Jadi Jalur Sutera Penyelundupan, Asia Tenggara Darurat Narkoba

Jum'at, 06 November 2020 - 10:11 WIB
Sejauh ini aksi diplomatik dan penegakan hukum terkait narkoba di Laos dinilai masih lemah. Sebab, Laos dianggap bukan corong permasalahan narkoba. Namun, kini semuanya berbeda. Laos memiliki peran penting dan perlu dilibatkan dalam forum-forum internasional yang berbicara tentang keamanan kawasan. (Baca juga: Deteksi Dini Penting untuk Antisipasi Diabetes)

Pemerintah Asia Tenggara mengawasi perkembangan situasi di Laos dan berharap Laos akan mengambil aksi untuk menutupi celah yang dieksploitasi sindikat narkoba . Namun, tak ada negara yang mendorong Laos untuk segera melakukan aksi nyata. Padahal, Laos berada di kawasan Segitiga Emas perdagangan narkoba.

Bisnis Menggiurkan

Dari wilayah hutan di Myanmar hingga jalan raya di Filipina, polisi di seluruh Asia Tenggara berupaya memberantas pendistribusian narkoba jenis sabu-sabu. Meski menewaskan ribuan orang, permintaan terhadap sabu-sabu tidak pernah berhenti dan terus meroket. Produksinya terus meningkat di setiap tahun.

Sabu-sabu tidak lagi hanya disalahgunakan masyarakat miskin di Asia Tenggara, tapi sudah menjadi narkoba pilihan utama tanpa melihat kelas ekonomi, usia, atau jenis kelamin. Hal itu diungkapkan Jeremy Douglas dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) Asia Tenggara.

Selama 16 tahun bekerja di UNODC, Douglas mengaku tidak pernah melihat situasi seburuk ini. Para ahli menilai krisis sabu-sabu di Asia Tenggara dipicu isu geopolitik dan domestik. Mayoritas produksi juga dilakukan di pedalaman hutan di wilayah rawan di Thailand, Laos, dan Myanmar yang dikenal Segitiga Emas. (Baca juga: Resesi, Masyarakat Diminta Stop Belanja Kebutuhan Tak Penting)

Sementara itu, para kurir sabu-sabu menyembunyikan sabu-sabu di dalam barang lain yang dikirim secara luas melalui jalur-jalur perdagangan, termasuk infrastruktur baru yang menghubungkan Asia Tenggara. Keuntungannya yang bernilai ratusan juta dolar dicuci melalui skema keuangan yang amat rumit.

“Biasanya mereka menggunakan perusahaan resmi di negara yang pengawasannya kurang ketat,” ujar mantan Kepala Intelijen Strategis Polisi Australia John Coyne, dikutip CNN. “Kondisi itu merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pebisnis sabu-sabu hingga akhirnya mewabah di Asia Tenggara,” tambahnya.

Penyelidikan, pelacakan, dan penyitaan sabu-sabu dalam skala besar dilakukan di seluruh kawasan Asia Tenggara. Produksinya diyakini terletak di negara bagian Shan State, Myanmar, wilayah yang bergejolak menyusul banyaknya militan dan gembong narkoba . Kelompok bersenjata di sana ingin memisahkan diri dari Myanmar.

Pemerintah Barat sering menuduh kelompok bersenjata di Shan State menggalang kekuatan ekonomi dari penjualan narkoba karena merupakan tempat yang subur dengan penegakan hukum yang lemah. Namun, kelompok bersenjata di Shan State membantah menjadikan narkoba sebagai sumber utama pendapatan. (Baca juga: Serangan Meningkat, Prancis Tingkatkan Keamanan di Perbatasan)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More