Perang Nagorno-Karabakh Masuk Babak Baru Situasi ‘Tong Mesiu’

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 19:41 WIB
Mobil terbakar di luar rumah sakit di Martakert, Nagorno-Karabakh, 15 Oktober 2020. Foto/REUTERS
BAKU - Pasukan Armenia dan Azerbaijan kembali terlibat pertempuran baru pada Jumat (16/10), menghapus harapan berakhirnya perang yang telah berlangsung tiga pekan di Nagorno-Karabakh .

Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menyebut situasi tong mesiu di wilayah tersebut. Kekerasan terburuk sejak 1990-an itu berisiko mengakibatkan bencana kemanusiaan dan krisis ekonomi, serta dapat menyeret Rusia dan Turki.

Pompeo mengkritik Turki dalam konflik itu karena mendukung Azerbaijan. Dia menganggap aliansi NATO itu memperburuk situasi di Nagorno-Karabakh yang secara internasional diakui sebagai bagian Azerbaijan tapi diperintah oleh etnik Armenia.



Turki telah meningkatkan ekspor senjata ke Azerbaijan tahun ini. Kantor berita Rusia, RIA juga melaporkan angkatan laut Rusia berencana menggelar latihan militer di Laut Kaspia.

Ada tanda-tanda bahwa gencatan senjata yang disepakati Sabtu lalu telah gagal dengan konflik baru yang terjadi hari ini. (Baca Juga: Perang Armenia-Azerbaijan Meningkat, Relawan Nagorno-Karabakh Dibekali Senjata)

Armenia dan Azerbaijan saling tuduh pihak lain sebagai pihak yang merusak gencatan senjata dengan melancarkan serangan. (Lihat Infografis: Lepas Pantai Indonesia Akan Dijaga Oleh Senjata Canggih Turki)

Pejabat Kementerian Pertahanan (Kemhan) Armenia Artsrun Hovhannisyan menyatakan Azerbaijan telah melancarkan serangan artileri di utara Nagorno-Karabakh. “Infanteri musuh melarikan diri dari pukulan tentara kita,” papar Kemhan Armenia. (Lihat Video: Mantan Wapres Hamzah Haz Dirawat di RSPAD Gatot Soebroto)

Kemhan Azerbaijan menolak tuduhan itu dengan menyatakan pasukan Nagorno-Karabakh dipaksa mundur dan pasukan Azerbaijan terus memperluas kontrol di sepanjang garis kontak kedua pihak.

Kemhan Nagorno-Karabakh melaporkan korban baru sebanyak 29 tentara meninggal, sehingga total ada 633 orang personel militer tewas sejak pertempuran pecah pada 27 September.

Azerbaijan tidak mengungkap korban tentara tapi 47 warga sipil tewasdan 222 orang terluka.

Pertempuran di dekat jaringan pipa minyak dan gas di Azerbaijan itu memicu kekhawatiran Eropa dan Amerika Serikat (AS) bahwa Turki dan Rusia dapat terseret masuk.

Turki mengalami peningkatan ekspor senjata hingga enam kali lipat tahun ini. Adapun Rusia memiliki pakta pertahanan dengan Armenia.

Pompeo menuduh Turki memperburuk konflik itu dengan memberi sumber daya pada Azerbaijan. “Negara-negara pihak ketiga datang untuk memberikan daya tembak pada situasi yang sudah berupa tong mesiu itu,” kata Pompeo.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More