Tingkatkan Angka Kelahiran Jadi Solusi Atasi Pandemi di Singapura

Rabu, 07 Oktober 2020 - 10:15 WIB
Selain kebijakan cuti keluarga yang diperkenalkan pada 2004—yang memberikan tunjangan setahun setengah penuh—, pada tahun 2017 negara ini meluncurkan tunjangan anak bulanan: 60 euro atau sekitar Rp900.000 untuk anak pertama, 60 euro untuk anak kedua, dan 100 euro atau Rp1,5 juta untuk anak kedua-anak ketiga. Mengingat biaya hidup Estonia yang relatif terjangkau dan pendapatan rata-rata yang rendah, manfaat ini tentu saja merupakan bantuan keuangan yang murah hati. (Baca juga: Bentengi Tubuh dari Covid-19 dengan Olahraga)

Ledakan Jumlah Bayi

Secara keseluruhan, jumlah populasi global diperkirakan akan mencapai hingga 10,9 miliar jiwa pada 2100. Angka itu lebih rendah dibandingkan laporan Divisi Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dua tahun sebelumnya yang mencapai 11,2 miliar. Sampai Maret tahun ini, populasi global telah mencapai 7,8 miliar.

Manusia memerlukan waktu sekitar 200.000 tahun untuk mencapai 1 miliar jiwa dan 200 tahun untuk mencapai 7 miliar. Meski belakangan angka kelahiran menurun, populasi diperkirakan akan terus bertambah. Hal ini sesuai 1.690 sensus penduduk 1950-2018, juga angka kelahiran dan kematian di 163 negara.

Populasi global diestimasikan akan mencapai 8,5 miliar jiwa pada 2030, 9,7 miliar pada 2050, dan 10,9 miliar pada 2100. Sebagian pertumbuhan ini berasal dari negara tertentu. Menurut PBB, penyumbang terbesar berasal dari India, Pakistan, Kongo, Ethiopia, Tanzania, Indonesia, Mesir, dan Amerika Serikat (AS). (Baca juga: Canggih, Kecerdasan Buatan Mampu Prediksi Bakal Penyakit)

Dalam satu dekade ke depan, India diperkirakan akan melampaui China sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia. Saat ini, selisihnya sudah tipis. Jumlah populasi di China mencapai 1,39 miliar atau 18,1% dari populasi global sampai Juni tahun ini, sedangkan India 1,37 miliar atau 17,5% dari populasi global.

Sebaliknya, beberapa negara lain akan mengalami penurunan populasi menyusul adanya ketimpangan jumlah orang lanjut usia dengan angka kelahiran. China sendiri diperkirakan akan mengalami penurunan populasi sebanyak 31,4 juta atau 2,2% pada 2050. Adapun di Lithuania dan Bulgaria mencapai hingga 23%.

PBB menegaskan negara yang mengalami pertumbuhan dan penurunan akan menghadapi masalah masing-masing. Negara yang mengalami kenaikan perlu menyediakan sekolah, sarana kesehatan, dan pekerjaan yang memadai, sedangkan negara dengan angka kelahiran rendah akan menghadapi krisis SDM.

Para ahli memperingatkan pertumbuhan populasi akan mengancam ekonomi. “Angka pengangguran akan meningkat. India tidak akan mampu meresap semua generasi muda ke dalam dunia tenaga kerja. Kami tidak akan menuai manfaat dari banyaknya anak muda,” kata Arup Mitra, dari Institut Economic Growth.

Senada dengan Mitra, K Srinath Reddy dari Public Health Foundation India mengatakan Pemerintah India perlu menanamkan lebih banyak modal di sektor kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan. “Kami perlu mengantisipasi permasalahan yang mungkin muncul dari permasalahan ini,” katanya. (Baca juga: RUU Cipta Kerja Sah Jadi UU, Ini Deretan dampak Buruknya bagi Rakyat)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More