Peneliti: India Krisis Bunuh Diri, Butuh Kebijakan untuk Cegah Korban Berikutnya
Sabtu, 17 Oktober 2020 - 20:05 WIB
NEW DELHI - Saat ini India menjadi salah satu negara yang dilanda krisis bunuh diri. Tercatat 17 persen kasus bunuh diri di dunia terjadi di India. Dilaporkan ratusan ribu orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun. Karenanya, para ahli mendesak pemerintah untuk menerapkan rencana pencegahan bunuh diri multi-sektor.
“Kami membutuhkan strategi pencegahan bunuh diri multi-sektor dan pemerintah kemudian perlu menerapkan strategi ini,” kata Soumitra Pathare, Direktur Pusat Hukum dan Kebijakan Kesehatan Mental India, seperti dilansir Anadolu Agency.
(Baca: Dituduh Lakukan Sihir, Dua Orang Dipenggal dan Dibakar Massa di India )
“Strategi pencegahan bunuh diri perlu melibatkan semua sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Tidak hanya sebatas pelayanan kesehatan. Untuk itu, pemerintah perlu fokus pada semua bidang terkait,” sambungnya.
Dia memperingatkan bahwa jika tidak ada strategi seperti itu, India akan berakhir dengan solusi spontan sebagai tanggapan atas krisis bunuh diri. Menurut Biro Laporan Kejahatan Nasional, pada 2019, total 139.123 orang India bunuh diri. Angka ini tinggi di kalangan anak muda, karena 48.774 dari total kasus bunuh diri dilakukan oleh mereka yang berusia 18 hingga 30 tahun.
Menurut data pemerintah, tahun lalu lebih dari 40 ribu petani dan pengangguran meninggal dunia karena bunuh diri. Kemudian, setidaknya 28 pelajar India meninggal karena bunuh diri setiap hari pada 2019, dengan total 10.335 kasus.
Pathare mengungkapkan, setidaknya 75 ribu siswa meninggal karena bunuh diri selama 10 tahun antara 2007 dan 2016. Menurutnya, tingkat bunuh diri meningkat 52% dalam dekade ini.
“Bunuh diri adalah peristiwa multi-dimensi yang kompleks, jadi sulit untuk menunjukkan satu alasan khusus untuk peristiwa semacam itu. Namun, kami tahu bahwa faktor proksimal seperti stres saat ujian dan hasilnya memang berperan,” kata Pathare, yang juga berkontribusi dalam penyusunan kebijakan kesehatan mental Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dirinya menuturkan, di India, bunuh diri adalah penyebab kematian nomor satu di antara wanita usia 15 hingga 39 (20%), di atas kematian ibu dan penyebab nomor dua bagi pria muda dengan usia yang sama.
(Baca: 83 Juta Warga India Kemungkinan Telah Terinfeksi Covid-19 )
Beberapa negara bagian India, seperti Gujarat, Kerala, dan Chhattisgarh memiliki strategi pencegahan bunuh diri, tetapi belum diterapkan. Dalam banyak kasus, penerapan strategi pencegahan bunuh diri tidak selalu membutuhkan biaya, misalnya, contoh perubahan kebijakan di negara bagian selatan Tamil Nadu yang tidak menghabiskan banyak uang bagi pemerintah tetapi menyelamatkan banyak nyawa, tambahnya.
Pathare mengutip sebuah contoh dari sebuah sekolah di Tamil Nadu, di mana penerapan ujian tambahan setelah ujian publik mengurangi jumlah bunuh diri siswa sebesar 40% dari waktu ke waktu.
“Dengan menambah ujian susulan, siswa yang gagal tidak perlu bersusah payah karena ketinggalan. Selain itu, pelaksanaan tindakan pencegahan bunuh diri tersebut tidak selalu membutuhkan biaya, tetapi menyelamatkan banyak nyawa. Misalnya, kasus bunuh diri saat ujian dikurangi dari 45 per tahun menjadi hanya sembilan per tahun setelah ujian tambahan diperkenalkan," tukasnya.
“Kami membutuhkan strategi pencegahan bunuh diri multi-sektor dan pemerintah kemudian perlu menerapkan strategi ini,” kata Soumitra Pathare, Direktur Pusat Hukum dan Kebijakan Kesehatan Mental India, seperti dilansir Anadolu Agency.
(Baca: Dituduh Lakukan Sihir, Dua Orang Dipenggal dan Dibakar Massa di India )
“Strategi pencegahan bunuh diri perlu melibatkan semua sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Tidak hanya sebatas pelayanan kesehatan. Untuk itu, pemerintah perlu fokus pada semua bidang terkait,” sambungnya.
Dia memperingatkan bahwa jika tidak ada strategi seperti itu, India akan berakhir dengan solusi spontan sebagai tanggapan atas krisis bunuh diri. Menurut Biro Laporan Kejahatan Nasional, pada 2019, total 139.123 orang India bunuh diri. Angka ini tinggi di kalangan anak muda, karena 48.774 dari total kasus bunuh diri dilakukan oleh mereka yang berusia 18 hingga 30 tahun.
Menurut data pemerintah, tahun lalu lebih dari 40 ribu petani dan pengangguran meninggal dunia karena bunuh diri. Kemudian, setidaknya 28 pelajar India meninggal karena bunuh diri setiap hari pada 2019, dengan total 10.335 kasus.
Pathare mengungkapkan, setidaknya 75 ribu siswa meninggal karena bunuh diri selama 10 tahun antara 2007 dan 2016. Menurutnya, tingkat bunuh diri meningkat 52% dalam dekade ini.
“Bunuh diri adalah peristiwa multi-dimensi yang kompleks, jadi sulit untuk menunjukkan satu alasan khusus untuk peristiwa semacam itu. Namun, kami tahu bahwa faktor proksimal seperti stres saat ujian dan hasilnya memang berperan,” kata Pathare, yang juga berkontribusi dalam penyusunan kebijakan kesehatan mental Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dirinya menuturkan, di India, bunuh diri adalah penyebab kematian nomor satu di antara wanita usia 15 hingga 39 (20%), di atas kematian ibu dan penyebab nomor dua bagi pria muda dengan usia yang sama.
(Baca: 83 Juta Warga India Kemungkinan Telah Terinfeksi Covid-19 )
Beberapa negara bagian India, seperti Gujarat, Kerala, dan Chhattisgarh memiliki strategi pencegahan bunuh diri, tetapi belum diterapkan. Dalam banyak kasus, penerapan strategi pencegahan bunuh diri tidak selalu membutuhkan biaya, misalnya, contoh perubahan kebijakan di negara bagian selatan Tamil Nadu yang tidak menghabiskan banyak uang bagi pemerintah tetapi menyelamatkan banyak nyawa, tambahnya.
Pathare mengutip sebuah contoh dari sebuah sekolah di Tamil Nadu, di mana penerapan ujian tambahan setelah ujian publik mengurangi jumlah bunuh diri siswa sebesar 40% dari waktu ke waktu.
“Dengan menambah ujian susulan, siswa yang gagal tidak perlu bersusah payah karena ketinggalan. Selain itu, pelaksanaan tindakan pencegahan bunuh diri tersebut tidak selalu membutuhkan biaya, tetapi menyelamatkan banyak nyawa. Misalnya, kasus bunuh diri saat ujian dikurangi dari 45 per tahun menjadi hanya sembilan per tahun setelah ujian tambahan diperkenalkan," tukasnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(esn)
tulis komentar anda