Covid-19 Muncul di Italia Oktober 2019, China Tolak Dicap Biang Keladi

Jum'at, 20 November 2020 - 04:24 WIB
WHO mengatakan asal usul virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak diketahui sebelum wabah di Wuhan dilaporkan. Tetapi WHO menyatakan ada kemungkinan yang tidak dapat dikesampingkan bahwa virus itu "diam-diam beredar di tempat lain".

Setidaknya ada 55.573.000 kasus infeksi yang dilaporkan secara global dengan 1.336.000 kematian.

Temuan para peneliti Italia menunjukkan 11,6% dari 959 relawan sehat yang terdaftar dalam uji coba skrining kanker antara September 2019 dan Maret 2020 memiliki tanda-tanda telah terkena virus corona SARS-CoV-2, kebanyakan dari mereka jauh sebelum Februari.

Tes antibodi SARS-CoV-2 lebih lanjut dilakukan oleh Universitas Siena untuk makalah penelitian yang sama, yang berjudul "Deteksi tak terduga dari antibodi SARS-CoV-2 pada periode pra-pandemi di Italia".

Itu menunjukkan bahwa dalam enam kasus, antibodi mampu membunuh SARS-CoV-2. Empat kasus terjadi pada Oktober 2019, yang berarti pasien telah terinfeksi pada September.

"Angka (enam) ini sepenuhnya cocok dengan kesalahan uji dan gangguan statistik. Untuk alasan ini, bagi saya tampaknya bukti yang dibawa untuk mendukung klaim luar biasa seperti itu tidak cukup kuat," kata Enrico Bucci, asisten profesor biologi di Philadelphia's Temple University.

"Banyak basa-basi tentang apa-apa," imbuh Antonella Viola, profesor patologi umum di Universitas Padua, kepada Reuters.

Kedua ilmuwan Italia itu mengatakan tes antibodi dirancang sendiri dan tidak pernah divalidasi oleh peneliti lain dalam tinjauan sejawat.

Sebagian besar skeptisisme ilmuwan berfokus pada apa yang disebut spesifisitas tes antibodi, yang, jika tidak sempurna, mungkin mengungkap keberadaan antibodi terhadap penyakit lain.

"Laporan terbaru lainnya menunjukkan bahwa virus corona musiman dapat menimbulkan antibodi penetralisir," kata Jonathan Stoye, pemimpin kelompok peneliti di Francis Crick Institute.

"Saya pikir kita memerlukan demonstrasi yang benar-benar meyakinkan bahwa sampel-sampel itu mengambil virus Covid-19 dan bahwa antibodi itu sebenarnya tidak dipicu oleh virus lain," kata Andrew Preston, pembaca patogenesis mikroba di Universitas Bath, kepada Reuters.

Preston mengatakan dia terkejut bahwa persyaratan tersebut tidak diperlukan untuk publikasi makalah penelitian.

Direktur ilmiah INT dan co-author studi ini merencanakan investigasi lebih lanjut untuk mempelajari sejarah klinis pasien.

"Kami perlu memahami apakah mereka memiliki gejala penyakit. Ke mana mereka pergi, jika mereka melakukan kontak dengan China," kata Giovanni Apolone kepada Reuters, yang menyerukan kepada rekannya secara global untuk membuka database mereka dan melakukan penelitian retrospektif.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More