Covid-19 Muncul di Italia Oktober 2019, China Tolak Dicap Biang Keladi
Jum'at, 20 November 2020 - 04:24 WIB
"Banyak basa-basi tentang apa-apa," imbuh Antonella Viola, profesor patologi umum di Universitas Padua, kepada Reuters.
Kedua ilmuwan Italia itu mengatakan tes antibodi dirancang sendiri dan tidak pernah divalidasi oleh peneliti lain dalam tinjauan sejawat.
Sebagian besar skeptisisme ilmuwan berfokus pada apa yang disebut spesifisitas tes antibodi, yang, jika tidak sempurna, mungkin mengungkap keberadaan antibodi terhadap penyakit lain.
"Laporan terbaru lainnya menunjukkan bahwa virus corona musiman dapat menimbulkan antibodi penetralisir," kata Jonathan Stoye, pemimpin kelompok peneliti di Francis Crick Institute.
"Saya pikir kita memerlukan demonstrasi yang benar-benar meyakinkan bahwa sampel-sampel itu mengambil virus Covid-19 dan bahwa antibodi itu sebenarnya tidak dipicu oleh virus lain," kata Andrew Preston, pembaca patogenesis mikroba di Universitas Bath, kepada Reuters.
Preston mengatakan dia terkejut bahwa persyaratan tersebut tidak diperlukan untuk publikasi makalah penelitian.
Direktur ilmiah INT dan co-author studi ini merencanakan investigasi lebih lanjut untuk mempelajari sejarah klinis pasien.
"Kami perlu memahami apakah mereka memiliki gejala penyakit. Ke mana mereka pergi, jika mereka melakukan kontak dengan China," kata Giovanni Apolone kepada Reuters, yang menyerukan kepada rekannya secara global untuk membuka database mereka dan melakukan penelitian retrospektif.
Kedua ilmuwan Italia itu mengatakan tes antibodi dirancang sendiri dan tidak pernah divalidasi oleh peneliti lain dalam tinjauan sejawat.
Sebagian besar skeptisisme ilmuwan berfokus pada apa yang disebut spesifisitas tes antibodi, yang, jika tidak sempurna, mungkin mengungkap keberadaan antibodi terhadap penyakit lain.
"Laporan terbaru lainnya menunjukkan bahwa virus corona musiman dapat menimbulkan antibodi penetralisir," kata Jonathan Stoye, pemimpin kelompok peneliti di Francis Crick Institute.
"Saya pikir kita memerlukan demonstrasi yang benar-benar meyakinkan bahwa sampel-sampel itu mengambil virus Covid-19 dan bahwa antibodi itu sebenarnya tidak dipicu oleh virus lain," kata Andrew Preston, pembaca patogenesis mikroba di Universitas Bath, kepada Reuters.
Preston mengatakan dia terkejut bahwa persyaratan tersebut tidak diperlukan untuk publikasi makalah penelitian.
Direktur ilmiah INT dan co-author studi ini merencanakan investigasi lebih lanjut untuk mempelajari sejarah klinis pasien.
"Kami perlu memahami apakah mereka memiliki gejala penyakit. Ke mana mereka pergi, jika mereka melakukan kontak dengan China," kata Giovanni Apolone kepada Reuters, yang menyerukan kepada rekannya secara global untuk membuka database mereka dan melakukan penelitian retrospektif.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda