Akankah Gencatan Senjara Hamas dan Israel Mengakhiri Perang di Timur Tengah?
loading...
A
A
A
GAZA - Sembilan puluh delapan sandera Israel ditangkap selama serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.194 warga Israel dan mendorong respons besar-besaran Tel Aviv yang telah merenggut nyawa sekitar 46.000 orang di Gaza.
Presiden terpilih AS Donald Trump mengancam akan ada "neraka yang harus dibayar di Timur Tengah" jika kelompok militer Palestina Hamas tidak membebaskan sandera Israel sebelum pelantikannya pada 20 Januari.
Pertemuan itu terjadi di tengah negosiasi tidak langsung Hamas-Israel dengan mediasi Qatar, Mesir, dan AS di Doha. Dalam perkembangan terakhir, Qatar memberi Hamas dan Tel Aviv draf akhir kesepakatan sementara laporan media mengatakan bahwa 24 jam ke depan "akan sangat penting" untuk mencapai konsensus.
Baca Juga: Konspirasi Menghantui Bencana pada Awal 2025
Kirby sependapat dengan direktur CIA Bill Burns, yang menekankan bahwa ada "banyak alasan bagi para pemimpin politik untuk mengakui bahwa sudah cukup" dan bahwa "sudah waktunya untuk membuat kesepakatan."
Israel juga menolak penarikan diri dari koridor Philadelphia, sebidang tanah sempit di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza, ditambah komitmen untuk gencatan senjata permanen, bukan sementara.
Lihat Juga: 8 Krisis yang Dihadapi Israel, dari Perang dengan Iran hingga Otoritas Palestina yang Jadi Boneka
Presiden terpilih AS Donald Trump mengancam akan ada "neraka yang harus dibayar di Timur Tengah" jika kelompok militer Palestina Hamas tidak membebaskan sandera Israel sebelum pelantikannya pada 20 Januari.
Akankah Gencatan Senjara Hamas dan Israel Mengakhiri Perang di Timur Tengah?
1. Menekan Israel untuk Gencatan Senjata
Melansir Sputnik News, utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dilaporkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menekankan tuntutan presiden terpilih AS itu agar menyelesaikan kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata Gaza antara Hamas dan negara Yahudi itu paling lambat 20 Januari.Pertemuan itu terjadi di tengah negosiasi tidak langsung Hamas-Israel dengan mediasi Qatar, Mesir, dan AS di Doha. Dalam perkembangan terakhir, Qatar memberi Hamas dan Tel Aviv draf akhir kesepakatan sementara laporan media mengatakan bahwa 24 jam ke depan "akan sangat penting" untuk mencapai konsensus.
Baca Juga: Konspirasi Menghantui Bencana pada Awal 2025
2. Harus Lebih Kompromistis
Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan dalam hal ini bahwa kesepakatan Gaza mungkin dilakukan sebelum pelantikan tetapi "lebih banyak kompromi diperlukan." Ia tidak menjelaskan lebih lanjut.Kirby sependapat dengan direktur CIA Bill Burns, yang menekankan bahwa ada "banyak alasan bagi para pemimpin politik untuk mengakui bahwa sudah cukup" dan bahwa "sudah waktunya untuk membuat kesepakatan."
3. Zona Penyangga Hanya Mimpi?
Pejabat Israel, di sisi lain, percaya "ada peluang untuk mencapai kesepakatan, tetapi itu merupakan tantangan serius." Mengenai ketentuan kesepakatan, Tel Aviv menginginkan zona penyangga sedalam 2.000 meter di dalam Gaza, sementara Hamas bersikeras pada ukuran 300-500 meter.Israel juga menolak penarikan diri dari koridor Philadelphia, sebidang tanah sempit di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza, ditambah komitmen untuk gencatan senjata permanen, bukan sementara.
4. Banyak Sandera yang Tewas
Kelompok Palestina sebelumnya mengisyaratkan kesiapannya untuk membebaskan 34 tawanan "baik yang hidup maupun yang mati sebagai bagian dari tahap pertama" kesepakatan tersebut, yang juga diharapkan mencakup gencatan senjata di Gaza selama enam hingga tujuh minggu dan pembebasan ratusan tahanan Palestina.Lihat Juga: 8 Krisis yang Dihadapi Israel, dari Perang dengan Iran hingga Otoritas Palestina yang Jadi Boneka
(ahm)