Rusia Sebar Sistem Rudal S-300 ke Pulau Sengketa Dekat Jepang
Selasa, 01 Desember 2020 - 22:43 WIB
MOSKOW - Rusia telah mengerahkan sejumlah sistem pertahanan rudal S-300V4 baru untuk tugas tempur di rantai pulau yang disengketakan di dekat Jepang . Langkah ini kemungkinan besar akan membuat marah Tokyo.
Stasiun televisi Kementerian Pertahanan Rusia, Zvezda melaporkan, sistem pertahanan udara bergerak yang dirancang untuk melawan serangan rudal balistik dan udara itu berada di Iturup, salah satu dari empat pulau yang dikuasai oleh Rusia yang diklaim oleh Jepang dan disebut sebagai Wilayah Utara.
“Sistem rudal anti-pesawat jarak pendek sudah bertugas di pulau Iturup di Wilayah Sakhalin. Sekarang 'artileri berat' pertahanan udara telah tiba. Yang disebut sistem pertahanan udara besar: S-300V4,” lapor Zvezda yang dikutip dari Reuters, Selasa (1/12/2020).
Soviet merebut pulau-pulau itu, yang dikenal sebagai Kuril Selatan, pada akhir Perang Dunia Kedua dan perselisihan teritorial di atasnya telah mencegah kedua belah pihak menandatangani perjanjian perdamaian resmi sejak itu. Rusia dan Jepang pun hingga kini terkunci dalam ketegangan selama bertahun-tahun.
Jepang sangat sensitif terhadap gerakan militer Rusia di rantai pulau yang secara strategis sangat penting. Rantau kepulauan itu membentang di timur laut dari Pulau Hokkaido Jepang ke wilayah Timur Jauh Rusia di Kamchatka.
Rusia mengatakan pada bulan Oktober pihaknya berencana untuk menggunakan sistem rudal di pulau-pulau itu untuk pertama kalinya, tetapi langkah itu akan menjadi bagian dari latihan militer dan bukan untuk tugas tempur.(Baca juga: Dua Jet Tempur RAF Cegat 2 Pesawat Militer Rusia, Inggris Sebut Luar Biasa )
Pengerahan itu dilakukan tidak lama setelah mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang mendorong untuk menyelesaikan perselisihan dan mencoba memenangkan hati Presiden Rusia Vladimir Putin, mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan Agustus lalu.
Sejak pertengahan abad ke-20, Rusia dan Jepang telah mengadakan konsultasi untuk mencapai perjanjian damai sebagai tindak lanjut Perang Dunia II. Kepulauan Kuril tetap menjadi masalah, karena setelah Perang Dunia II pulau-pulau tersebut diserahkan kepada Uni Soviet, sementara Jepang mengklaim empat pulau di bagian selatan.
Pada tahun 1956, kedua negara menandatangani deklarasi bersama untuk mengakhiri perang dan memulihkan hubungan diplomatik dan semua hubungan lainnya, namun perjanjian damai masih belum tercapai. Moskow telah berkali-kali menyatakan bahwa kedaulatan Rusia atas pulau-pulau tersebut tidak dapat dipertanyakan.(Baca juga: Rusia: Pompeo Kunjungi Permukiman, AS Abaikan Prinsip Internasional )
Pada 14 November 2018, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Abe mengadakan pertemuan di sela-sela KTT ASEAN di Singapura dan sepakat bahwa kedua negara akan mempercepat perundingan perjanjian damai berdasarkan deklarasi 1956. Namun, sayangnya hingga saat ini kedua negara belum mencapai kata sepakat mengenai masalah ini.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
Stasiun televisi Kementerian Pertahanan Rusia, Zvezda melaporkan, sistem pertahanan udara bergerak yang dirancang untuk melawan serangan rudal balistik dan udara itu berada di Iturup, salah satu dari empat pulau yang dikuasai oleh Rusia yang diklaim oleh Jepang dan disebut sebagai Wilayah Utara.
“Sistem rudal anti-pesawat jarak pendek sudah bertugas di pulau Iturup di Wilayah Sakhalin. Sekarang 'artileri berat' pertahanan udara telah tiba. Yang disebut sistem pertahanan udara besar: S-300V4,” lapor Zvezda yang dikutip dari Reuters, Selasa (1/12/2020).
Soviet merebut pulau-pulau itu, yang dikenal sebagai Kuril Selatan, pada akhir Perang Dunia Kedua dan perselisihan teritorial di atasnya telah mencegah kedua belah pihak menandatangani perjanjian perdamaian resmi sejak itu. Rusia dan Jepang pun hingga kini terkunci dalam ketegangan selama bertahun-tahun.
Jepang sangat sensitif terhadap gerakan militer Rusia di rantai pulau yang secara strategis sangat penting. Rantau kepulauan itu membentang di timur laut dari Pulau Hokkaido Jepang ke wilayah Timur Jauh Rusia di Kamchatka.
Rusia mengatakan pada bulan Oktober pihaknya berencana untuk menggunakan sistem rudal di pulau-pulau itu untuk pertama kalinya, tetapi langkah itu akan menjadi bagian dari latihan militer dan bukan untuk tugas tempur.(Baca juga: Dua Jet Tempur RAF Cegat 2 Pesawat Militer Rusia, Inggris Sebut Luar Biasa )
Pengerahan itu dilakukan tidak lama setelah mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang mendorong untuk menyelesaikan perselisihan dan mencoba memenangkan hati Presiden Rusia Vladimir Putin, mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan Agustus lalu.
Sejak pertengahan abad ke-20, Rusia dan Jepang telah mengadakan konsultasi untuk mencapai perjanjian damai sebagai tindak lanjut Perang Dunia II. Kepulauan Kuril tetap menjadi masalah, karena setelah Perang Dunia II pulau-pulau tersebut diserahkan kepada Uni Soviet, sementara Jepang mengklaim empat pulau di bagian selatan.
Pada tahun 1956, kedua negara menandatangani deklarasi bersama untuk mengakhiri perang dan memulihkan hubungan diplomatik dan semua hubungan lainnya, namun perjanjian damai masih belum tercapai. Moskow telah berkali-kali menyatakan bahwa kedaulatan Rusia atas pulau-pulau tersebut tidak dapat dipertanyakan.(Baca juga: Rusia: Pompeo Kunjungi Permukiman, AS Abaikan Prinsip Internasional )
Pada 14 November 2018, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Abe mengadakan pertemuan di sela-sela KTT ASEAN di Singapura dan sepakat bahwa kedua negara akan mempercepat perundingan perjanjian damai berdasarkan deklarasi 1956. Namun, sayangnya hingga saat ini kedua negara belum mencapai kata sepakat mengenai masalah ini.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
(ber)
tulis komentar anda