Vaksin untuk Orang Tua, Mungkinkah?
Kamis, 15 Oktober 2020 - 06:01 WIB
Sel darah putih kemudian akan menghancurkan patogen di dalam “perutnya” sebelum menyerahkannya kepada sel lain bernama sel T. Dengan dibantu sel lainnya yang dapat mengidentifikasi berbagai jenis patogen, sel T dapat “mengingat” patogen itu dengan akurat untuk mengaktifkan lapisan sistem imun adaptif.
Dalam berbagai penelitian terbaru, sel T memiliki beragam jenis dan fungsi yang unik. Sel T Pembunuh atau Cytotoxins dapat menyerang tubuh sendiri untuk memberantas sel yang terinfeksi patogen supaya tidak berkembang biak. Sementara sel T Pembantu dapat membantu sel B mempertebal lapisan imun.
Menurut para ahli, sel B dapat mengidentifikasi patogen secara independen. Sel B juga dapat memproduksi antibodi di dalam tubuh. Namun, untuk memperoleh hasil maksimal, sel B memerlukan interaksi rumit dengan sel T Pembantu. Dengan demikian, antibodi yang dihasilkan dapat bekerja sangat efektif.
Tujuan diciptakannya vaksin ialah untuk merangsang sistem imun agar dapat memproduksi antibodi yang efektif sebelum tubuh terekspos patogen. Sebelumnya ahli kesehatan juga mencoba melakukan pemeriksaan antibodi untuk menentukan seseorang positif Covid-19 . Namun, cara itu tidak bekerja efektif.
Tantangan terbesar para ahli farmasi untuk menyediakan vaksin bagi orang tua ialah ketidakstabilan sel sistem kekebalan tubuh yang rusak. “Pada dasarnya, fungsi semua sel itu rusak. Hal penting yang perlu kita ingat, sel-sel itu tidak bekerja sendiri, tapi kelompok,” ujar Birgit Weinberger dari University of Innsbruck. (Baca juga: Diare Juga Bisa Jadi Gejala Awal terkena Covid-19)
Pernyataan Weinberger bukan tanpa alasan. Jika perlindungan yang disediakan sel darah putih sudah menurun, aktivasi sel T dan antibodi yang diproduksi sel B juga akan berkurang. Selain itu, kecepatan respons sistem imun juga lebih lambat. Dikhawatirkannya, orang tua yang diberi vaksin justru malah jatuh sakit.
Jumlah sel T dan B juga terbatas dan berkurang seiring waktu. Perubahan itu dapat menjadi masalah jika di kemudian hari ditemukan patogen baru. “Sistem imun orang tua saat ini mungkin sudah beradaptasi dengan wabah sebelumnya, tapi saat diserang patogen baru, kemampuan sistem itu kembali diuji,” kata Sharif.
Penuaan sistem kekebalan tubuh tidak dialami seluruh orang. Pengecualian masih terjadi, terutama bagi mereka yang dikaruniai fisik yang lebih kuat. Bahkan, beberapa orang yang mampu menjaga pola hidup sehat dan fisiknya terlatih di dalam kesehariannya memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih baik di masa tua.
Pengembangan vaksin membutuhkan banyak waktu dan uang karena melalui beberapa tahapan. Dalam fase akhir yang meliputi uji coba terhadap tubuh manusia, pengembang sedikitnya harus melalui tiga tahap, yakni keselamatan, kemanjuran, dan efektivitas. Sebagian besar vaksin di dunia gagal pada tahap ini.
Sebuah vaksin terkadang bekerja optimal dalam kelompok masyarakat tertentu, tapi gagal dalam kelompok yang lain. Saat ini sebagian besar perusahaan farmasi dunia juga sedang menjalani fase akhir uji coba vaksin Covid-19. “Tidak ada vaksin yang sempurna dan 100% manjur, tidak ada satu pun,” kata Sharif. (Lihat videonya: Sejumlah Aktivis dan Petinggi KAMI Ditangkap Polisi)
Dalam berbagai penelitian terbaru, sel T memiliki beragam jenis dan fungsi yang unik. Sel T Pembunuh atau Cytotoxins dapat menyerang tubuh sendiri untuk memberantas sel yang terinfeksi patogen supaya tidak berkembang biak. Sementara sel T Pembantu dapat membantu sel B mempertebal lapisan imun.
Menurut para ahli, sel B dapat mengidentifikasi patogen secara independen. Sel B juga dapat memproduksi antibodi di dalam tubuh. Namun, untuk memperoleh hasil maksimal, sel B memerlukan interaksi rumit dengan sel T Pembantu. Dengan demikian, antibodi yang dihasilkan dapat bekerja sangat efektif.
Tujuan diciptakannya vaksin ialah untuk merangsang sistem imun agar dapat memproduksi antibodi yang efektif sebelum tubuh terekspos patogen. Sebelumnya ahli kesehatan juga mencoba melakukan pemeriksaan antibodi untuk menentukan seseorang positif Covid-19 . Namun, cara itu tidak bekerja efektif.
Tantangan terbesar para ahli farmasi untuk menyediakan vaksin bagi orang tua ialah ketidakstabilan sel sistem kekebalan tubuh yang rusak. “Pada dasarnya, fungsi semua sel itu rusak. Hal penting yang perlu kita ingat, sel-sel itu tidak bekerja sendiri, tapi kelompok,” ujar Birgit Weinberger dari University of Innsbruck. (Baca juga: Diare Juga Bisa Jadi Gejala Awal terkena Covid-19)
Pernyataan Weinberger bukan tanpa alasan. Jika perlindungan yang disediakan sel darah putih sudah menurun, aktivasi sel T dan antibodi yang diproduksi sel B juga akan berkurang. Selain itu, kecepatan respons sistem imun juga lebih lambat. Dikhawatirkannya, orang tua yang diberi vaksin justru malah jatuh sakit.
Jumlah sel T dan B juga terbatas dan berkurang seiring waktu. Perubahan itu dapat menjadi masalah jika di kemudian hari ditemukan patogen baru. “Sistem imun orang tua saat ini mungkin sudah beradaptasi dengan wabah sebelumnya, tapi saat diserang patogen baru, kemampuan sistem itu kembali diuji,” kata Sharif.
Penuaan sistem kekebalan tubuh tidak dialami seluruh orang. Pengecualian masih terjadi, terutama bagi mereka yang dikaruniai fisik yang lebih kuat. Bahkan, beberapa orang yang mampu menjaga pola hidup sehat dan fisiknya terlatih di dalam kesehariannya memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih baik di masa tua.
Pengembangan vaksin membutuhkan banyak waktu dan uang karena melalui beberapa tahapan. Dalam fase akhir yang meliputi uji coba terhadap tubuh manusia, pengembang sedikitnya harus melalui tiga tahap, yakni keselamatan, kemanjuran, dan efektivitas. Sebagian besar vaksin di dunia gagal pada tahap ini.
Sebuah vaksin terkadang bekerja optimal dalam kelompok masyarakat tertentu, tapi gagal dalam kelompok yang lain. Saat ini sebagian besar perusahaan farmasi dunia juga sedang menjalani fase akhir uji coba vaksin Covid-19. “Tidak ada vaksin yang sempurna dan 100% manjur, tidak ada satu pun,” kata Sharif. (Lihat videonya: Sejumlah Aktivis dan Petinggi KAMI Ditangkap Polisi)
tulis komentar anda