China Marah, Kapal Perang Rudal AS Masuk Laut China Selatan

Sabtu, 10 Oktober 2020 - 05:59 WIB
Para kru Angkatan Laut Amerika Serikat beraktivitas di atas kapal perang USS John McCain yang sedang beroperasi di sekitar wilayah sengketa di Laut China Selatan. Foto/US Indo-Pacific Command
BEIJING - China marah setelah kapal perang Amerika Serikat (AS), USS John McCain, memasuki perairan sekitar Kepulauan Paracel, Laut China Selatan , pada hari Jumat. Itu adalah kepulauan yang jadi sengketa antara Beijing dan beberapa negara Asia Tenggara.

Beijing menuntut Washington untuk mengontrol dan membatasi operasi Angkatan Laut-nya di Laut China Selatan. Menurut Beijing, kapal perang bersenjata peluru kendali atau rudal tersebut memasuki perairan Kepulauan Paracel tanpa izin. (Baca: Media China Sentil Indonesia karena Menentang Klaim China di Laut China Selatan )

Juru bicara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, Kolonel Zhang Nandong, menuduh Amerika melenturkan otot militernya dengan manuver USS John McCain tersebut.



"Ini adalah hegemoni navigasi telanjang dan provokasi militer," kata Kolonel Zhang dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Sabtu (10/10/2020).

"Kami menuntut AS segera menghentikan tindakan provokatif tersebut, (dan) secara ketat mengontrol dan membatasi operasi militer di laut dan udara untuk menghindari kecelakaan," ujarnya.

Militer China mengklaim AS sering mengirim kapal perang ke Laut China Selatan untuk memamerkan kekuatannya dan sangat melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China. (Baca: Indonesia Lontarkan Peringatan Keras kepada China soal Laut China Selatan )

Juru bicara PLA itu mengatakan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk secara tegas menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Pada Juli lalu, China menuduh AS berlayar melintasi dunia seperti pengganggu setelah dua kapal induk, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan, dikirim ke Laut China Selatan untuk unjuk kekuatan.

Beijing mengklaim sebagian besar Laut China Selatan berdasarkan "nine-dash line (sembilan garis putus-putus)", sebuah peta kuno miliknya yang berasal dari tahun 1940-an.

China telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan di kawasan sengketa tersebut, yang merupakan rumah bagi cadangan minyak dan gas yang berharga dan merupakan jalur air komersial yang penting. (Baca: Pentagon: China Lirik Indonesia Jadi Pangkalan Militernya )

Sementara AS telah melakukan operasi kebebasan navigasi di kawasan tersebut sehingga menimbulkan ketegangan antara kedua negara.

Aksi kapal perang USS John McCain terjadi setelah Menteri Luar Negeri Michael Pompeo mengunjungi Jepang pada hari Selasa untuk menggalang dukungan dari sekutu terdekat Washington di Asia, menyerukan kolaborasi yang lebih dalam melawan pengaruh regional China yang berkembang.

Pompeo berbicara dengan sangat tegas menentang Partai Komunis China yang berkuasa di Beijing. Sikap Pompeo berbeda dengan tiga rekannya dari Jepang, India dan Australia, yang semuanya menghindari untuk menyebut China secara langsung.

China kemudian menuduh Pompeo berperilaku jahat, menciptakan konfrontasi politik dan mencoreng Beijing. Negara Tirai Bambu ini meminta Amerika untuk menghentikan "serangan" yang tidak beralasan. (Baca juga: China Sudah Ungguli AS dalam Jumlah AL, Rudal Darat dan Sistem Rudal Udara )

"Kami sekali lagi mendesak AS untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan prasangka ideologis, menghentikan tuduhan dan serangan yang tidak beralasan terhadap China dan memperlakukan hubungan dengan China secara konstruktif," kata kedutaan China di Jepang dalam sebuah pernyataan.

Kunjungan Pompeo di Asia Timur, yang pertama dalam lebih dari setahun, bertepatan dengan ketegangan yang memburuk dengan China.

Amerika Serikat dan China, dua ekonomi teratas dunia, telah berselisih mengenai berbagai masalah mulai dari penanganan virus corona oleh Beijing hingga penerapan undang-undang keamanan baru di Hong Kong dan ambisinya di Laut China Selatan.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More