Korut kepada PBB: Kami Punya Pencegah Perang yang Efektif
Rabu, 30 September 2020 - 15:03 WIB
NEW YORK - Korea Utara (Korut) memiliki pencegah perang yang andal dan efektif untuk mempertahankan diri dan sekarang fokus pada pengembangan ekonomi yang terkena sanksi. Hal itu diungkapkan Duta Besar Korut untuk PBB, Kim Song.
Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB , Kim mengatakan Korut masih terancam oleh perangkat keras militer seperti pesawat tempur siluman yang digunakan di Semenanjung Korea dan segala jenis serangan nuklir langsung ditujukan kepada Pyongyang.
“Perdamaian sejati hanya dapat dijaga jika seseorang memiliki kekuatan mutlak untuk mencegah perang itu sendiri,” tegas Kim Song.
"Karena kami telah memperoleh penangkal perang yang andal dan efektif untuk pertahanan diri dengan mengencangkan ikat pinggang kami, perdamaian dan keamanan Semenanjung Korea dan wilayah tersebut sekarang dipertahankan dengan kuat," imbuhnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (30/9/2020).(Baca juga: Iran Dituding Memiliki Bom Nuklir Akhir Tahun Ini dan Berkomplot dengan Korut )
Sudah terbebani oleh sanksi internasional yang keras untuk program rudal nuklir dan balistiknya, Pyongyang juga menghadapi kerusakan ekonomi yang signifikan dari penutupan perbatasan yang ketat dan tindakan lain yang bertujuan untuk mencegah wabah virus Corona. Korut juga berjuang untuk mengatasi kerusakan akibat badai dan banjir baru-baru ini.
Kim mengatakan, situasi pandemi berada dalam situasi aman terkendali dan stabil sebagai akibat dari langkah yang diambil pemerintahanm rezim Kim Jong-un untuk menahan penyebaran novel coronavirus. Korut mengatakan tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi, meskipun beberapa pihak meragukan klaim itu.
“Berdasarkan jaminan yang dapat diandalkan untuk menjaga keamanan negara dan rakyat, DPRK sekarang mengarahkan semua upayanya untuk pembangunan ekonomi,” ujar Kim, menggunakan akronim dari nama resmi negaranya Republik Demokratik Rakyat Korea.
“Faktanya kami sangat membutuhkan lingkungan eksternal yang mendukung pembangunan ekonomi,” ia melanjutkan.
“Tapi, kami tidak bisa menjual martabat kami hanya dengan harapan akan transformasi yang brilian - martabat yang kami pertahankan sama berharganya dengan hidup kita sendiri. Ini adalah posisi teguh kami,” tukasnya.
Sebelumnya sebuah laporan PBB mengatakan Korut melanggar sanksi nuklir dengan melebihi pembatasan 500.000 barel impor minyak bumi dan terus mengirim pekerja ke luar negeri.(Baca juga: PBB: Korea Utara Abaikan Sanksi Nuklir )
Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB , Kim mengatakan Korut masih terancam oleh perangkat keras militer seperti pesawat tempur siluman yang digunakan di Semenanjung Korea dan segala jenis serangan nuklir langsung ditujukan kepada Pyongyang.
“Perdamaian sejati hanya dapat dijaga jika seseorang memiliki kekuatan mutlak untuk mencegah perang itu sendiri,” tegas Kim Song.
"Karena kami telah memperoleh penangkal perang yang andal dan efektif untuk pertahanan diri dengan mengencangkan ikat pinggang kami, perdamaian dan keamanan Semenanjung Korea dan wilayah tersebut sekarang dipertahankan dengan kuat," imbuhnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (30/9/2020).(Baca juga: Iran Dituding Memiliki Bom Nuklir Akhir Tahun Ini dan Berkomplot dengan Korut )
Sudah terbebani oleh sanksi internasional yang keras untuk program rudal nuklir dan balistiknya, Pyongyang juga menghadapi kerusakan ekonomi yang signifikan dari penutupan perbatasan yang ketat dan tindakan lain yang bertujuan untuk mencegah wabah virus Corona. Korut juga berjuang untuk mengatasi kerusakan akibat badai dan banjir baru-baru ini.
Kim mengatakan, situasi pandemi berada dalam situasi aman terkendali dan stabil sebagai akibat dari langkah yang diambil pemerintahanm rezim Kim Jong-un untuk menahan penyebaran novel coronavirus. Korut mengatakan tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi, meskipun beberapa pihak meragukan klaim itu.
“Berdasarkan jaminan yang dapat diandalkan untuk menjaga keamanan negara dan rakyat, DPRK sekarang mengarahkan semua upayanya untuk pembangunan ekonomi,” ujar Kim, menggunakan akronim dari nama resmi negaranya Republik Demokratik Rakyat Korea.
“Faktanya kami sangat membutuhkan lingkungan eksternal yang mendukung pembangunan ekonomi,” ia melanjutkan.
“Tapi, kami tidak bisa menjual martabat kami hanya dengan harapan akan transformasi yang brilian - martabat yang kami pertahankan sama berharganya dengan hidup kita sendiri. Ini adalah posisi teguh kami,” tukasnya.
Sebelumnya sebuah laporan PBB mengatakan Korut melanggar sanksi nuklir dengan melebihi pembatasan 500.000 barel impor minyak bumi dan terus mengirim pekerja ke luar negeri.(Baca juga: PBB: Korea Utara Abaikan Sanksi Nuklir )
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda