Tingkatkan Angka Kelahiran Jadi Solusi Atasi Pandemi di Singapura
Rabu, 07 Oktober 2020 - 10:15 WIB
Meski mencapai 1,37 miliar jiwa, jumlah populasi di India menurun sekitar 0,2% dibandingkan dua tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya angka kesuburan. Pada 2017, Pemerintah India juga meluncurkan program parivar vikas atau penyebarluasan alat kontrasepsi dan layanan perencanaan keluarga.
Berdasarkan hasil studi Pew Research Center (PRC), jumlah populasi global tidak akan tumbuh signifikan setelah 2100. “Angka pertumbuhannya per tahun diperkirakan kurang dari 0,1%. Fenomena itu sebagian besar akan didorong oleh jatuhnya angka kesuburan yang pada 2070 saja hanya 2,1 per ibu,” ungkap PRC.
PRC menyatakan rata-rata batas usia per orang juga akan meningkat dan jumlah orang berusia 80 tahun akan bertambah dari 146 juta menjadi 881 juta. Eropa dan Amerika Latin akan mengalami penurunan populasi pada 2100, sedangkan Asia akan meningkat dari 4,6 miliar pada 2020 menjadi 5,3 miliar pada 2055.
Afrika dilaporkan akan menjadi satu-satunya kawasan dengan pertumbuhan populasi paling konsisten di dunia. Faktanya, separuh dari 10 negara terpadat di dunia diperkirakan berasal dari Afrika pada 2100. Populasi di AS juga akan bertambah, terutama akibat imigrasi. Namun, jumlahnya masih akan kalah dari Nigeria.
“Nigeria akan melampaui AS sebagai negara dengan penduduk terbesar ketiga di dunia pada 2047,” ungkap PRC. Dalam laporannya, PBB menerangkan proyeksi populasi dunia tidak menentu dan dapat berubah sewaktu-waktu. Jumlah populasi global juga dapat menurun jika terjadi musibah, wabah, atau perang. (Lihat videonya: Menegangkan, Unjuk Rasa Mahasiswa Tolak UU Cipta Kerja Berakhir Rusuh di Bandung)
PBB juga menyatakan untuk pertama kali sepanjang sejarah modern, orang berusia 65 tahun akan lebih banyak dibandingkan anak berusia 5 tahun pada 2050. Jumlah orang lanjut usia yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar jiwa pada 2050 juga melampaui anak muda berusia 15-25 tahun yang mencapai 1,3 miliar.
Suriah merupakan negara dengan kemerosotan penduduk terbesar di dunia sejak 2010, yakni mencapai 20%. Selain akibat kematian selama perang saudara, warga Suriah juga banyak yang melakukan eksodus ke negara lain. Puerto Riko juga kehilangan 18% populasi akibat bencana alam, terutama Badai Maria pada 2017. (Muh Shamil)
Berdasarkan hasil studi Pew Research Center (PRC), jumlah populasi global tidak akan tumbuh signifikan setelah 2100. “Angka pertumbuhannya per tahun diperkirakan kurang dari 0,1%. Fenomena itu sebagian besar akan didorong oleh jatuhnya angka kesuburan yang pada 2070 saja hanya 2,1 per ibu,” ungkap PRC.
PRC menyatakan rata-rata batas usia per orang juga akan meningkat dan jumlah orang berusia 80 tahun akan bertambah dari 146 juta menjadi 881 juta. Eropa dan Amerika Latin akan mengalami penurunan populasi pada 2100, sedangkan Asia akan meningkat dari 4,6 miliar pada 2020 menjadi 5,3 miliar pada 2055.
Afrika dilaporkan akan menjadi satu-satunya kawasan dengan pertumbuhan populasi paling konsisten di dunia. Faktanya, separuh dari 10 negara terpadat di dunia diperkirakan berasal dari Afrika pada 2100. Populasi di AS juga akan bertambah, terutama akibat imigrasi. Namun, jumlahnya masih akan kalah dari Nigeria.
“Nigeria akan melampaui AS sebagai negara dengan penduduk terbesar ketiga di dunia pada 2047,” ungkap PRC. Dalam laporannya, PBB menerangkan proyeksi populasi dunia tidak menentu dan dapat berubah sewaktu-waktu. Jumlah populasi global juga dapat menurun jika terjadi musibah, wabah, atau perang. (Lihat videonya: Menegangkan, Unjuk Rasa Mahasiswa Tolak UU Cipta Kerja Berakhir Rusuh di Bandung)
PBB juga menyatakan untuk pertama kali sepanjang sejarah modern, orang berusia 65 tahun akan lebih banyak dibandingkan anak berusia 5 tahun pada 2050. Jumlah orang lanjut usia yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar jiwa pada 2050 juga melampaui anak muda berusia 15-25 tahun yang mencapai 1,3 miliar.
Suriah merupakan negara dengan kemerosotan penduduk terbesar di dunia sejak 2010, yakni mencapai 20%. Selain akibat kematian selama perang saudara, warga Suriah juga banyak yang melakukan eksodus ke negara lain. Puerto Riko juga kehilangan 18% populasi akibat bencana alam, terutama Badai Maria pada 2017. (Muh Shamil)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda