Masih Terguncang, Pengungsi Etnis Armenia Kembali ke Nagorno-Karabakh
Selasa, 17 November 2020 - 04:04 WIB
"Tidak ada orang Armenia di Shusha sekarang," ujar Alexander Simonyan, 35, guru senam dari Shusha.
Ketika pertempuran dimulai, dia mengirim istri dan anak-anaknya ke Armenia. Dia pun bergabung dengan pasukan pertahanan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh.
Dia sekarang tinggal dengan seorang teman di Stepanakert dan tidak punya tempat untuk menampung keluarganya. Dia berharap pemerintah setempat menawarkan mereka semua tempat tinggal. “Ini tanah kami. Kemana lagi saya bisa pergi? Saya tidak bisa tinggal di tempat lain," tutur dia.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Senin pihaknya telah membantu 475 orang untuk kembali pada Minggu dan total 725 orang telah kembali sejak 14 November.
Setelah gencatan senjata, Andranik Sarkisyan, 27, mantan pejuang, berhasil membawa istri dan dua putranya kembali dari Armenia ke desa asal mereka di Badara, Nagorno-Karabakh.
Berita tentang gencatan senjata itu menyakitkan baginya. “Saya berada di garis depan dan mereka (komandan) hanya menelepon dan memberi tahu kami bahwa tanah telah diserahkan. Semua tentara menangis," ujar dia.
Sarkisyan bekerja sebagai penata rambut di Stepanakert sebelum perang dan pergi berperang di distrik Gadrut, yang diambil alih pasukan Azerbaijan pada awal konflik.
Banyak orang di batalionnya telah terbunuh oleh tembakan artileri dalam serangan 11 Oktober. Dia selamat karena pergi lebih awal untuk menjaga pos pemeriksaan.
“Orang-orang itu terbakar, mereka mati, kami mengumpulkan bagian tubuh mereka. Saya melihatnya setiap malam. Itu tak tertahankan, tidak mungkin,” ungkap dia.
Ingatan seperti itu membuatnya sulit untuk memikirkan syarat-syarat kesepakatan damai.
Ketika pertempuran dimulai, dia mengirim istri dan anak-anaknya ke Armenia. Dia pun bergabung dengan pasukan pertahanan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh.
Dia sekarang tinggal dengan seorang teman di Stepanakert dan tidak punya tempat untuk menampung keluarganya. Dia berharap pemerintah setempat menawarkan mereka semua tempat tinggal. “Ini tanah kami. Kemana lagi saya bisa pergi? Saya tidak bisa tinggal di tempat lain," tutur dia.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Senin pihaknya telah membantu 475 orang untuk kembali pada Minggu dan total 725 orang telah kembali sejak 14 November.
Setelah gencatan senjata, Andranik Sarkisyan, 27, mantan pejuang, berhasil membawa istri dan dua putranya kembali dari Armenia ke desa asal mereka di Badara, Nagorno-Karabakh.
Berita tentang gencatan senjata itu menyakitkan baginya. “Saya berada di garis depan dan mereka (komandan) hanya menelepon dan memberi tahu kami bahwa tanah telah diserahkan. Semua tentara menangis," ujar dia.
Sarkisyan bekerja sebagai penata rambut di Stepanakert sebelum perang dan pergi berperang di distrik Gadrut, yang diambil alih pasukan Azerbaijan pada awal konflik.
Banyak orang di batalionnya telah terbunuh oleh tembakan artileri dalam serangan 11 Oktober. Dia selamat karena pergi lebih awal untuk menjaga pos pemeriksaan.
“Orang-orang itu terbakar, mereka mati, kami mengumpulkan bagian tubuh mereka. Saya melihatnya setiap malam. Itu tak tertahankan, tidak mungkin,” ungkap dia.
Ingatan seperti itu membuatnya sulit untuk memikirkan syarat-syarat kesepakatan damai.
Lihat Juga :
tulis komentar anda