Studi: Kepercayaan Terhadap Vaksin Terus Menurun Setiap Tahunnya
Minggu, 18 Oktober 2020 - 23:56 WIB
TOKYO - Saat dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin Covid-19 , kepercayaan terhadap vaksin di beberapa bagian dunia telah turun sejak 2015. Hal itu terungkap dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal medis The Lancet.
Menurut studi tersebut, terlepas dari konsensus ilmiah bahwa vaksin aman dan menjadi cara terbaik untuk membasmi penyakit, kepercayaan publik terhadap keamanan vaksin berubah dengan cepat dan dipengaruhi oleh agama, jenis kelamin, dan pendidikan.
“Persepsi tentang vaksin jauh lebih tidak stabil daripada sebelumnya,” ucap Heidi Larson, salah satu peneliti yang turut terlibat dalam studi tersebut, seperti dilansir Al Arabiya.
(Baca: Upaya Sediakan Vaksin Covid-19 untuk Warga Miskin Hadapi Tembok Tebal )
“Secara keseluruhan, ada banyak kepercayaan di dunia tentang vaksin. Tapi, jangan anggap remeh. Keyakinan naik dan turun, itu sangat bervariasi," sambung Larson, yang merupakan profesor di sekolah Hygiene & Tropical Medicine London.
Gender dan pendidikan, menurut studi tersebut, adalah faktor kunci dalam variasi ini. Misalnya, laki-laki dengan pendidikan rendah cenderung tidak divaksinasi daripada perempuan atau rekan mereka yang lebih berpendidikan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut keragu-raguan vaksin atau anti-vax, keengganan untuk divaksinasi karena keyakinan bahwa vaksin tidak aman, tidak penting, atau tidak efektif, sebagai salah satu dari 10 ancaman teratas terhadap kesehatan global pada tahun 2019.
Studi tersebut mengukur prevalensi kepercayaan anti-vax dan kepercayaan terhadap vaksin di 149 negara antara 2015 dan 2019 dan mensurvei hampir seperempat juta orang; pada 2019, peneliti melakukan 50.000 wawancara.
Peneliti menemukan sikap anti-vax telah meningkat di sepuluh negara. Di Afghanistan, Azerbaijan, Indonesia, Nigeria, Pakistan, dan Serbia, para peneliti melihat lonjakan jumlah orang yang sangat tidak setuju bahwa vaksin aman antara 2015 dan 2019. Namun, selama empat tahun terakhir, kepercayaan vaksin meningkat di Prancis, India, Meksiko, Polandia, Rumania, dan Thailand.
Menurut studi tersebut, terlepas dari konsensus ilmiah bahwa vaksin aman dan menjadi cara terbaik untuk membasmi penyakit, kepercayaan publik terhadap keamanan vaksin berubah dengan cepat dan dipengaruhi oleh agama, jenis kelamin, dan pendidikan.
“Persepsi tentang vaksin jauh lebih tidak stabil daripada sebelumnya,” ucap Heidi Larson, salah satu peneliti yang turut terlibat dalam studi tersebut, seperti dilansir Al Arabiya.
(Baca: Upaya Sediakan Vaksin Covid-19 untuk Warga Miskin Hadapi Tembok Tebal )
“Secara keseluruhan, ada banyak kepercayaan di dunia tentang vaksin. Tapi, jangan anggap remeh. Keyakinan naik dan turun, itu sangat bervariasi," sambung Larson, yang merupakan profesor di sekolah Hygiene & Tropical Medicine London.
Gender dan pendidikan, menurut studi tersebut, adalah faktor kunci dalam variasi ini. Misalnya, laki-laki dengan pendidikan rendah cenderung tidak divaksinasi daripada perempuan atau rekan mereka yang lebih berpendidikan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut keragu-raguan vaksin atau anti-vax, keengganan untuk divaksinasi karena keyakinan bahwa vaksin tidak aman, tidak penting, atau tidak efektif, sebagai salah satu dari 10 ancaman teratas terhadap kesehatan global pada tahun 2019.
Studi tersebut mengukur prevalensi kepercayaan anti-vax dan kepercayaan terhadap vaksin di 149 negara antara 2015 dan 2019 dan mensurvei hampir seperempat juta orang; pada 2019, peneliti melakukan 50.000 wawancara.
Peneliti menemukan sikap anti-vax telah meningkat di sepuluh negara. Di Afghanistan, Azerbaijan, Indonesia, Nigeria, Pakistan, dan Serbia, para peneliti melihat lonjakan jumlah orang yang sangat tidak setuju bahwa vaksin aman antara 2015 dan 2019. Namun, selama empat tahun terakhir, kepercayaan vaksin meningkat di Prancis, India, Meksiko, Polandia, Rumania, dan Thailand.
tulis komentar anda