Masuk Eropa Harus Miliki Paspor Imun Covid-19
Selasa, 08 Desember 2020 - 07:06 WIB
Sedangkan Estonia menjadi negara Eropa yang cukup lama telah mengusulkan paspor imunitas . Tavvet Hinrikus, pendiri firma pertukaran uang TransferWise, membantu mengembangkan sistem aplikasi ponsel sebagai basis untuk paspor imunitas.
"Paspor ini sebagai upaya untuk menjaga orang tua dan kesehatan,"kata Hinrikus, dilansir BBC. Bagi orang yang memiliki paspor imunitas, menurut dia, mereka bisa bekerja dengan manula dan harus diberlakukan bagi pekerja di garda depan.
Lantas apa dampak dari paspor imunitas itu?Pakar psikologi kesehatan dari Universitas College London Robert West mengatakan, kalau paspor imunitas akan memecah belah masyarakat. "Bisa dibayangkan jika seseorang memiliki paspor imunitas, maka orang akan membukakan pintu. Tapi, bagi yang tidak memiliki paspor imunitas, dia tidak akan diterima di sebagian kalangan," ujarnya. (Baca juga: Peneliti Korea Buat Biodiesel dari Kardus Bekas)
Paspor imunitas , menurut West, dipastikan akan menciptakan diskriminasi dan ketidakadilan. Namun, hal itu bisa diatasi ketika semua warga sudah memiliki paspor imunitas. "Paspor imunitas bukan dari kajian sains yang kuat. Itu hanya berdasarkan kemungkinan saja yang dilandasi faktor komersial," tuturnya.
Sebelumnya, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) telah mengembangkan aplikasi smartphone Travel Pass untuk memantau status kesehatan para penumpang, termasuk status vaksinasi. Travel Pass akan dipakai di berbagai negara.
IATA akan memulai uji coba penerapan Travel Pass di Inggris bekerja sama dengan British Airways. Aplikasi ini rencananya akan tersedia di Apple Store pada awal 2021 dan di Play Store pada April 2021. Dengan adanya aplikasi itu, para pelanggan dapat menunjukkan status kesehatannya kepada petugas. (Lihat videonya: Petugas Razia Protokol Kesehatan di Jakarta)
Selain IATA, Forum Ekonomi Dunia (WEF) bersama Commons Project Foundation juga menciptakan aplikasi serupa bernama Common Pass. Common Pass saat ini diuji coba dalam penerbangan London-New York.
Usul yang senada pernah diungkapkan Presiden China Xi Jinping. Dia mengusulkan sistem pelacakan Covid-19 dengan menggunakan QR code untuk membantu bisnis perjalanan dan penerbangan selama pandemi korona. China sendiri sudah menggunakan sertifikat berbasis QR sejak awal tahun ini. (Muh Shamil)
"Paspor ini sebagai upaya untuk menjaga orang tua dan kesehatan,"kata Hinrikus, dilansir BBC. Bagi orang yang memiliki paspor imunitas, menurut dia, mereka bisa bekerja dengan manula dan harus diberlakukan bagi pekerja di garda depan.
Lantas apa dampak dari paspor imunitas itu?Pakar psikologi kesehatan dari Universitas College London Robert West mengatakan, kalau paspor imunitas akan memecah belah masyarakat. "Bisa dibayangkan jika seseorang memiliki paspor imunitas, maka orang akan membukakan pintu. Tapi, bagi yang tidak memiliki paspor imunitas, dia tidak akan diterima di sebagian kalangan," ujarnya. (Baca juga: Peneliti Korea Buat Biodiesel dari Kardus Bekas)
Paspor imunitas , menurut West, dipastikan akan menciptakan diskriminasi dan ketidakadilan. Namun, hal itu bisa diatasi ketika semua warga sudah memiliki paspor imunitas. "Paspor imunitas bukan dari kajian sains yang kuat. Itu hanya berdasarkan kemungkinan saja yang dilandasi faktor komersial," tuturnya.
Sebelumnya, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) telah mengembangkan aplikasi smartphone Travel Pass untuk memantau status kesehatan para penumpang, termasuk status vaksinasi. Travel Pass akan dipakai di berbagai negara.
IATA akan memulai uji coba penerapan Travel Pass di Inggris bekerja sama dengan British Airways. Aplikasi ini rencananya akan tersedia di Apple Store pada awal 2021 dan di Play Store pada April 2021. Dengan adanya aplikasi itu, para pelanggan dapat menunjukkan status kesehatannya kepada petugas. (Lihat videonya: Petugas Razia Protokol Kesehatan di Jakarta)
Selain IATA, Forum Ekonomi Dunia (WEF) bersama Commons Project Foundation juga menciptakan aplikasi serupa bernama Common Pass. Common Pass saat ini diuji coba dalam penerbangan London-New York.
Usul yang senada pernah diungkapkan Presiden China Xi Jinping. Dia mengusulkan sistem pelacakan Covid-19 dengan menggunakan QR code untuk membantu bisnis perjalanan dan penerbangan selama pandemi korona. China sendiri sudah menggunakan sertifikat berbasis QR sejak awal tahun ini. (Muh Shamil)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda