Pemenggal Guru karena Kartun Nabi Muhammad Kelahiran Chechnya
Minggu, 18 Oktober 2020 - 07:17 WIB
Serangan itu terjadi pada 16 Oktober pukul 17.00 sore waktu setempat di dekat sekolah tempat korban, Samuel Paty, 47 tahun, bekerja. Awal bulan ini, Paty mulai mengajar kelasnya tentang kebebasan berekspresi. Dia dilaporkan menunjukkan kepada siswanya karikatur Nabi Muhammad yang dicetak di majalah satire Prancis Charlie Hebdo pada tahun 2015.
Sebagian besar Muslim menentang penggambaran sosok nabi karena dianggap dapat menyebabkan godaan untuk beperilaku syirik. Beberapa Muslim bahkan menganggap sindiran terhadap Islam atau perwakilan agamanya sebagai penistaan, yang dalam beberapa kasus dapat dihukum mati. (Baca: Macron Sebut Pemenggalan Kepala Guru Serangan Teroris )
Keputusan Charlie Hebdo untuk menerbitkan karikatur Nabi Muhammad pada 2015 memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim dan mengakibatkan serangkaian serangan Islam di Prancis yang menewaskan 17 orang dan puluhan lainnya terluka.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Samuel Paty menunjukkan kepada siswanya karikatur ini dan berbicara tentang kasus Charlie Hebdo. Menurut surat kabar Prancis Le Monde, beberapa orang tua Muslim mengeluh kepada otoritas sekolah tentang guru tersebut dan satu orang dilaporkan menyerukan pemecatannya di media sosial.
Jaksa anti-teroris mengatakan bahwa sebelum penyerangan, sekolah dan guru menerima banyak ancaman, dan Paty telah mengajukan pengaduan atas pencemaran nama baik.
Polisi tiba di lokasi kejadian tak lama setelah pelaku membunuh gurunya. Setelah penyerang mengancam penegak hukum dan mencoba melarikan diri, petugas polisi menembaknya. Tersangka kemudian tewas karena luka-lukanya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang tiba di tempat kejadian pada hari Jumat, menggambarkan pembunuhan itu sebagai "serangan teror Islam". Berbicara tentang korban, dia mengatakan Samuel Paty dibunuh karena dia mengajari siswanya kebebasan berbicara dan kebebasan berekspresi. Macron juga menggarisbawahi pentingnya persatuan nasional.
"Mereka tidak akan menang, mereka tidak akan memecah belah kita," katanya.
Sebagian besar Muslim menentang penggambaran sosok nabi karena dianggap dapat menyebabkan godaan untuk beperilaku syirik. Beberapa Muslim bahkan menganggap sindiran terhadap Islam atau perwakilan agamanya sebagai penistaan, yang dalam beberapa kasus dapat dihukum mati. (Baca: Macron Sebut Pemenggalan Kepala Guru Serangan Teroris )
Keputusan Charlie Hebdo untuk menerbitkan karikatur Nabi Muhammad pada 2015 memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim dan mengakibatkan serangkaian serangan Islam di Prancis yang menewaskan 17 orang dan puluhan lainnya terluka.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Samuel Paty menunjukkan kepada siswanya karikatur ini dan berbicara tentang kasus Charlie Hebdo. Menurut surat kabar Prancis Le Monde, beberapa orang tua Muslim mengeluh kepada otoritas sekolah tentang guru tersebut dan satu orang dilaporkan menyerukan pemecatannya di media sosial.
Jaksa anti-teroris mengatakan bahwa sebelum penyerangan, sekolah dan guru menerima banyak ancaman, dan Paty telah mengajukan pengaduan atas pencemaran nama baik.
Polisi tiba di lokasi kejadian tak lama setelah pelaku membunuh gurunya. Setelah penyerang mengancam penegak hukum dan mencoba melarikan diri, petugas polisi menembaknya. Tersangka kemudian tewas karena luka-lukanya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang tiba di tempat kejadian pada hari Jumat, menggambarkan pembunuhan itu sebagai "serangan teror Islam". Berbicara tentang korban, dia mengatakan Samuel Paty dibunuh karena dia mengajari siswanya kebebasan berbicara dan kebebasan berekspresi. Macron juga menggarisbawahi pentingnya persatuan nasional.
"Mereka tidak akan menang, mereka tidak akan memecah belah kita," katanya.
(min)
tulis komentar anda