Hindari Pertumpahan Darah, Presiden Kyrgyzstan Mengundurkan Diri

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 01:48 WIB
Jeenbekov kemudian memberlakukan keadaan darurat di Bishkek, yang disahkan oleh parlemen pada Selasa. Pihak berwenang lantas mengerahkan pasukan ke Ibu Kota dan memberlakukan jam malam.(Baca juga: Demo Berlanjut, Presiden Kyrgyzstan Umumkan Keadaan Darurat )

Untuk mencoba menghentikan kerusuhan, Jeenbekov pada hari Rabu mendukung pengangkatan Sadyr Zhaparov sebagai perdana menteri. Mantan anggota parlemen itu dibebaskan dari penjara oleh demonstran pekan lalu. Jeenbekov juga menyetujui Kabinet baru Zhaparov.(Baca juga: Parlemen Kyrgyzstan Tunjuk PM Baru Saat Pasukan Dikerahkan ke Bishkek )

Zhaparov telah berulang kali menuntut pengunduran diri Jeenbekov dan berjanji kepada para pendukungnya untuk mendorongnya - tetapi Jeenbekov mengatakan dia akan tetap bekerja sampai situasi politik menjadi stabil.

Ratusan pendukung Zhaparov berunjuk rasa di ibu kota pada Rabu, mengancam akan menyerbu kediaman presiden jika Jeenbekov tidak mundur. Zhaparov telah berjanji untuk bertemu dengan presiden pada Kamis, tetapi tidak jelas apakah itu terjadi.

Seperti dalam pemberontakan yang menggulingkan presiden pada tahun 2005 dan 2010, kerusuhan saat ini didorong oleh persaingan antar suku yang membentuk politik negara.

Kyrgyzstan, salah satu negara termiskin yang muncul dari bekas Uni Soviet, adalah anggota aliansi ekonomi dan keamanan yang didominasi Rusia, menjadi tuan rumah pangkalan udara Rusia dan bergantung pada dukungan ekonomi Moskow. Negara itu dulunya adalah situs pangkalan udara Amerika Serikat (AS) yang digunakan dalam perang di Afghanistan.(Lihat video: Begal Mengaku Anggota Polisi, Sedikitnya 15 Orang Menjadi Korban )
(ber)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More