Mahathir Sangkal Promosikan Kekerasan Soal Hak Membunuh Orang Prancis
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 20:26 WIB
KUALA LUMPUR - Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad menyangkal tuduhan mempromosikan kekerasan dengan mengatakan Muslim berhak membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian masa lalu.
Dia juga mengkritik Facebook dan Twitter yang menghapus postingnya. Mahathir, 95, adalah pemimpin yang dihormati di dunia Muslim. Dia mengunggah komentar di blog, Twitter dan Facebook pada Kamis (29/10) yang menyatakan dia meyakini kebebasan ekspresi tapi tak boleh digunakan untuk menghina orang lain.
Beberapa negara mayoritas Muslim mengecam pernyataan para pejabat Prancis , termasuk Presiden Emmanuel Macron yang membela penggunaan kartun yang menghina Nabi Muhammad di ruang kelas sekolah Prancis.
Masalah berkobar setelah seorang guru Prancis yang menunjukkan kartun yang menghina Nabi Muhammad kepada murid-muridnya selama pelajaran kewarganegaraan itu dipenggal di jalan oleh seorang penyerang asal Chechnya. (Baca Juga: Twitter Hapus Tweet Mahathir 'Muslim Berhak Bunuh Jutaan Orang Prancis')
“Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu. Tapi pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak. Orang Prancis seharusnya tidak melakukannya," tegas Mahathir dalam postingannya. (Lihat Infografis: Charlie Hebdo Kembali Berulah; Pajang Kartun Cabul Erdogan)
"Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, Muslim memiliki hak untuk menghukum orang Prancis," papar dia, seraya menambahkan bahwa dia tidak menyetujui pembunuhan guru Prancis itu. (Lihat Video: Hawa Panas Keluar dari Lantai Mesjid, Gegerakan Warga di Tangerang)
Twitter menghapus tweet tentang hak untuk membunuh itu dengan mengatakan posting tersebut melanggar aturan platform tentang mengagungkan kekerasan. Posting tersebut juga telah dihapus di Facebook.
Mahathir menuduh media sosial itu mengabaikan pernyataan selanjutnya yang mengatakan bahwa Muslim tidak pernah membalas dendam atas ketidakadilan terhadap mereka di masa lalu dan bahwa Prancis harus menghormati kepercayaan orang lain.
"Apa yang dipromosikan oleh reaksi terhadap artikel saya ini adalah untuk membangkitkan kebencian Prancis terhadap Muslim," papar Mahathir.
Dia juga mengkritik Facebook dan Twitter karena menghapus postingan tersebut.
"Menurut saya, karena mereka adalah penyedia kebebasan berbicara, setidaknya mereka harus mengizinkan saya untuk menjelaskan dan mempertahankan posisi saya," tegas dia.
Facebook mengatakan dalam email bahwa postingan Mahathir dihapus karena melanggar kebijakannya tentang ujaran kebencian.
Pada Kamis, seorang migran Tunisia memenggal seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di satu gereja Prancis. Kejadian itu mendorong Macron menggandakan sumpahnya untuk menghentikan keyakinan Islam konservatif yang merongrong nilai-nilai Prancis.
Para pejabat Prancis mengatakan pembunuhan itu merupakan serangan terhadap nilai inti kebebasan berekspresi Prancis dan membela hak untuk menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad.
Dia juga mengkritik Facebook dan Twitter yang menghapus postingnya. Mahathir, 95, adalah pemimpin yang dihormati di dunia Muslim. Dia mengunggah komentar di blog, Twitter dan Facebook pada Kamis (29/10) yang menyatakan dia meyakini kebebasan ekspresi tapi tak boleh digunakan untuk menghina orang lain.
Beberapa negara mayoritas Muslim mengecam pernyataan para pejabat Prancis , termasuk Presiden Emmanuel Macron yang membela penggunaan kartun yang menghina Nabi Muhammad di ruang kelas sekolah Prancis.
Masalah berkobar setelah seorang guru Prancis yang menunjukkan kartun yang menghina Nabi Muhammad kepada murid-muridnya selama pelajaran kewarganegaraan itu dipenggal di jalan oleh seorang penyerang asal Chechnya. (Baca Juga: Twitter Hapus Tweet Mahathir 'Muslim Berhak Bunuh Jutaan Orang Prancis')
“Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu. Tapi pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak. Orang Prancis seharusnya tidak melakukannya," tegas Mahathir dalam postingannya. (Lihat Infografis: Charlie Hebdo Kembali Berulah; Pajang Kartun Cabul Erdogan)
"Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, Muslim memiliki hak untuk menghukum orang Prancis," papar dia, seraya menambahkan bahwa dia tidak menyetujui pembunuhan guru Prancis itu. (Lihat Video: Hawa Panas Keluar dari Lantai Mesjid, Gegerakan Warga di Tangerang)
Twitter menghapus tweet tentang hak untuk membunuh itu dengan mengatakan posting tersebut melanggar aturan platform tentang mengagungkan kekerasan. Posting tersebut juga telah dihapus di Facebook.
Mahathir menuduh media sosial itu mengabaikan pernyataan selanjutnya yang mengatakan bahwa Muslim tidak pernah membalas dendam atas ketidakadilan terhadap mereka di masa lalu dan bahwa Prancis harus menghormati kepercayaan orang lain.
"Apa yang dipromosikan oleh reaksi terhadap artikel saya ini adalah untuk membangkitkan kebencian Prancis terhadap Muslim," papar Mahathir.
Dia juga mengkritik Facebook dan Twitter karena menghapus postingan tersebut.
"Menurut saya, karena mereka adalah penyedia kebebasan berbicara, setidaknya mereka harus mengizinkan saya untuk menjelaskan dan mempertahankan posisi saya," tegas dia.
Facebook mengatakan dalam email bahwa postingan Mahathir dihapus karena melanggar kebijakannya tentang ujaran kebencian.
Pada Kamis, seorang migran Tunisia memenggal seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di satu gereja Prancis. Kejadian itu mendorong Macron menggandakan sumpahnya untuk menghentikan keyakinan Islam konservatif yang merongrong nilai-nilai Prancis.
Para pejabat Prancis mengatakan pembunuhan itu merupakan serangan terhadap nilai inti kebebasan berekspresi Prancis dan membela hak untuk menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda