dan ketulusan saya belum cukup untuk menyingkirkan orang-orang dari kesulitan dalam hidup mereka," imbuhnya.
Pasokan makanan untuk warga Korut selama ini cenderung diimpor dari China, tetapi perbatasan antar negara ditutup pada Februari lalu untuk memastikan virus Corona tidak akan menyebar ke negara itu.
Puluhan warga Korut tewas saat meletakkan ranjau darat di perbatasan antara negara itu dan China.
Radio Free Asia melaporkan sebuah sumber di negara itu yang mengatakan bahwa otoritas Kim Jong-un belum memberikan pelatihan yang memadai kepada tentara yang meletakkan ranjau.
Pihak berwenang telah memberi tahu penduduk untuk tidak membicarakan insiden tersebut, dan sumber tersebut mengklaim bahwa ranjau tersebut lebih dimaksudkan untuk mencegah pembelotan dari Korut.
Topan juga berdampak pada pasokan makanan Korut dengan hasil panen yang hancur akibat badai yang datang pada awal tahun ini.
Korut selama ini mengklaim tidak ada kasus infeksi virus Corona yang terjadi di negara tertutup itu. Namun, sejumlah ahli meragukan klaim tersebut.(Baca juga: Analis AS: Kim Jong-un dan Keluarganya Disuntik Vaksin Covid-19 China )
Sebuah sumber di provinsi Hamgyong Utara mengatakan kepada Daily NK bahwa penduduk Chongjin dilarang bepergian antar distrik untuk membatasi penyebaran virus Corona. Mereka mengklaim kendaraan pengeras suara dari departemen propaganda milik otoritas lokal telah terlihat setiap hari sejak pertengahan bulan November.
Kendaraan menyampaikan pesan kepada warga, memperingatkan: “Sejak penyakit menular menyebar, warga tidak boleh meninggalkan distrik mereka dengan alasan apapun.”
Sebagai hasil dari tindakan penguncian, penduduk Chongjin mengeluh bahwa mereka tidak dapat menyiapkan makan karena mereka tidak dapat membeli bahan makanan untuk persediaan musim dingin.
“Setiap tahun sekitar waktu ini, penduduk Chongjin membuat kimchi (makanan khas korea) dengan kubis yang dibawa dari pertanian sekitar atau kebun pribadi petani, atau dengan kubis yang diselundupkan dari China, tetapi tahun ini mereka bahkan tidak dapat berpikir untuk membuat kimchi dengan distribusi (barang) terhenti dan harga kubis melonjak,” kata sejumlah sumber seperti dikutip dari Express, Selasa (8/12/2020).
Dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona, otoritas Korut telah menutup pasar di Chongjin, memaksa para penjual untuk terus-menerus memindahkan perdagangan mereka.
Akibatnya harga makanan pun melonjak naik. Harga kubis, yang digunakan untuk membuat kimchi, naik hingga lima kali lipat. Harga beras juga melonjak di Hyesan, di provinsi Yanggang, dengan otoritas lokal dipaksa untuk memberlakukan kontrol harga yang ketat pada makanan dan barang.(Baca juga: Korsel Ragukan Klaim Korut Tidak Miliki Kasus Infeksi Covid-19 )
“Dengan pasar tutup untuk sementara waktu, penduduk sekitar Pasar Sunam telah pindah ke tanggul Sungai Susong untuk berdagang barang dagangan mereka," kata sumber-sumber tersebut.
"Meski begitu, petugas keamanan dan patroli mengusir mereka, jadi mereka menjual barang-barang mereka saat bepergian," sumber-sumber itu menambahkan.
Penduduk setempat dikatakan marah atas pembatasan tersebut, dengan mengatakan pihak berwenang harus memberi mereka mata pencaharian bahkan ketika mereka mencoba mengendalikan penyakit menular dan semua orang akan mati kelaparan pada tingkat ini.
Kim Jong-un sambil menangis meminta maaf kepada warga Korut selama parade peringatan 75 tahun Partai Buruh yang berkuasa atas kesulitan yang disebabkan oleh pandemi virus Corona, termasuk serangan terhadap persediaan makanan.
Berbicara pada bulan Oktober lalu, diktator muda Korut itu berkata: “Orang-orang kami telah menaruh kepercayaan, setinggi langit dan sedalam laut, kepada saya, tetapi saya telah gagal untuk selalu menjalaninya dengan memuaskan. Saya sangat menyesal untuk itu."(Baca juga: Langgar Karantina Covid-19, Pria Korut Dieksekusi Tembak di Depan Umum )
“Meskipun saya dipercayakan dengan tanggung jawab penting untuk memimpin negara ini dengan menjunjung tinggi perjuangan greta kamerad Kim Il-sung dan Kim Jong-il berkat kepercayaan semua orang, upaya dan ketulusan saya belum cukup untuk menyingkirkan orang-orang dari kesulitan dalam hidup mereka," imbuhnya.
Pasokan makanan untuk warga Korut selama ini cenderung diimpor dari China, tetapi perbatasan antar negara ditutup pada Februari lalu untuk memastikan virus Corona tidak akan menyebar ke negara itu.
Puluhan warga Korut tewas saat meletakkan ranjau darat di perbatasan antara negara itu dan China.
Radio Free Asia melaporkan sebuah sumber di negara itu yang mengatakan bahwa otoritas Kim Jong-un belum memberikan pelatihan yang memadai kepada tentara yang meletakkan ranjau.
Pihak berwenang telah memberi tahu penduduk untuk tidak membicarakan insiden tersebut, dan sumber tersebut mengklaim bahwa ranjau tersebut lebih dimaksudkan untuk mencegah pembelotan dari Korut.
Topan juga berdampak pada pasokan makanan Korut dengan hasil panen yang hancur akibat badai yang datang pada awal tahun ini.
Korut selama ini mengklaim tidak ada kasus infeksi virus Corona yang terjadi di negara tertutup itu. Namun, sejumlah ahli meragukan klaim tersebut.(Baca juga: Analis AS: Kim Jong-un dan Keluarganya Disuntik Vaksin Covid-19 China )
(ber)
tulis komentar anda