Diseleksi Ketat, China Larang Publikasi Penelitian Asal Virus Corona
Kamis, 16 April 2020 - 10:44 WIB
Penerbitan jurnal tentang Covid-19 juga diwajibkan menimbang nilai akademis dan waktu publikasi sehingga tidak bersinggungan dengan kondisi di lapangan. Kebijakan ini disepakati selama rapat Dewan Negara pada 25 Maret lalu.
Pengumuman tentang peraturan tersebut pertama kali dipublikasikan pada akhir pekan lalu di situs web Fudan University, Shanghai, salah satu universitas terkemuka di China. Kementerian Pendidikan juga membenarkan informasi itu.
"Jurnal seperti ini tidak seharusnya dipublikasikan karena merupakan dokumen internal," kata staf Kementerian Pendidikan yang juga tidak ingin disebutkan namanya. Beberapa jam kemudian, situs web Fudan University mati. Begitu pun dengan situs The China University of Geoscience.
Para peneliti di China mengatakan imbauan itu sudah ada sejak beberapa hari yang lalu. Namun, hanya jurnal tentang Covid-19 yang memerlukan pemeriksaan ketat, sedangkan hasil penelitian lainnya dibiarkan bebas seperti sebelumnya. Namun, ahli pernapasan David Hui Shu-cheong dari University of Hong Kong mengaku tidak menerima desakan apa pun dari Pemerintah Pusat China.
Padahal, dia bersama koleganya dari daratan utama China juga meneliti Covid-19 dan memublikasikannya pada Februari. "Prosesnya sangat sederhana. Saya telah memeriksanya sendiri sebelum dikirim ke New England Journal of Medicine (NEJM). Saya tidak mendapat larangan apa pun. Saya tak tahu, mungkin penelitian yang lain isinya terlalu sensitif," kata Hui. (Muh Shamil)
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Pengumuman tentang peraturan tersebut pertama kali dipublikasikan pada akhir pekan lalu di situs web Fudan University, Shanghai, salah satu universitas terkemuka di China. Kementerian Pendidikan juga membenarkan informasi itu.
"Jurnal seperti ini tidak seharusnya dipublikasikan karena merupakan dokumen internal," kata staf Kementerian Pendidikan yang juga tidak ingin disebutkan namanya. Beberapa jam kemudian, situs web Fudan University mati. Begitu pun dengan situs The China University of Geoscience.
Para peneliti di China mengatakan imbauan itu sudah ada sejak beberapa hari yang lalu. Namun, hanya jurnal tentang Covid-19 yang memerlukan pemeriksaan ketat, sedangkan hasil penelitian lainnya dibiarkan bebas seperti sebelumnya. Namun, ahli pernapasan David Hui Shu-cheong dari University of Hong Kong mengaku tidak menerima desakan apa pun dari Pemerintah Pusat China.
Padahal, dia bersama koleganya dari daratan utama China juga meneliti Covid-19 dan memublikasikannya pada Februari. "Prosesnya sangat sederhana. Saya telah memeriksanya sendiri sebelum dikirim ke New England Journal of Medicine (NEJM). Saya tidak mendapat larangan apa pun. Saya tak tahu, mungkin penelitian yang lain isinya terlalu sensitif," kata Hui. (Muh Shamil)
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(yuds)
tulis komentar anda