AS Kembali ke JCPOA, Pangeran Saudi: Jangan Ulangi Kesalahan yang Sama
Rabu, 18 November 2020 - 11:07 WIB
RIYADH - Mantan kepala intelijen Arab Saudi , Pangeran Turki al-Faisal, memperingatkan Washington agar tidak mengulangi kesalahan yang sama yang dibuat di bawah Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) atau kesepakatan nuklir Iran yang diteken pada 2015 lalu.
"Pak Presiden terpilih (Joe Biden), jangan mengulangi kesalahan dan kekurangan dari kesepakatan pertama. Kesepakatan non-komprehensif apa pun tidak akan mencapai perdamaian dan keamanan abadi di wilayah kami,” kata Pangeran Turki selama Konferensi Pembuat Kebijakan Arab-AS ke-29 seperti dilansir dari Al Arabiya, Rabu (18/11/2020).
Biden adalah Wakil Presiden Barack Obama saat kesepakatan itu diteken bersama sejumlah negara yang menjadi simbol kekuatan dunia. Biden sebelumnya telah menyatakan kesediaan dan niatnya untuk masuk kembali ke JCPOA, yang mendapat kecaman keras dan ditarik dari Presiden Donald Trump.
"Perilaku regional Iran yang mengganggu di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon dan Arab Saudi, dengan menyerang secara langsung dan tidak langsung instalasi minyak merupakan ancaman yang sama besarnya dengan program nuklirnya," ujar Pangeran Turki.
Pangeran Turki mengatakan setiap kesepakatan baru harus mencakup semua masalah yang menjadi perhatian, dan ini berarti teman dan sekutu Washington perlu menjadi bagian dari negosiasi potensial.(Baca juga: Raja Salman Serukan Dunia Akui Iran sebagai Negara Sponsor Terorisme )
JCPOA telah dikritik karena berfokus pada program dan ambisi nuklir Iran tanpa membahas proksi teroris dan milisi Teheran di wilayah tersebut serta program rudal balistiknya.
Pangeran Turki juga memperingatkan terhadap pengurangan pasukan Amerika dari Timur Tengah, yang memperlebar kekosongan strategis yang ada dan didambakan oleh kekuatan regional serta besar lainnya.
"Hal ini meningkatkan selera negara dan kekuatan radikal di kawasan," katanya, yang merugikan kepentingan AS dan sekutunya.(Baca juga: Iran Balas Kecam Raja Saudi: Pembunuh Rakyat Yaman, Penyebar Wahhabisme )
"Pak Presiden terpilih (Joe Biden), jangan mengulangi kesalahan dan kekurangan dari kesepakatan pertama. Kesepakatan non-komprehensif apa pun tidak akan mencapai perdamaian dan keamanan abadi di wilayah kami,” kata Pangeran Turki selama Konferensi Pembuat Kebijakan Arab-AS ke-29 seperti dilansir dari Al Arabiya, Rabu (18/11/2020).
Biden adalah Wakil Presiden Barack Obama saat kesepakatan itu diteken bersama sejumlah negara yang menjadi simbol kekuatan dunia. Biden sebelumnya telah menyatakan kesediaan dan niatnya untuk masuk kembali ke JCPOA, yang mendapat kecaman keras dan ditarik dari Presiden Donald Trump.
"Perilaku regional Iran yang mengganggu di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon dan Arab Saudi, dengan menyerang secara langsung dan tidak langsung instalasi minyak merupakan ancaman yang sama besarnya dengan program nuklirnya," ujar Pangeran Turki.
Pangeran Turki mengatakan setiap kesepakatan baru harus mencakup semua masalah yang menjadi perhatian, dan ini berarti teman dan sekutu Washington perlu menjadi bagian dari negosiasi potensial.(Baca juga: Raja Salman Serukan Dunia Akui Iran sebagai Negara Sponsor Terorisme )
JCPOA telah dikritik karena berfokus pada program dan ambisi nuklir Iran tanpa membahas proksi teroris dan milisi Teheran di wilayah tersebut serta program rudal balistiknya.
Pangeran Turki juga memperingatkan terhadap pengurangan pasukan Amerika dari Timur Tengah, yang memperlebar kekosongan strategis yang ada dan didambakan oleh kekuatan regional serta besar lainnya.
"Hal ini meningkatkan selera negara dan kekuatan radikal di kawasan," katanya, yang merugikan kepentingan AS dan sekutunya.(Baca juga: Iran Balas Kecam Raja Saudi: Pembunuh Rakyat Yaman, Penyebar Wahhabisme )
(ber)
tulis komentar anda