Twitter Hapus Tweet Mahathir 'Muslim Berhak Bunuh Jutaan Orang Prancis'
loading...
A
A
A
KUALA LUMPUR - Pihak Twitter menghapus tweet-tweet mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada hari Kamis karena dianggap mengagungkan kekerasan. Salah satu tweet-nya adalah dalih pembenaran kaum Muslim untuk membunuh jutaan orang Prancis .
Rentetan tweet politisi senior Malaysia itu muncul tak lama setelah seorang pria Tunisia yang bersenjatakan pisau membunuh tiga orang di sebuah gereja di kota Nice, Prancis. Salah satu korbannya, yakni seorang wanita, dipenggal. (Baca: Mahathir: Umat Muslim Punya Hak Menghukum Prancis )
Dalam sebuah tweet, yang merupakan salah satu thread panjang tentang Muslim yang tinggal di Prancis, Mahathir menulis; "Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu."
Serangan di gereja Notre-Dame Basilica kemarin dinyatakan sebagai serangan teroris. Pelaku yang telah ditembak dan ditangkap terus meneriakkan takbir, bahkan setelah penangkapannya.
Tak lama kemudian, Mahathir melontarkan rentetan tweet emosional di Twitter. (Baca: Khamenei: Macron Bodoh, Menghina Nabi Muhammad Harusnya Jadi Kejahatan di Prancis )
Merujuk pada pemenggalan kepala seorang guru sejarah Prancis yang memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya, Mahathir mengatakan dia tidak menyetujui serangan itu tetapi kebebasan berekspresi tidak termasuk "menghina orang lain".
"Terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah membunuh," kata Mahathir.
"Prancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang. Banyak di antaranya adalah Muslim. Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu," lanjut politisi 95 tahun yang terkenal blakblakan tersebut, seperti dikutip AFP, Jumat (30/10/2020). (Baca juga: Tiga Tewas dalam Serangan di Gereja Prancis, Satu Korban Dipenggal )
Mahathir, yang menjabat sebagai perdana menteri Malaysia dua kali selama total 24 tahun, mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak menunjukkan bahwa dia beradab. "Dia sangat primitif," katanya.
"Prancis harus mengajari orang-orangnya untuk menghargai perasaan orang lain. Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Islam atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka Muslim berhak menghukum orang Prancis," lanjut Mahathir.
"Boikot tidak dapat mengompensasi kesalahan yang dilakukan oleh Prancis selama ini," imbuh dia merujuk pada seruan boikot produk-produk Prancis di negara-negara Arab dan Muslim.
Mahathir tidak menyinggung serangan pisau di gereja Notre-Dame Basilica di Nice.
Rentetan tweet politisi senior Malaysia itu muncul tak lama setelah seorang pria Tunisia yang bersenjatakan pisau membunuh tiga orang di sebuah gereja di kota Nice, Prancis. Salah satu korbannya, yakni seorang wanita, dipenggal. (Baca: Mahathir: Umat Muslim Punya Hak Menghukum Prancis )
Dalam sebuah tweet, yang merupakan salah satu thread panjang tentang Muslim yang tinggal di Prancis, Mahathir menulis; "Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu."
Serangan di gereja Notre-Dame Basilica kemarin dinyatakan sebagai serangan teroris. Pelaku yang telah ditembak dan ditangkap terus meneriakkan takbir, bahkan setelah penangkapannya.
Tak lama kemudian, Mahathir melontarkan rentetan tweet emosional di Twitter. (Baca: Khamenei: Macron Bodoh, Menghina Nabi Muhammad Harusnya Jadi Kejahatan di Prancis )
Merujuk pada pemenggalan kepala seorang guru sejarah Prancis yang memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya, Mahathir mengatakan dia tidak menyetujui serangan itu tetapi kebebasan berekspresi tidak termasuk "menghina orang lain".
"Terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah membunuh," kata Mahathir.
"Prancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang. Banyak di antaranya adalah Muslim. Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu," lanjut politisi 95 tahun yang terkenal blakblakan tersebut, seperti dikutip AFP, Jumat (30/10/2020). (Baca juga: Tiga Tewas dalam Serangan di Gereja Prancis, Satu Korban Dipenggal )
Mahathir, yang menjabat sebagai perdana menteri Malaysia dua kali selama total 24 tahun, mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak menunjukkan bahwa dia beradab. "Dia sangat primitif," katanya.
"Prancis harus mengajari orang-orangnya untuk menghargai perasaan orang lain. Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Islam atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka Muslim berhak menghukum orang Prancis," lanjut Mahathir.
"Boikot tidak dapat mengompensasi kesalahan yang dilakukan oleh Prancis selama ini," imbuh dia merujuk pada seruan boikot produk-produk Prancis di negara-negara Arab dan Muslim.
Mahathir tidak menyinggung serangan pisau di gereja Notre-Dame Basilica di Nice.
(min)