Meninggalnya Dr Sardjono Alarm untuk Pandemi Covid-19 Indonesia yang Memburuk
Sabtu, 05 Desember 2020 - 06:48 WIB
JAKARTA - Dr Sardjono Utomo, seorang dokter senior Indonesia , masuk ke rumah sakit setempat di Jawa Timur pada Selasa sore.
Hanya dalam waktu 24 jam, ketika rekan-rekan dokternya menelepon rumah sakit demi rumah sakit untuk mencari ventilator di Surabaya—kota terbesar kedua di Indonesia dan ditempuh beberapa jam berkendara—dokter dan istrinya, Sri Martini, keduanya meninggal dengan selang beberapa jam. (Baca: China Nyalakan 'Matahari Buatan',10 Kali Lebih Panas dari Matahari Asli )
Meninggalnya Dr Sardjono dan istrinya yang terkait virus corona baru ( Covid-19 ) telah meningkatkan kewaspadaan di negara terpadat keempat di dunia ini, di mana pandemi terus berubah dari buruk menjadi lebih buruk dan sekarang memberikan tekanan yang signifikan pada sistem kesehatan negara.
Dalam 10 hari terakhir, Indonesia telah membukukan empat rekor kasus infeksi harian tertinggi, dengan yang tertinggi adalah 3 Desember yakni 8.369 kasus baru. Sementara itu, media-media Tanah Air menampilkan lebih banyak rumah sakit daerah yang mencapai kapasitas penuh.
"Sepertinya situasi kelebihan kapasitas saat ini adalah yang terburuk dari seluruh pandemi Covid-19 di Indonesia,” kata Halik Malik, juru bicara Ikatan Dokter Indonesia, kepada Reuters. (Baca: Indonesia Gerak Cepat Ingin Borong 48 Jet Tempur Rafale Prancis )
Para pakar kesehatan masyarakat mengatakan Indonesia telah berjuang sejak Maret untuk mengendalikan pandemi. Data Kementerian Kesehatan Indonesia per 4 Desember menunjukkan ada 563.680 kasus positif, 466.178 pasien sembuh dan 17.479 kematian. Angka kematian ini tertinggi di Asia Tenggara, dan data menunjukkan bahwa situasi semakin intensif.
Di Pamekasan, sebuah kabupaten Madura, tempat Dr Sardjono bekerja selama bertahun-tahun sebagai direktur rumah sakit, tidak ada satu pun ventilator di kota tersebut. Tetapi ketika ahli radiologi berusia 67 tahun itu tiba di Rumah Sakit Muhamad Noer Pamekasan, dia sangat membutuhkannya.
“Dimana-mana penuh. Dan semuanya penuh di sini di Pamekasan," kata Dr Syaiful Hidayat, pulmonolog yang merawat Dr Sardjono. "Sekarang sedang memuncak."
Menantu laki-laki Dr Sardjono, Arif Rahman yang berusia 41 tahun, mengatakan meninggalnya mertuanya menyoroti betapa tidak lengkapnya rumah sakit di untuk menangani pandemi. (Baca juga: Viral, Calon Pengantin Lakukan Pemotretan Solo usai Kekasih Batalkan Pernikahan )
“Ventilator itu penting,” ujarnya, “Di Pamekasan yang menjadi rujukan bagi daerah lain, tentu menyedihkan. Apalagi di tempat lain seperti Surabaya yang selalu penuh."
Ditanya mengapa Dr Sardjono tidak dapat menemukan ventilator, Febriadhitya Prajatara, juru bicara pemerintah Surabaya, mengatakan mereka terlambat mencoba mendapatkan dan kota tidak bisa disalahkan.
Kapasitas ICU kota, kata dia, berada pada 66 persen.
Namun di seluruh Jawa, pulau terpadat di Indonesia, tanda-tanda mengkhawatirkan lainnya bermunculan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pada Rabu lalu bahwa tingkat hunian kamar isolasi di Bogor, Depok, Bekasi, dan Bandung sudah mencapai 80 persen.
Di Ibu Kota Indonesia, Jakarta, juga ada yang memprihatinkan. LaporCovid-19, sebuah inisiatif data virus corona independen, memperingatkan minggu ini bahwa bangsal darurat Jakarta mengarah ke "kehancuran".
Dalam membantu pasien virus corona menemukan tempat tidur rumah sakit dari 27-29 November, LaporCovid-19 menghubungi bangsal gawat darurat di 69 rumah sakit dan menemukan bahwa 97 persen penuh.
“Kelebihan kapasitas ICU di rumah sakit rujukan untuk Covid-19 di beberapa daerah menunjukkan penanganan pandemi oleh pemerintah kurang serius,” kata Irma Hidayana, salah satu pendiri inisiatif tersebut.
Data dari pemerintah Jakarta menunjukkan bahwa tempat tidur isolasi di 98 rumah sakit rujukan 79 persen penuh, sementara tempat tidur ICU 74 persen penuh per 29 November.
Satgas Covid-19 Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Nasional, dan Dinas Kesehatan Jakarta tidak memberikan data terbaru saat ditanya oleh Reuters, Jumat (4/12/2020).
Namun, berbicara dalam jumpa pers kemarin, juru bicara Satgas Wiku Adisasmito, mengatakan tempat tidur ICU 57,97 persen secara nasional per 1 Desember. Menurutnya, sekitar 1.315 ventilator portabel juga telah didistribusikan ke daerah.
Namun bagi Dr Sardjono, satu dari lebih dari 180 dokter Indonesia yang meninggal terkait virus tersebut, hal itu tidak ada bedanya.
Ditanya mengapa seorang dokter senior tidak dapat menerima perawatan yang dia butuhkan, Dr Syaiful mengatakan tidak ada cukup ruang.
“Siapa yang ingin Anda usir?,” tanya dia. "Anda tidak bisa melakukan itu. Itu menunjukkan bahwa Covid ada di sini dan itu nyata...Ini bisa terjadi pada siapa saja dan kami tidak memiliki cukup tempat tidur."
Hanya dalam waktu 24 jam, ketika rekan-rekan dokternya menelepon rumah sakit demi rumah sakit untuk mencari ventilator di Surabaya—kota terbesar kedua di Indonesia dan ditempuh beberapa jam berkendara—dokter dan istrinya, Sri Martini, keduanya meninggal dengan selang beberapa jam. (Baca: China Nyalakan 'Matahari Buatan',10 Kali Lebih Panas dari Matahari Asli )
Meninggalnya Dr Sardjono dan istrinya yang terkait virus corona baru ( Covid-19 ) telah meningkatkan kewaspadaan di negara terpadat keempat di dunia ini, di mana pandemi terus berubah dari buruk menjadi lebih buruk dan sekarang memberikan tekanan yang signifikan pada sistem kesehatan negara.
Dalam 10 hari terakhir, Indonesia telah membukukan empat rekor kasus infeksi harian tertinggi, dengan yang tertinggi adalah 3 Desember yakni 8.369 kasus baru. Sementara itu, media-media Tanah Air menampilkan lebih banyak rumah sakit daerah yang mencapai kapasitas penuh.
"Sepertinya situasi kelebihan kapasitas saat ini adalah yang terburuk dari seluruh pandemi Covid-19 di Indonesia,” kata Halik Malik, juru bicara Ikatan Dokter Indonesia, kepada Reuters. (Baca: Indonesia Gerak Cepat Ingin Borong 48 Jet Tempur Rafale Prancis )
Para pakar kesehatan masyarakat mengatakan Indonesia telah berjuang sejak Maret untuk mengendalikan pandemi. Data Kementerian Kesehatan Indonesia per 4 Desember menunjukkan ada 563.680 kasus positif, 466.178 pasien sembuh dan 17.479 kematian. Angka kematian ini tertinggi di Asia Tenggara, dan data menunjukkan bahwa situasi semakin intensif.
Di Pamekasan, sebuah kabupaten Madura, tempat Dr Sardjono bekerja selama bertahun-tahun sebagai direktur rumah sakit, tidak ada satu pun ventilator di kota tersebut. Tetapi ketika ahli radiologi berusia 67 tahun itu tiba di Rumah Sakit Muhamad Noer Pamekasan, dia sangat membutuhkannya.
“Dimana-mana penuh. Dan semuanya penuh di sini di Pamekasan," kata Dr Syaiful Hidayat, pulmonolog yang merawat Dr Sardjono. "Sekarang sedang memuncak."
Menantu laki-laki Dr Sardjono, Arif Rahman yang berusia 41 tahun, mengatakan meninggalnya mertuanya menyoroti betapa tidak lengkapnya rumah sakit di untuk menangani pandemi. (Baca juga: Viral, Calon Pengantin Lakukan Pemotretan Solo usai Kekasih Batalkan Pernikahan )
“Ventilator itu penting,” ujarnya, “Di Pamekasan yang menjadi rujukan bagi daerah lain, tentu menyedihkan. Apalagi di tempat lain seperti Surabaya yang selalu penuh."
Ditanya mengapa Dr Sardjono tidak dapat menemukan ventilator, Febriadhitya Prajatara, juru bicara pemerintah Surabaya, mengatakan mereka terlambat mencoba mendapatkan dan kota tidak bisa disalahkan.
Kapasitas ICU kota, kata dia, berada pada 66 persen.
Namun di seluruh Jawa, pulau terpadat di Indonesia, tanda-tanda mengkhawatirkan lainnya bermunculan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pada Rabu lalu bahwa tingkat hunian kamar isolasi di Bogor, Depok, Bekasi, dan Bandung sudah mencapai 80 persen.
Di Ibu Kota Indonesia, Jakarta, juga ada yang memprihatinkan. LaporCovid-19, sebuah inisiatif data virus corona independen, memperingatkan minggu ini bahwa bangsal darurat Jakarta mengarah ke "kehancuran".
Dalam membantu pasien virus corona menemukan tempat tidur rumah sakit dari 27-29 November, LaporCovid-19 menghubungi bangsal gawat darurat di 69 rumah sakit dan menemukan bahwa 97 persen penuh.
“Kelebihan kapasitas ICU di rumah sakit rujukan untuk Covid-19 di beberapa daerah menunjukkan penanganan pandemi oleh pemerintah kurang serius,” kata Irma Hidayana, salah satu pendiri inisiatif tersebut.
Data dari pemerintah Jakarta menunjukkan bahwa tempat tidur isolasi di 98 rumah sakit rujukan 79 persen penuh, sementara tempat tidur ICU 74 persen penuh per 29 November.
Satgas Covid-19 Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Nasional, dan Dinas Kesehatan Jakarta tidak memberikan data terbaru saat ditanya oleh Reuters, Jumat (4/12/2020).
Namun, berbicara dalam jumpa pers kemarin, juru bicara Satgas Wiku Adisasmito, mengatakan tempat tidur ICU 57,97 persen secara nasional per 1 Desember. Menurutnya, sekitar 1.315 ventilator portabel juga telah didistribusikan ke daerah.
Namun bagi Dr Sardjono, satu dari lebih dari 180 dokter Indonesia yang meninggal terkait virus tersebut, hal itu tidak ada bedanya.
Ditanya mengapa seorang dokter senior tidak dapat menerima perawatan yang dia butuhkan, Dr Syaiful mengatakan tidak ada cukup ruang.
“Siapa yang ingin Anda usir?,” tanya dia. "Anda tidak bisa melakukan itu. Itu menunjukkan bahwa Covid ada di sini dan itu nyata...Ini bisa terjadi pada siapa saja dan kami tidak memiliki cukup tempat tidur."
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda