Rusia Bantah Telah Sepakat Perpanjang Perjanjian New START
Kamis, 15 Oktober 2020 - 01:03 WIB
MOSKOW - Kremlin mengatakan bahwa Rusia belum mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang perjanjian senjata New START , perjanjian nuklir terakhir antara kedua negara. Pernyataan ini sekaligus membantah klaim AS yang menyatakan proses pembicaraan telah menunjukkan kemajuan yang signifikan.
Perjanjian New START, yang ditandatangani pada 2010, membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan Amerika Serikat. Perjanjian ini akan kedaluwarsa pada Februari tahun depan.
Pejabat AS telah mengindikasikan di media sosial bahwa kesepakatan untuk memperpanjangnya pada prinsipnya telah dicapai.(Baca juga: Jika Rusia Bekukan Senjata Nuklir, AS Siap Perpanjang Perjanjian START )
Namun juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa belum ada kesepakatan yang dicapai meskipun apa yang diharapkan Kremlin adalah pemahaman bersama bahwa pakta itu perlu diperpanjang.
"Mengenai pemahaman tentang perlunya memperluas perjanjian START, kami berharap kami berada di jalur yang sama dalam hal ini," kata Peskov dalam teleconference dengan wartawan.
“Kami memahami bahwa ini perlu diperpanjang, bahwa ini untuk kepentingan kedua negara kami dan keamanan strategis seluruh dunia,” imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (15/10/2020).
Sebelumnya pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan Moskow tidak melihat prospek untuk memperpanjang perjanjian kontrol senjata START baru dengan Washington tetapi tetap berencana untuk melanjutkan pembicaraan.
Kegagalan untuk memperpanjang pakta akan menghilangkan pilar utama yang menjaga keseimbangan senjata nuklir antara Moskow dan Washington. Ini tentu saja akan menambah elemen ketegangan lain pada hubungan mereka yang sudah rusak.(Baca juga: Iran Desak Dunia Internasional Tekan Israel Gabung Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir )
Perjanjian New START adalah penerus dari Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START) asli yang ditandatangani pada tahun 1991 antara Uni Soviet dan Amerika Serikat saat itu.
Kesepakatan senjata antara Presiden Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada 1980-an, dan penerus mereka George H.W. Bush dan Presiden Rusia Boris Yeltsin pada 1990-an, menggarisbawahi kepercayaan yang tumbuh di antara negara adidaya dan berkontribusi untuk mengakhiri Perang Dingin.(Lihat video: 5 Angkatan Udara Paling Digdaya di Dunia )
Perjanjian New START, yang ditandatangani pada 2010, membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan Amerika Serikat. Perjanjian ini akan kedaluwarsa pada Februari tahun depan.
Pejabat AS telah mengindikasikan di media sosial bahwa kesepakatan untuk memperpanjangnya pada prinsipnya telah dicapai.(Baca juga: Jika Rusia Bekukan Senjata Nuklir, AS Siap Perpanjang Perjanjian START )
Namun juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa belum ada kesepakatan yang dicapai meskipun apa yang diharapkan Kremlin adalah pemahaman bersama bahwa pakta itu perlu diperpanjang.
"Mengenai pemahaman tentang perlunya memperluas perjanjian START, kami berharap kami berada di jalur yang sama dalam hal ini," kata Peskov dalam teleconference dengan wartawan.
“Kami memahami bahwa ini perlu diperpanjang, bahwa ini untuk kepentingan kedua negara kami dan keamanan strategis seluruh dunia,” imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (15/10/2020).
Sebelumnya pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan Moskow tidak melihat prospek untuk memperpanjang perjanjian kontrol senjata START baru dengan Washington tetapi tetap berencana untuk melanjutkan pembicaraan.
Kegagalan untuk memperpanjang pakta akan menghilangkan pilar utama yang menjaga keseimbangan senjata nuklir antara Moskow dan Washington. Ini tentu saja akan menambah elemen ketegangan lain pada hubungan mereka yang sudah rusak.(Baca juga: Iran Desak Dunia Internasional Tekan Israel Gabung Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir )
Perjanjian New START adalah penerus dari Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START) asli yang ditandatangani pada tahun 1991 antara Uni Soviet dan Amerika Serikat saat itu.
Kesepakatan senjata antara Presiden Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada 1980-an, dan penerus mereka George H.W. Bush dan Presiden Rusia Boris Yeltsin pada 1990-an, menggarisbawahi kepercayaan yang tumbuh di antara negara adidaya dan berkontribusi untuk mengakhiri Perang Dingin.(Lihat video: 5 Angkatan Udara Paling Digdaya di Dunia )
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda