Pompeo Sebut Turki Perburuk Perang di Nagorno Karabakh
Jum'at, 16 Oktober 2020 - 23:45 WIB
WASHINGTON - Perang Armenia dengan Azerbaijan di Nagorno Karabakh memasuki babak baru, menghapus harapan berakhirnya perang yang telah berlangsung selama tiga pekan itu.
Peperangan yang terjadi dekat jaringan pipa gas dan minyak di Azerbaijan itu memicu kekhawatiran di Eropa dan Amerika Serikat (AS) . Keduanya menilai konflik di Nagorno Karabakh itu akan menyeret Turki dan Rusia ke dalam perang. (Baca juga: Jika Serang Jaringan Pipa Minyak, Azerbaijan Ancam Hajar Armenia )
Terkait hal tersebut, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Turki telah memperburuk perang di Nagorno Karabakh dengan memberikan sumber daya ke Azerbaijan.
"Sebuah resolusi diplomatik diperlukan, daripada negara pihak ketiga datang untuk meminjamkan senjata mereka ke apa yang sudah menjadi tong mesiu," katanya dalam sebuah wawancara dengan penyiar WSB Atlanta yang disitir Reuters, Jumat (16/10/2020).
Ankara menuduh Armenia secara ilegal menduduki wilayah Azerbaijan. Armenia mengatakan Turki telah mendorong Azerbaijan untuk mengejar solusi militer atas konflik tersebut, yang membahayakan warga sipil Armenia.
Kementerian luar negeri Armenia mengatakan Menteri Luar Negeri Zohrab Mnatsakanyan telah berbicara melalui telepon dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, meminta komunitas internasional untuk "menetralkan" tindakan Azerbaijan yang menurutnya menimbulkan bahaya eksistensial bagi rakyat Nagorno-Karabakh.
Sementara itu, Iran mentweet bahwa menteri luar negerinya Mohammad Javad Zarif telah menawarkan bantuan pihak Azerbaijan untuk proses perdamaian.
Pasukan Armenia dan Azerbaijan kembali bertempur pada hari Jumat, memutus harapan untuk mengakhiri pertempuran hampir tiga minggu di daerah kantong Nagorno-Karabakh.
Pecahnya kekerasan terparah di Kaukasus Selatan sejak Armenia dan Azerbaijan berperang memperebutkan daerah kantong itu pada tahun 1990-an, pertempuran tersebut berisiko menciptakan bencana kemanusiaan, terutama jika menarik Rusia dan Turki.
Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan diatur oleh etnis Armenia.
Keduanya sempat menyepakati gencatan senjata namun kesepakatan itu hanya seumur jagung. Keduanya saling tuding satu sama lain melancarkan serangan.(Baca juga: Gencatan Senjata Azerbaijan dan Armenia Hanya Seumur Jagung )
Kementerian pertahanan Nagorno-Karabakh melaporkan 29 lagi korban militer, menjadikan 633 jumlah prajurit yang tewas sejak pertempuran meletus pada 27 September. Azerbaijan tidak mengungkapkan korban militer. Kantor kejaksaan Azerbaijan hanya mengatakan 47 warga sipil telah tewas dan 222 lainnya luka-luka.(Lihat video: Dua Kapal Asing Berbendera Vietnam Ditangkap TNI AL )
Peperangan yang terjadi dekat jaringan pipa gas dan minyak di Azerbaijan itu memicu kekhawatiran di Eropa dan Amerika Serikat (AS) . Keduanya menilai konflik di Nagorno Karabakh itu akan menyeret Turki dan Rusia ke dalam perang. (Baca juga: Jika Serang Jaringan Pipa Minyak, Azerbaijan Ancam Hajar Armenia )
Terkait hal tersebut, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Turki telah memperburuk perang di Nagorno Karabakh dengan memberikan sumber daya ke Azerbaijan.
"Sebuah resolusi diplomatik diperlukan, daripada negara pihak ketiga datang untuk meminjamkan senjata mereka ke apa yang sudah menjadi tong mesiu," katanya dalam sebuah wawancara dengan penyiar WSB Atlanta yang disitir Reuters, Jumat (16/10/2020).
Ankara menuduh Armenia secara ilegal menduduki wilayah Azerbaijan. Armenia mengatakan Turki telah mendorong Azerbaijan untuk mengejar solusi militer atas konflik tersebut, yang membahayakan warga sipil Armenia.
Kementerian luar negeri Armenia mengatakan Menteri Luar Negeri Zohrab Mnatsakanyan telah berbicara melalui telepon dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, meminta komunitas internasional untuk "menetralkan" tindakan Azerbaijan yang menurutnya menimbulkan bahaya eksistensial bagi rakyat Nagorno-Karabakh.
Sementara itu, Iran mentweet bahwa menteri luar negerinya Mohammad Javad Zarif telah menawarkan bantuan pihak Azerbaijan untuk proses perdamaian.
Pasukan Armenia dan Azerbaijan kembali bertempur pada hari Jumat, memutus harapan untuk mengakhiri pertempuran hampir tiga minggu di daerah kantong Nagorno-Karabakh.
Pecahnya kekerasan terparah di Kaukasus Selatan sejak Armenia dan Azerbaijan berperang memperebutkan daerah kantong itu pada tahun 1990-an, pertempuran tersebut berisiko menciptakan bencana kemanusiaan, terutama jika menarik Rusia dan Turki.
Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan diatur oleh etnis Armenia.
Keduanya sempat menyepakati gencatan senjata namun kesepakatan itu hanya seumur jagung. Keduanya saling tuding satu sama lain melancarkan serangan.(Baca juga: Gencatan Senjata Azerbaijan dan Armenia Hanya Seumur Jagung )
Kementerian pertahanan Nagorno-Karabakh melaporkan 29 lagi korban militer, menjadikan 633 jumlah prajurit yang tewas sejak pertempuran meletus pada 27 September. Azerbaijan tidak mengungkapkan korban militer. Kantor kejaksaan Azerbaijan hanya mengatakan 47 warga sipil telah tewas dan 222 lainnya luka-luka.(Lihat video: Dua Kapal Asing Berbendera Vietnam Ditangkap TNI AL )
(ber)
tulis komentar anda