Korut Pindahkan Rudal Balistik Antarbenua, Lebih Besar dari yang Ditembakkan 2017
Senin, 05 Oktober 2020 - 06:48 WIB
SEOUL - Intelijen Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) telah melihat pasukan Korea Utara (Korut) memindahkan rudal balistik antarbenua (ICBM), bersama dengan empat peluncur mobile, di sebuah pabrik mobil di pinggiran Pyongyang.
"Rudal itu lebih besar dari yang mereka tembakkan pada 2017 dan kami yakin mereka akan menunjukkannya pada parade militer pada 10 Oktober," kata seorang pejabat pemerintah Korea Selatan, seperti dikutip dari Straits Times, Senin (5/10/2020).
Korea Utara, yang dipimpin Kim Jong-un , menembakkan ICBM pertamanya; Hwasong-15, pada 2017, dan terindikasi akan unjuk kekuatan pada ulang tahun berdirinya partai yang berkuasa, Partai Buruh Korea pada 10 Oktober nanti. (Baca: Kim Jong-un Berharap Trump Cepat Sembuh dari Covid-19 )
Spekulasi terus meningkat selama peluncuran ICBM yang lebih canggih, dengan beberapa ahli menyatakan Pyongyang tidak dapat mengembangkan teknologi yang lebih baru tanpa bantuan dari luar.
Pejabat Seoul menambahkan bahwa Pyongyang dapat mengungkap rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam yang lebih baru serta kapal selam yang di-upgrade. Pendapat itu merujuk pada intelijen yang mengambil tanda-tanda aktivitas yang melibatkan perkembangan terbaru di Galangan Kapal Selatan Sinpo di sepanjang pantai timur.
Sementara itu, 38 North, situs web yang memantau Korea Utara, mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa rudal balistik jarak pendek Korea Utara tetap rentan terhadap intersepsi oleh sistem anti-rudal Korea Selatan. (Baca: Adik Kim Jong-un Muncul Lagi, Kunjungi Desa Dilanda Banjir di Korut )
"Rudal KN-23 dan KN-24 Korea Utara tidak lebih baik dalam menghindari deteksi radar jarak jauh daripada rudal tipe Scud mereka," tulis Michael Elleman, direktur non-proliferasi di Institut Internasional untuk Studi Strategis, di situs web tersebut. .
Dia mengacu pada rudal balistik jarak pendek Pyongyang yang dicegat oleh dan perisai anti-rudal Seoul yang dilapisi dengan sistem Patriot dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).
Seoul memiliki jaringan pertahanan rudal di mana Patriot digunakan untuk mencegat rudal yang terbang di ketinggian rendah dan THAAD menjatuhkan rudal di ketinggian. THAAD memiliki radar dengan kemampun deteksi lebih jauh daripada Patriot. (Baca juga: Analis: Kim Jong-un Dukung Trump dalam Pilpres AS dengan Tunda Tes Senjata Nuklir )
Elleman mengatakan rudal jarak pendek, terbang di ketinggian rendah, diluncurkan di luar jangkauan di mana Patriot mengidentifikasi tembakan yang masuk, tetapi radar THAAD dapat memberi isyarat kepada Patriot untuk memindai di mana ancaman itu diduga muncul di langit sehingga tembakan musuh digagalkan.
Namun, imbuh dia, rudal KN-23 dan KN-24 dapat bermanuver di seluruh lintasan mereka, berpotensi berdampak pada proses intersepsi.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
"Rudal itu lebih besar dari yang mereka tembakkan pada 2017 dan kami yakin mereka akan menunjukkannya pada parade militer pada 10 Oktober," kata seorang pejabat pemerintah Korea Selatan, seperti dikutip dari Straits Times, Senin (5/10/2020).
Korea Utara, yang dipimpin Kim Jong-un , menembakkan ICBM pertamanya; Hwasong-15, pada 2017, dan terindikasi akan unjuk kekuatan pada ulang tahun berdirinya partai yang berkuasa, Partai Buruh Korea pada 10 Oktober nanti. (Baca: Kim Jong-un Berharap Trump Cepat Sembuh dari Covid-19 )
Spekulasi terus meningkat selama peluncuran ICBM yang lebih canggih, dengan beberapa ahli menyatakan Pyongyang tidak dapat mengembangkan teknologi yang lebih baru tanpa bantuan dari luar.
Pejabat Seoul menambahkan bahwa Pyongyang dapat mengungkap rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam yang lebih baru serta kapal selam yang di-upgrade. Pendapat itu merujuk pada intelijen yang mengambil tanda-tanda aktivitas yang melibatkan perkembangan terbaru di Galangan Kapal Selatan Sinpo di sepanjang pantai timur.
Sementara itu, 38 North, situs web yang memantau Korea Utara, mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa rudal balistik jarak pendek Korea Utara tetap rentan terhadap intersepsi oleh sistem anti-rudal Korea Selatan. (Baca: Adik Kim Jong-un Muncul Lagi, Kunjungi Desa Dilanda Banjir di Korut )
"Rudal KN-23 dan KN-24 Korea Utara tidak lebih baik dalam menghindari deteksi radar jarak jauh daripada rudal tipe Scud mereka," tulis Michael Elleman, direktur non-proliferasi di Institut Internasional untuk Studi Strategis, di situs web tersebut. .
Dia mengacu pada rudal balistik jarak pendek Pyongyang yang dicegat oleh dan perisai anti-rudal Seoul yang dilapisi dengan sistem Patriot dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).
Seoul memiliki jaringan pertahanan rudal di mana Patriot digunakan untuk mencegat rudal yang terbang di ketinggian rendah dan THAAD menjatuhkan rudal di ketinggian. THAAD memiliki radar dengan kemampun deteksi lebih jauh daripada Patriot. (Baca juga: Analis: Kim Jong-un Dukung Trump dalam Pilpres AS dengan Tunda Tes Senjata Nuklir )
Elleman mengatakan rudal jarak pendek, terbang di ketinggian rendah, diluncurkan di luar jangkauan di mana Patriot mengidentifikasi tembakan yang masuk, tetapi radar THAAD dapat memberi isyarat kepada Patriot untuk memindai di mana ancaman itu diduga muncul di langit sehingga tembakan musuh digagalkan.
Namun, imbuh dia, rudal KN-23 dan KN-24 dapat bermanuver di seluruh lintasan mereka, berpotensi berdampak pada proses intersepsi.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(min)
tulis komentar anda